
Dalam serangkaian aktivitas yang sering kali begitu menjerat tubuh dan pikiran kita sehari-hari, ada kalanya kita harus rehat sejenak. Melipir ke satu tempat yang hening dan kaya dengan kedamaian. Bahkan terkadang untuk sekedar membaca atau leyeh-leyeh membunuh waktu. Healing maksudnya
Saya dan si bungsu masih terkantuk-kantuk kekenyangan saat suami mengingatkan bahwa kami sudah mendekati waktu check out. Ya ampun. Saking padatnya isi lambung, saya tak lagi mampu menyemangati diri sendiri untuk bersegera bergerak. Pengennya tetap ngukur kasur, menikmati kelembutan selimut putih, serta kehangatan yang tercipta di dalam kamar Grand Tjokro Premiere Hotel Bandung.
Gak mau dibangunin, gak mau bergerak pokoknya. Pengennya leyeh-leyeh sepuas mungkin.
Tapi apa daya, kami harus berpindah, beringsut ke arah Lembang. Dari kawasan Cihampelas di tengah kota menuju The Valley Resort yang ada di Lembang. Salah satu kawasan wisata andalan berdampingan dengan kota Bandung untuk liburan sembari menikmati udara yang lebih segar. Setidaknya dengan lingkungan serta pemandangan dan kesegaran udara yang berbeda dari biasanya.
Tentang Bandung : Sarapan di Grand Tjokro Premiere Hotel Bandung, Bikin Segan Untuk Pulang

Resort di Perbukitan yang Padat Penduduk
Rangkaian kantuk itu ternyata tidak berhenti menyergap saat saya duduk di bangku belakang mobil. Saya membiarkan si bungsu duduk di depan untuk membantu ayahnya mengikuti Google Maps sebagai penunjuk arah. Dan ini membuat suami cukup risau karena selama ini dia selalu mengandalkan saya sebagai penunjuk arah.
Tapi ternyata kali ini menemukan The Valley Resort Hotel tidaklah sesulit itu karena sesungguhnya suami cukup familiar dengan jalur menuju hotel. Bahkan dia mendadak baru ingat kalau pernah di satu waktu dia datang bersama beberapa orang pegawai pemerintahan untuk makan siang di The Valley Bistro Cafe yang adalah bagian dari resort itu sendiri.
Mendengar penjelasan itu saya pun langsung melanjutkan acara merajut mata.
Lumayanlah 30 – 45 menit perjalanan cukup untuk menuntaskan kegiatan asyik yang pernah susah hinggap dalam hidup saya. Yup. Saya pernah mengalami masa kesulitan tidur saat masih bertugas sebagai staff lapangan yang pekerjaannya tidak mengenal waktu.
Tapi ternyata skenario ini runtuh karena sebuah sepeda motor melintas mendadak di depan mobil dan mengakibatkan mobil yang dikendarai suami harus berhenti seketika diikuti oleh jeritan kencang si bungsu. Untung saya membiasakan diri mengenakan seat belt meski duduk di bangku penumpang belakang.
Ya salam. Jadilah kantuk itu hilang seketika.
Di saat terbangun itulah, saya melihat kesibukan lalu lintas yang luar biasa di sepanjang jalan Dago Atas. Jalur ini memang langganan macet saat akhir pekan hadir. Banyaknya penjual makanan gerobakan, pasar dadakan di pinggir jalan, restoran atau cafe yang berjejer, serta beberapa hotel yang eksis di area situ. Lebar jalannya juga terbatas. Hanya cukup sekitar hampir 3 ukuran mobil biasa dengan pembatas tengah jalan yang menyediakan jalur putar balik.
Ketika kendaraan menggapi jalan 2 jalur yang semakin menanjak, beberapa marka/petunjuk jalan sangat membantu kami untuk mengikuti arahan yang diberikan Google Maps. Kembali kami bertemu rangkaian tempat tinggal beraneka bentuk. Mulai dari yang sederhana hingga beberapa villa indah yang terlihat sangat terjaga privacy nya. Seperti dengan memasang pagar dinding tinggi menjulang hingga ada beberapa orang petugas penjaga keamanan yang terlihat siap berdiri di pintu depan.
No wonder ya. Kawasan Lembang Atas ini memang dihujani banyak tempat tinggal eksklusif kalangan. berduit.
Melewati jalan yang cukup meliuk, saya menemukan jalan yang sudah terpoles dengan rapi. Dari sebuah tikungan saya kemudian melihat signage The Valley Bistro Cafe & Resort Hotel terlihat terang benderang.
