Hotel Grand Arabia. Strategis di Tengah Kota Banda Aceh

Hotel Grand Arabia. Strategis di Tengah Kota Banda Aceh

Hotel Grand Arabia. Strategis di Tengah Kota Banda Aceh

𝐁𝐚𝐧𝐲𝐚𝐤 𝐡𝐨𝐭𝐞𝐥 𝐛𝐢𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐢𝐠𝐚 𝐝𝐢 𝐩𝐞𝐧𝐣𝐮𝐫𝐮 𝐧𝐞𝐠𝐞𝐫𝐢, 𝐝𝐢 𝐭𝐚𝐧𝐚𝐡 𝐧𝐮𝐬𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚, 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢 𝐥𝐨𝐤𝐚𝐬𝐢 𝐬𝐭𝐫𝐚𝐭𝐞𝐠𝐢𝐬. 𝐇𝐨𝐭𝐞𝐥 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐤𝐨𝐧𝐝𝐢𝐬𝐢 𝐬𝐞𝐩𝐞𝐫𝐭𝐢 𝐢𝐧𝐢 𝐜𝐨𝐜𝐨𝐤 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐞𝐝𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐩𝐞𝐫𝐣𝐚𝐥𝐚𝐧𝐚𝐧 𝐛𝐢𝐬𝐧𝐢𝐬 𝐝𝐢 𝐝𝐚𝐞𝐫𝐚𝐡 𝐭𝐞𝐫𝐬𝐞𝐛𝐮𝐭. 𝐀𝐩𝐚𝐥𝐚𝐠𝐢 𝐝𝐢 𝐬𝐚𝐚𝐭 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐤𝐢 𝐰𝐚𝐤𝐭𝐮 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐚𝐧𝐲𝐚𝐤 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐢𝐚𝐬𝐚𝐭𝐢 𝐤𝐞𝐬𝐞𝐦𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐞𝐤𝐫𝐞𝐚𝐬𝐢 𝐝𝐢 𝐬𝐚𝐧𝐚. 𝐒𝐚𝐚𝐭 𝐀𝐧𝐝𝐚 𝐛𝐞𝐫𝐭𝐮𝐠𝐚𝐬 𝐝𝐢 𝐀𝐜𝐞𝐡, 𝐇𝐨𝐭𝐞𝐥 𝐆𝐫𝐚𝐧𝐝 𝐀𝐫𝐚𝐛𝐢𝐚, 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐨𝐩𝐬𝐢 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐩𝐚𝐭 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐢𝐭𝐮. 𝐇𝐨𝐭𝐞𝐥 𝐢𝐧𝐢 𝐬𝐭𝐫𝐚𝐭𝐞𝐠𝐢𝐬 𝐝𝐢 𝐭𝐞𝐧𝐠𝐚𝐡 𝐤𝐨𝐭𝐚 𝐁𝐚𝐧𝐝𝐚 𝐀𝐜𝐞𝐡.

Malam Terakhir di Banda Aceh

Setelah dua malam menginap di Hotel Kyriad Muraya di Kecamatan Kuta Alam, kota Banda Aceh, hari ini saya berpindah tempat tidur ke Hotel Grand Arabia yang berada di Kecamatan Baiturrahman. Sebuah hotel bintang tiga yang strategis di tengah kota Banda Aceh.

Beginilah yang biasa saya dan suami lakukan di setiap perjalanan ke satu daerah yang biasanya berlangsung selama empat hari tiga malam. Selain merasakan ambience yang berbeda dari setiap hotel yang kami kunjungi, tujuan lainnya adalah mencoba menikmati kualitas layanan yang tentunya berbeda dari setiap hotel.

Tentang Aceh : Rehat Berkelas di Kyriad Muraya Hotel Banda Aceh

Berada di Hotel Grand Arabia menjadi malam terakhir dari serangkaian kegiatan kunjungan pertama saya di Banda Aceh. Kota serambi Mekkah yang menerapkan dan memegang teguh syariat Islam sebagai acuan dalam bermasyarakat dan mengatur hajat hidup orang banyak yang tinggal dan berlindung di Aceh. Sebuah perjalanan yang sudah tahunan saya nantikan, bahkan saya idamkan. Terutama setelah melihat gempa dan gelombang tsunami menyerang Aceh pada Desember 2004 dan menjadi sumber berita berbulan-bulan bagi media nasional maupun internasional. Satu momen yang begitu menggerakkan dan menyentuh sanubari.