Dari signage inilah kemudian mobil perlahan berjalan menurun mengikuti kontur tanah hingga berbelok ke kanan menuju halaman parkir depat resort. Sembari menunggu suami mengurusi administrasi, saya menyempatkan diri ke salah satu teras di dekat resto yang adalah salah satu titik tertinggi yang dimiliki oleh The Valley Resort.
Sebuah pemandangan indah di sore hari mendadak menghibur penglihatan saya yang sesungguhnya sudah mulai kembali blur minta ditutup.
Tentang Bandung : Menikmati Warisan Kelezatan Chinese Food di Eastern Chinese Dining House Bandung


Kamar yang Sejuk, Tentram dan Nyaman
Koper dan bawaan saya sesungguhnya gak banyak, tapi saat melihat jalur turun yang lumayan yahud, sepertinya tawaran dari seorang petugas untuk membantu membawakan koper sekaligus menunjukkan arah, membuat saya mengangguk.
Kami di ajak ke salah satu sudut yang tak jauh dari parkiran depan. Selain terlihat sederetan kamar berukuran kecil, saya menemukan sebuah ruang kecil berbentuk kotak kaca yang berfungsi sebagai funicular. Untuk mengoperasikan funicular ini dibutuhkan kartu akses yang juga kita gunakan sebagai kunci kamar.
Bagi saya inilah kali ketiga saya menaiki funicular. Pertama adalah di sebuah resort yang berada di Uluwatu, Bali. Kedua adalah di kota Zagreb, Kroasia. Dan yang ketiga di The Valley Resort, Lembang, Bandung ini. Gerakannya yang pelan, berjalan naik atau turun, sering membuat saya termangu-mangu sekaligus gentar. Karena biasanya funicular dibuat untuk menggapai tempat yang terlalu terjal jika kita melangkah dengan tangga atau berjuang mendaki yang cukup mencabar keberanian. Plus memfasilitasi tamu yang mengenakan kursi roda atau yang memiliki hambatan secara fisik untuk turun naik bukit.

Sejenak keluar dari box funicular udara sejuk langsung merangsek menyentuh tubuh. Berada di bahu bukit, di samping funicular ini berderet kamar tipe Karavan Deluxe. Suami memesan tipe kamar ini dan kami mendapatkan satu diantaranya yang berada agak ke ujung dan dekat dengan sebuah tangga serta kolam buatan dengan air mengalir seperti pancuran.
Yuk, tilik kamar tipe Karavan Deluxe di The Valley Resort ini.
Setelah membuka pintu dengan kunci digital, lampu temaram berwarna kuning menyambut saya dengan begitu hangatnya. Nuansa warna kayu pun langsung terlihat. Kamar ini terlihat begitu luas dengan kasur berukuran king, sofa dua seaters, meja kaca kecil, rak panjang dengan TV di atasnya, meja rias dengan kaca memanjang, buffet rendah untuk menaruh koper, lemari pakaian lengkap dengan gantungan, dan tentu saja sebuah kamar mandi dengan rain shower dan bathing compliments yang bersih.
Kesan sejuk, tentram, dan nyaman mendominasi apa yang saya rasakan.
Membuka dinding kamar yang didominasi kaca, saya langsung terhubung dengan sebuah teras panjang dengan pembatas besi setinggi kira-kira 1 meter. Dari teras ini terhampar kabut yang mulai menebal dan sebuah perbukitan yang padat dengan hunian penduduk. Sementara jika memandang ke bawah ada sebuah lahan rumput panjang yang cukup luas dan tipe kamar lainnya yang berderet rapi.
Saya membiarkan pintu kaca ini terbuka agar udara segar sore hari bisa merangsek masuk. Ingin merasakan ademnya cuaca Lembang sembari mempersiapkan bergelas-gelas kopi dan beberapa cup mie instan kuah. Nuansa dan suasana yang jelas tidak bisa saya nikmati di rumah yang dikelilingi oleh kawasan industri.
Suami mengajak saya untuk makan malam di The Bistro Cafe. Dia sempat menceritakan tentang lezatnya sajian steak di cafe ini saat datang bersama tamu-tamu kantor. Tapi entah kenapa rasa malas begitu menguasai. Apalagi saat itu saya sudah mandi dan mengenakan piyama. Sementara perut sudah termanjakan oleh mie instan kuah yang ditambahi sosis berbumbu dan kerupuk pedas yang sempat saya beli di sebuah mini market.