Harapan yang tidak terlalu muluk semestinya karena sebagian besar tempat, daerah, atau kota di pulau Sumatera telah saya kunjungi. Yang tertinggal hanya Aceh dan Nias. Alhamdulillah Sang Maha Penentu mengizinkan saya membawa raga ke Aceh dengan cara yang tidak saya duga. Ini berarti bahwa dengan telah menginjakkan kaki di Aceh pada 2023, hanya Nias yang masih jadi impian dan masuk dalam wish list saya. Semoga bisa terwujud di satu waktu sebelum nyawa menutup mata.

Hotel Grand Arabia. Strategis di Tengah Kota Banda Aceh

Hotel Grand Arabia. Strategis di Tengah Kota Banda Aceh
Lobby dan area penerimaan tamu di ground floor Grand Arabia Hotel dengan ceiling yang menyatu dengan lantai satu

Hotel Bintang Tiga yang Bersahaja

Hari itu saya masih punya rencana mengunjungi beberapa tempat wisata dengan jarak yang lumayan jauh dan memakan waktu. Jadi kesempatan untuk check-in di Hotel Grand Arabia baru bisa saya lakukan sore menjelang maghrib. Waktu yang kebetulan pas dengan jadwal suami yang sudah menyelesaikan tanggung jawab tugas-tugas kantornya.

Saat tiba di halaman depan dan melihat fasad bangunan Hotel Grand Arabia dari jarak tertentu, saya terkesan dengan struktur tiang bangunan dan tipe rancang arsitektur yang berkiblat ke negeri eropa. Tiang-tiang (pilar penyanggah) menjulang dengan pintu dan jendela yang juga besar tinggi. Kehadirannya begitu mencolok diantara sederetan bangunan lain yang berada di garis jalan yang sama dan sebagian besar adalah rumah pribadi satu lantai.

Semenit turun dari mobil yang mengantarkan saya, suara hiruk pikuk langsung merangsek memasuki indera pendengaran. Ramai betul sesorean itu. Saya mengalihkan pandangan ke sumber suara.

Ternyata persis di depan hotel, ada sebuah lapangan besar yang di saat kedatangan saya sudah mulai ramai oleh pengunjung dan berderet penjaja makanan dalam gerobak. Kesibukan jelas terlihat disana-sini. Pemandangan ini bahkan semakin meriah dengan mulai menyalanya beberapa titik penerangan yang diletakkan berdampingan dengan banyak pepohonan dan jalan setapak yang memang diperuntukkan bagi para pejalan kaki.

Lapangan Blang Padang namanya. Luasnya juga gak kira-kira. Sekitar delapan hektar. Layaknya sebuah sarana umum bagi publik, lapangan ini menyediakan berbagai fasilitas yang bisa dinikmati oleh masyarakat. Seperti taman rumput yang luas, tempat duduk-duduk yang lega, arena permainan anak, fasilitas olah raga, dan tentu saja sederetan aneka penganan untuk dinikmati sembari menghabiskan waktu pagi, siang, senja, bahkan malam hari.

Rangkaian kesibukan dan pemandangan umum untuk sebuah tempat yang menjadi fasilitas umum di sebuah daerah. Saya tuh sebenarnya penasaran pengen menjelajah apa aja yang ada di lapangan Blang Padang ini, tapi saya harus check-in dulu.

Tentang Aceh : Nyak Mu. Legenda Tenun Songket Aceh.

Selesai menurunkan barang yang lumayan banyak, saya kembali menebarkan pandangan ke arah Hotel Grand Arabia. Di sisi paling depan, hotel ini menyediakan area parkir yang muat untuk sekitar enam hingga tujuh kendaraan. Dan jika pun tidak cukup, pengunjung bisa menitipkan kendaraannya di bahu jalan. Cukup lebar sehingga tidak mengganggu lalu lalang kendaraan yang lewat.