Melihat saya enggan beranjak, suami dan si bungsu pun jadi ikut ketularan. Mereka pun akhirnya leyeh-leyeh di kasur sambil menikmati sajian entertainment di gawai masing-masing.
Saya sendiri memutuskan untuk duduk di teras sambil membaca dan ngopi hingga langit menggelap dan kabut semakin menyergap. Kantuk pun tetiba melanda karena suasana sunyi tiba diiringi selingan nyanyian kodok dari kejauhan.
Saya tak melawan kondisi ini karena ingin merasakan proses healing yang secara natural memberikan kenyamanan di dalam diri. Tubuh, fisik, dan pikiran terasa begitu tenang dengan atmosphere dan vibes yang berbeda dari biasanya.
Within a view minutes, saya mendadak berpikir bahwa beginilah seharusnya suasana healing itu terbangun. Fisik terasa rileks, pikiran ringan tanpa beban, dan kita bisa menikmati detik demi detik sebebas mungkin. Tidak ada yang harus ditergesa-gesakan atau tuntutan pekerjaan yang mengekang fisik dan mental. Satu lagi. Wajib mengisi diri dengan asupan (makanan dan minuman) yang sehat dilengkapi dengan beberapa menu yang jadi favorit kita.
Untuk tempat seperti The Valley Resort ini 4 hari 3 malam rasanya sudah cukup. Jangan lupa mintakan petugas untuk rutin membersihkan dan merapihkan kamar, agar memberikan rasa nyaman dengan lingkungan yang sehat.
Tapi sebelum mata menutup, suami langsung berpesan, “Habis subuh kita jalan-jalan keliling yok. Sambil motret banyak tempat.”
Saya mengerjapkan mata sembari mengangkat jempol kanan. Kantuk datang lagi dan lagi. Dan hal ini terasa nikmat karena kasur yang empuk, selimut yang bersih, dan bantal yang super nyaman untuk menyandarkan kepala.
Selamat malam dunia. Sampai bertemu esok pagi.

Tentang Bandung : eL Hotel Bandung, Megah dengan Lokasi Terbaik
Jalan Pagi Menyusur Fasilitas Hotel
Saat waktu menunjukkan pkl. 04:30 dini hari, saya terbangun dengan perut yang bergejolak dan rasa kering di tenggorokan yang cukup menyiksa. Saya mendadak teringat bahwa sebelum tidur semalam saya tidak menyempatkan diri minum segelas air hangat. Kebiasaan yang selalu dianjurkan oleh orang tua agar tidur terasa lebih nyenyak dan bangun dengan tubuh yang segar. Saya pun mendadak berdiri dan mengambil dan menghabiskan setengah botol air mineral compliment The Valley Resort.
Suami memutuskan mematikan AC dan membiarkan setengah pintu terbuka agar udara dingin Lembang menerobos kamar kami. Si bungsu langsung tambah melungker dan menarik bed cover dengan sekali gerakan sigap.
Saya dan suami memutuskan untuk menunggu subuh terlebih dahulu sebelum mewujudkan ajakan berkeliling semalam.
Lampu-lampu taman masih menyala saat kami menjajal sebuah tangga yang cukup curam yang tak jauh dari kamar. Satu perjuangan buat saya. Tapi karena udara terasa jernih menyegarkan, saya terus melangkah menyemangati diri sendiri. Sedikit meloncat-loncat kecil agar rasa dingin di kaki bisa terurai.
Namun begitu melihat banyak tangga yang harus dilalui dan mengingat kondisi saya, suami memutuskan untuk merubah arah. Kami naik box funicular sampai ke titik tertinggi di mana kami datang kemarin. Baru setelah itu menyusur sisi berbeda resort (memutar) untuk turun kembali dengan menggunakan tangga menuju kamar kami.
Setidaknya suami berasumsi, akan lebih mudah bagi saya untuk menjejak turun ketimbang ngos-ngosan naik melalui tangga.
Ah bener banget. Saya jadi menikmati setiap jejak menjelajah tanpa harus ngap-ngapan mengatur nafas dan langkah karena gangguan HNP.
Apa saja yang saya lihat selama penelusuran?


Kembali ke area parkiran, kami berdua masuk ke kawasan taman cafe dan kolam renang. Tempatnya luas tak terkira. Selain memang kolam renangnya berukuran grande, The Valley resort menambahkan banyak dudukan untuk leyeh-leyeh atau tempat para tamu untuk beristirahat sembari berenang.
Beberapa langkah dari kolam renang ini ada ruang olah raga dengan peralatan yang cukup lengkap. Ada treadmill, sepeda statis, berbagai alat angkat berat, dan sebagainya. Ruangan berkaca untuk fitness centre ini memiliki pemandangan yang sangat menarik. Setidaknya masih ada beberapa sudut hutan kecil dengan penghijauan yang menyegarkan dan bisa diamati dari kaca pinggir ruangan ini.
Pagi itu kolam renang terlihat sepi. Iyalah gak mungkin aja orang berenang di pagi hari dengan cuaca yang cenderung dingin seperti ini. Saya sempat mencoba menyelupkan tangan ke airnya dan itu sempat membuat saya terlonjak saking dinginnya.
Beranjak dari kolam renang, saya dan suami memutuskan untuk mencoba sebuah lift kecil yang berada tak jauh dari kolam. Lift kecil ini menghubungkan kami dengan barisan kamar yang juga ada di bahu bukit. Begitu seterusnya, menyusur turun, hingga kami tiba di sebuah children playground dengan pilihan permainan yang banyak dan sudah dicat warna-warni.
Di sini saya dan suami sempat melihat beberapa anak kecil (balita dan di bawah usia 10tahun) asyik bermain dan berteriak-teriak senang. Sementara kami berdua bersengaja duduk di salah satu ayunan yang menghadap ke taman ini dan bisa melihat ke segala arah tanpa halangan sama sekali. Kami sering tersenyum melihat tingkah mereka, termasuk keisengan dan pembicaraan lucu yang terbangun. Jejeritan senang bahkan teriakan-teriakan gak jelas bergema menghiasi serunya pagi itu.
Ah, mendadak teringat saat anak-anak masih SD dan TK. Mereka sering kami ajak menginap di hotel sebagai hiburan dan liburan singkat bersama. Khususnya saat akhir pekan. Masa yang begitu berharga karena kami berdua masih jadi budak korporat (mengikuti istilah Gen Z) dan terikat dengan banyak tanggung jawab yang menguras pikiran dan tenaga.
Kebiasaan staycation over the weekend ini tetap kami pertahankan hingga kini.
Puas duduk-duduk di ayunan sambil melegakan telapak kaki, penyusuran pun dilanjutkan dengan lagi-lagi menyusur tangga di bahu bukit.
Kali ini saya bertemu dengan sederetan kandang berbagai jenis binatang khususnya unggas dengan beberapa diantaranya memiliki gen yang sudah jarang ditemukan. Ayam-ayam kate dengan bulu-bulu berwarna indah menjadi perhatian saya. Jumlahnya lumayan banyak dan terlihat sangat sehat. Masing-masing jenis unggas berada di kandang masing-masing dengan ukuran yang cukup luas.
Kebun binatang kecil inilah jadi kunjungan saya terakhir karena ternyata posisinya persis di atas di mana kamar kami berada.
Sarapan yang Super Nikmat
Si bungsu baru beranjak ke kamar mandi saat saya dan suami kembali ke kamar. Saya sekali lagi menikmati waktu sekian menit di teras sembari minum bergelas-gelas air hangat untuk mengademkan lambung. Mendadak rasa lapar datang mengganggu ketenangan pagi itu. Saya pun bersegera mandi lalu kembali melangkahkan kaki ke box funicular tadi.
Seperti yang diarahkan oleh petugas penerimaan tamu, makan pagi akan disajikan di The Valley Bistro Cafe. Sebuah rumah dengan ruangan besar yang menyediakan dining area yang beragam. Di dalam ruangan, teras samping (setengah terbuka), dan area terbuka dengan taman mini dan beberapa mainan anak-anak.
Cafe ini terbangun dengan warna alam kecoklatan berpadu dengan nuansa kayu, warna putih, furniture bercat hitam dan telihat “berat”, dan meja-meja penyajian yang bertebaran di beberapa sudut.
Saya menyusur setiap pilihan asupan satu demi satu, baru setelah itu memutuskan ingin menikmati apa. Dari pengamatan saya, pilihannya lumayan beragam. Salad segar, buah-buahan, menu nusantara, american breakfast dan jejeran kue jajan pasar serta donat dan kue manis.
Di antara kesemuanya si bungsu langsung jatuh cinta dengan lontong sayur dan sate. Jarang-jarang loh ketemu sate ayam di menu sarapan hotel. Saya sendiri tergila-gila dengan salad nya plus potongan daging yang dilengkapi dengan mashed potatoes.