Selangkah setelah membuka pintu depan yang cukup berat dan gagah, saya langsung terpana. Meski berada di lahan terbatas dan bersebelahan/berderetan dengan rumah-rumah penduduk, kemegahan sebuah tempat penyambutan tamu begitu terasa. Ceiling yang tinggi dengan tangga yang memutar apik, memberikan kesan mewah layaknya hotel bintang empat. Tersedia beberapa ruang tunggu dan cafe kecil untuk menerima tamu. Area kerja receptionist nya juga terlihat apik dengan marmer hitam yang mengelilingi. Cukup mengesankan karena komposisi interior design nya tidak berlebihan dan ruangan tetap terlihat lega. Tampilan fasilitas bersahaja dengan keramahan yang tidak berlebihan.

Hanya satu yang terlewatkan. Welcome drink. Akan terasa lebih asik jika layanan ini ada di salah satu sudut di lantai terbawah hotel ini. Minuman dingin tentunya asik untuk dinikmati sembari menunggu atau sekedar duduk-duduk di sebuah space dengan sofa-sofa empuk yang berada persis di depan lift. Apalagi jika para tetamu baru datang dari luar ruang dengan udara panas. Minuman limun dingin tentunya jadi compliment yang sangat pas untuk dinikmati sembari menunggu proses administrasi.

Tentang Aceh : Menelusur Sejarah dan Peristiwa di Museum Tsunami Aceh

Hotel Grand Arabia. Strategis di Tengah Kota Banda Aceh
Lobby lounge di ground floor Grand Arabia Hotel

Kamar Arabia Suite yang Saya Tempati

Suami sebenarnya memesan tipe kamar deluxe, tapi entah kenapa dan karena alasan apa kamar kami diupgrade ke tipe arabia suite. Layaknya sebuah kamar dengan tipe tertinggi, saya melihat ruangan yang luas dilengkapi dengan sofa two seaters dan couch one seater, sebuah meja kaca panjang dan meja bulat di sudut ruangan. Kesan adem langsung merasuk di hati dan indera penglihatan sesaat warna ruangan meninggalkan kesan ke dalam sudut netra.

Di kamar ini ada dua tempat tidur. Satu tipe single besar dengan dua bantal, sementara yang satu lagi tipe queen dengan empat bantal, plus tiga bantal untuk penyanggah pinggang. Beneran pesta bantal pokoknya. Setiap tempat tidur tentu saja dilengkapi dengan nakas dan lampu meja yang bisa difungsikan untuk penerangan saat membaca. Dan satu yang sungguh bikin nyaman dari soal tempat tidur ini adalah bed sheet dan bed cover yang bersih, lembut, dan nyaman. Kualitas yang biasa saya lihat pada hotel bintang empat. Bantal-bantalnya pun empuk banget. Membal dan mengikuti lekuk kepala saat digunakan. Jika saya tidak salah duga, bantal ini sering dikenal sebagai bantal bulu angsa. Saya menikmati serangkaian tidur nyenyak yang begitu melenakan dari fasilitas berbaring yang tersedia di arabia suite.

Sembari bebaringan, saya menebarkan pandangan ke seluruh sisi kamar.

Kesan pertama adalah hadirnya lampu-lampu ruangan yang tersembunyi di banyak partisi. Warna kuning yang hadir dari sorot lampu ini begitu menyatu dengan nuansa dinding yang hampir seluruhnya berwarna coklat.

Di salah satu sudut mendekat ke jendela kamar, disediakan sebuah meja kerja lengkap dengan lampunya. Benar-benar sebuah kamar yang cocok bagi seorang pebisnis atau business travel agar tetap bisa bekerja remote. Setidaknya tetap bisa merasakan satu level kemewahan dan tetap nyaman bekerja meski berada di hotel bintang tiga. Work From Hotel or Work From Anywhere yang tetap bikin kita produktif dan semangat untuk bekerja.

Dilengkapi dengan serangkaian furniture kayu, keputusan untuk menempelkan wall paper dan semua sudut ruangan berwarna alam, kamar ini terasa begitu nyaman dan membumi. Begitu pun dengan kamar mandinya. Bersih, amenities nya lengkap (menggunakan jenama dari Botanica), saluran air dan shower berfungsi dengan baik, dan tentu saja dengan sentuhan warna yang senada dengan kamar.

Beruntungnya esok hari saya bisa bangun siang karena pesawat yang membawa kami kembali ke Jakarta jatuh di jam setelah makan siang. Sementara jarak antara hotel ke bandara Sultan Iskandar Muda tak lebih dari 20 menit berkendara. Jadi otomatis saya punya waktu lebih dari cukup untuk leyeh-leyeh menikmati nyamannya kamar yang kami tempati serta berlama-lama membersihkan diri, membasuh tubuh dengan air hangat yang begitu menyegarkan di pagi hari.

What a great accommodation though. Selalu ada sesuatu yang berbeda dan istimewa untuk fasilitas tertinggi yang ada di bisnis leisure, service dan akomodasi.

Tentang Aceh : Keajaiban Tsunami di Gampong Lampulo Aceh

Hotel Grand Arabia. Strategis di Tengah Kota Banda Aceh

Mengupas Fasilitas Grand Arabia Hotel

Pagi-pagi sembari berleyeh-leyeh di dalam kamar, saya mencoba menelusur beberapa informasi tentang Grand Arabia Hotel. Dari beberapa informasi yang saya dapatkan, setelah renovasi dan dalam sebuah wawancara dengan GM Operational pada 10 November 2023, nama lengkap Grand Arabia Hotel adalah Portola Hotel and Resorts. Sebuah jenama baru dengan mengusung nama Portola. Sebuah jenama internasional di bawah naungan Parkside Hotels Indonesia dengan tiga properti hotel dan satu restoran yang dikelola di provinsi Aceh. Hal ini tentu saja memberikan warna baru bagi tamu lokal, nasional dan turis manca negara yang datang ke Aceh. Keputusan ini sepertinya masih baru saat saya datang karena banyak signage yang tertera di hotel serta materi-materi pelengkap serta promosi seperti flyers, brosur, dan bed runner masih mencantumkan nama Grand Arabia Hotel saja.

Hotel bintang tiga yang lokasinya strategis berada di tengah kota Banda Aceh ini memiliki 68 kamar dengan empat pilihan tipe yaitu superior, deluxe, executive, dan arabia suite yang saya tempati. Semua tipe kamar dinyatakan memiliki interior design yang elegan dan dilengkapi oleh berbagai fasilitas yang akan memberikan kenyamanan bagi setiap tamu. Untuk membuktikan ini saya mencoba mengintip foto dan tampilan kamar lewat OTA (On-line Travel Agent) seperti Traveloka, Agoda, dan lain-lain. Hasilnya memang cukup mengesankan. Bahkan ada kamar tipe Deluxe Queen yang berada di sebuah sudut bangunan dan memiliki dua sisi jendela kaca yang sangat seru untuk menikmati pemandangan kota Banda Aceh. Wah kayaknya tipe kamar ini tuh lebih seru deh.

Fasilitas lain yang tersedia di dalam hotel adalah meeting room dan Abraj Rooftop Lounge yang kesemuanya bisa disewa dan dinikmati publik non-penginap. Setelah makan malam di luar hotel, di salah satu resto yang menghidangkan ayam tangkap dan mie aceh, saya menyempatkan diri mampir ke rooftop tersebut. Tempatnya luas banget. Ada beberapa bangku besi tinggi yang diletakkan di pinggir menemani meja kayu yang cukup besar. Duduk di sini sembari ngopi tentunya menjadi masa-masa asik yang seru dan berkesan.

Selain bangku di pinggiran tadi, di bagian tengah area rooftop ini terhampar luas banyak bean bags dengan shocking colors yang pastinya seru untuk diajak leyeh-leyeh atau bebaringan. Meja-meja bulat kecil pun dihadirkan untuk mengakomodir pesanan minuman, makanan, atau camilan yang dipesan pengunjung. Dalam satu ketika, saat saya mengintip akun Instagram hotel @portolagrandarabiahotel dan @abrajrooftop, saya melihat foto-foto seru acara barbeque-an dan berbagai event personal atau grup yang diadakan oleh berbagai komunitas. Lampu-lampu yang dipasang tergantung dan sebuah decoration wall sebagai spot foto, juga semakin memberikan kesan yang memorable bagi siapa pun yang datang ke rooftop ini. Setidaknya foto-foto cantik di tempat ini bisa mempercantik feed akun media sosial kita.