Enak banget. Mendadak saya teringat ajakan suami untuk mencoba steak buat makan malam. Dan saya enggan beranjak karena ngantuk yang tak tertahankan.
Seperti yang terjadi kemarin pagi, kali ini saya dan si bungsu mengalami hal yang sama. Makan kekenyangan, lambung penuh berlebihan, dan kembali ke kamar dalam kondisi “hampir pingsan”
Ya ampun sungguh rangkaian long weekend yang begitu memanjakan rasa, membangkitkan selera, dan membuat saya speechless akan keistimewaan masakannya.



Tentang Bandung : Nongkrong Asyik di JABARANO Coffee Kuda Lumping, Laswi, Bandung
Rencana Kembali
Sembari leyeh-leyeh di teras kembali, saya sempat mengungkapkan keinginan kepada suami untuk menginap di The Valley Resort lagi. Dua hari satu malam menghabiskan masa di tempat ini sembari menyelesaikan naskah buku solo yang sudah bertahun-tahun tertunda.
Ingin menikmati seluruh waktu sendiri tanpa ada gangguan. Bertahan di kamar dan menikmati room service tanpa limit. Karena seperti informasi yang saya baca di salah satu lembar info, The Valley Resort melayani pemesan makanan dan minuman selama 24 jam penuh. Mantab banget. Salah satu sisi memanjakan tamu yang gak bakalan mudah untuk dilupakan. Apalagi jika pilihan menunya sangat menggugah selera kita.
Saya tak tertarik untuk hiking lagi tapi justru ingin merasakan nyamannya bertahan di dalam kamar di tengah kesejukan udara di sekitar Lembang. Syukurnya meski berada di tengah padatnya bangunan, resort ini menyisakan beberapa bagian alam yang tetap terjaga. Areanya yang cukup luas dan berada di bukit, tentunya butuh maintenance yang tidak sebentar, tidak sedikit, dan tidaklah murah.
Tapi saya yakin meskipun Lembang perlahan-lahan rapat dengan dinding semen, entah itu rumah pribadi, rumah disewakan, maupun untuk entertainment, The Valley Resort akan tetap dicari sebagai short escape di Bandung yang mengasyikkan.
Ah jadi kangen berat dengan cuaca sejuk yang sempat saya rasakan di sana.

Tentang Bandung : Pasar Cihapit, Surga Kuliner Tersembunyi di Tengah Kota Bandung







Dengan suasana yang seperti digambarkan aku juga bakalan balik lagi Mbak Annie ke The Valley Resort Hotel ini. Beneran healing sih kalau nginep di sini, enggak perlu kemana-mana, menikmati sejuknya udara dengan tarik selimut saja, leyeh-leyeh, keliling di sekitar yang masih ijo dan alami, saat lapar tiba tinggal pesen room service…wah, bisa tenang deh pikiran yang sehari-hari berisik ini hihihi
Semoga pas balik nanti (atau mungkin sudah) buku solonya bisa kelar ya…semangat
Beberapa kali saya pernah nginep di Bandung tempat bibi, tempatnya di daerah perbukitan, cukup ramai, cuma pas malam hingga subuh, sejuk dan dinginnya enak banget dibandingkan pas masih di Jakarta Barat yang notabene deket lingkungan industri…. Bandung emang ngangenin sih , suwer :)
Btw, the valley hotel ini nuansanya masih asri, inilah ciri khas hotel2 di Bandung yang masih ramah lingkungan, masih hijau2 kearifan lokalnya dapet banget…
Daerah Dago Atas emang suka padat dan sering terjadi macet kalau waktu liburan.
Tapi sepadan sih, banyak yg datang berkunjung karena emang lokasi vila, resort, sarana wisata lainnya memang menyenangkan dan bagus-bagus. Suasananya juga masih bisa dibilang banyak yg seger alami. Makin betah kalau udah menikmati kenyamanan di daerah Dago itu …
Ya Teh. Perjuangan banget untuk melewati Dago Atas pas musim weekend atau liburan. Segala kendaraan lewat dengan lebar jalan yang sangat terbatas. Tapi semua lelah impas banget saat tiba di The Valley Resort ini. Buat saya yang tinggal di kawasan industri, menikmati suasana di sini tuh sungguh pengalaman yang tak terlupakan.
Wuih ya ampun, beneran bikin ngiler deh fotonya. Suasananya kayak sejuk dan teduh banget ya Kak. Pengen deh kalo ada kesempatan healing di situ juga.
Ya Mas Adi. Resortnya highly recommende pokoknya.
Pemandangan berkabut seperti itu kelihatan bikin sejuk ya. Bakal betah tinggal berlama-lama untuk liburan di sana.
Kayaknya musim liburan penuh ya Bu. Dan perlu cepetยฒ reservasi biar kebagian hehe
Dan menikmati kabut itu satu hal yang langka buat saya yang sehari-hari hidup dikelilingi oleh daerah industri.
wah saya pernah kesini nih
untuk ngerayain temen yang ulang tahun, jadi gak menginap
tapi dulu masih gak kepikiran nulis tentang resto, cafe dan hotel yang dikunjungi
sesudah banyak baca tulisannya Mbak Annie jadi kepikiran untuk nulis,
insyaallah bermanfaat untuk yang membaca dan kalo destinasinya bagus, bisa sekalian promosi
Apalagi industri perhotelan lagi mendung seperti ini
Tulis Mbak. Mengukir kenangan dan bisa jadi referensi bagi publik saat mencari informasi pengalaman tentang tempat menginap. Saya juga dapat banyak job dari mereview tempat Mbak Maria. Hotel dan resto. Alhamdulillah ada aja kerja sama yang saya dapatkan dari kegiatan mengulas seperti ini.
Kamar tipe Karavan Deluxe-nya nyaman banget, Kak. Betah banget sih aku kalau nginep di situ.
Hmm.. kalau ngerem mendadak kayak gitu tuh emang sukses mengusir kantuk sih, Mbak.
Kaget iya. Khawatir iya. Takut juga.
Warna kamar dan terasnya plus kebersihan kamar tuh bikin betak melungker di kamar. Apalagi saat pintu kacanya dibuka pas udara ademnya Lembang menyentuh kulit. Nikmat banget.
Inget The Valley Resort ini, jadi inget temen dari Jakarta yang mendadak menawarkan menginap di sini. Bukan gratis jugaa.. hehehe, melainkan karena keluarganya gak jadi ke Bandung, jadi daripada hangus, ia tawarkan kepada kami yang memang dom Bandung.
Sayangnyaa..
Term waktunya ga pas. Pas libur panjang dan agenda kami mengunjungi ortu di Surabaya.
Yaah..
Padahal kalau melihat video The Valley Resort ini mashaAllaa… cakeepp bangeettz..
Kebayang ademnya Lembang, gittuu.. bikin asik buat mlungker, hehhehe..
Hiling versi aku, kurang menantang yaa, ka Ann..
Yang paling aku suka dari The Valley Resort ini adalah pengaturan ruang terbuka dan kamar-kamarnya. Tipe kamar yang aku tempati ini, menurut asyik dari segi posisi dan luas kamarnya sendiri. Kuy lah Len. Kapan ada waktu dan kesempatan asyik juga menikmati short escape di sini. Gak jauh dari rumah tapi menikmati suasana alam yang asyik banget. Apalagi kalau punya anak-anak yang masih kecil-kecil. Duh bakal puas deh main-mainnya.
saya malah belum pernah sama sekalai menaiki funicular. hehehe…
keren ya The Valley Resort, Lembang, ini sampai punya alat khusus seperti itu
itu tandanya lokasinya emang unik dan pemilik berusaha maksimal memanjakan tamu pengunjungnya ya…
lontong sayurnya yang kiri ya?
unik, lontongnya kotak-kotak mirip tahu, atau malah tahu?
yang kekuningan baru lontongnya ya Mbak
Setuju, di sini cocok untuk healing beneran. Seminggu gitu ya Mbak, sambil blogging ^^
Gawat banget memang dramanya kalau sudah kekenyangan ya, Mba. Wkwkwkwk ….
Pas mau berangkat ke The Valley Resort Hotel Bandung, diawali dengan kenyang dan ngantuk. Ehhhh, ceritanya juga ditutup degan yang sama karena beragam menu yang disajikan oleh The Valley Bistro Cafe begitu menggoda buat dibawa ke meja makan.
Kebayang sarapan pakai lontong sayur dan sate ayam, nyam nyam nyam. Definisi kenikmatan yang nggak boleh dihindari sih. Secara, dua menu ini kalau beli di lokasi lain, seringnya pisah waktu tampilnya. Si Lontong Sayur suka muncul saat sarapan, si Sate baru muncul di waktu makan siang.