Wah, seru banget tampaknya. Sayangnya saat saya mampir, lounge di rooftop ini terlihat sepi, bahkan hanya ada seorang petugas yang melayani pesanan kopi yang diinginkan suami. Perut saya pun sudah terlalu full dan sepertinya sudah tak mampu menampung makanan apapun. Bahkan untuk sekedar penganan ringan sekali pun.

Sedikit masukan untuk Abraj Lounge Grand Arabia Hotel. Setelah menyusur setiap sudut lounge, saya melihat sepertinya entertainment premises ini butuh sedikit renovasi. Terutama alas/karpet yang digunakan sebagai pijakan. Banyak diantara sudah tidak layak, robek-robek, dan terkelupas. Kalau usul saya sih, mendingan karpet ini diganti dengan rumput artificial. Selain lebih awet, kesannya juga lebih natural dan tidak gampang rusak.

Oia, di lantai bawah, ground floor, berdampingan dengan tempat penerimaan tamu, di sisi kanan pintu masuk utama ada sebuah cafe and lounge. Ruangannya sangat terbatas malah cenderung sangat kecil menurut saya. Sepertinya cukup akomodatif untuk para penginap yang ingin menyambut atau bertemu tamu. Sembari ngobrol, mereka bisa menikmati sajian yang dimiliki oleh Grand Arabia Hotel.

Tentang Aceh : Menelusur Kemegahan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh

Hotel Grand Arabia. Strategis di Tengah Kota Banda Aceh
Abraj Lounge yang ada di rooftop Grand Arabia Hotel

Makan Pagi yang Butuh Perhatian dan Perbaikan

Makan pagi – menurut saya – adalah salah satu barometer kualitas layanan sebuah hotel. Berapa pun bintangnya dan dimana pun hotel itu berada. Saya selalu berharap akan menemukan setidaknya masakan yang umami untuk menyambut hari. Setidaknya diantara sekian banyak asupan yang ditawarkan, ada beberapa menu yang mampu memanjakan lidah dan membuat waktu-waktu sarapan membuat kita betah untuk mencoba dan mengambil sajian lagi dan lagi, meskipun masakannya sederhana saja.

Sayangnya ini tidak saya temukan saat menjajal sarapan di Grand Arabia Hotel. Sayang banget deh. Setting-up nya sudah rapi dan bersih. Nuansanya persis seperti menghadapi catering pada sebuah hajatan. Pilihannya juga lumayan banyak sebenarnya. Sebagian besar diantaranya adalah masakan rumahan yang seharusnya bisa bikin kita kangen untuk kembali. Atau setidaknya meninggalkan kesan bahwa kita – para tamu – pernah merasakan lezatnya asupan yang disajikan oleh Grand Arabia Hotel.

Selain makanan utama, ada juga tiga pilihan kerupuk, salad, serta gorengan. Tapi saya terpaksa menelan kekecewaan karena tak satupun dari sekian pilihan tersebut yang bisa memanjakan lidah. Sajian terasa tidak fresh dan yang digoreng pun keras saat digigit. Nasinya pun terlalu lembek, selangkah lagi jadi bubur. Pilihan minuman dinginnya pun tak diisi penuh. Bikin saya segan untuk mengambil. Begitu pun dengan minuman hangatnya. Baik kopi maupun teh nya seperti sudah disimpan terlalu lama sehingga terasa basi. Kecepatan petugas pelayanan dan bebersih pun – menurut hemat saya – kurang cekatan karena beberapa kali saya sering melihat piring atau mangkok bekas pakai yang tidak segera diangkat. Bahkan ada beberapa tamu yang harus mencari petugas untuk membersihkan meja karena dia/mereka akan duduk di sana.

Saya akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan sarapan (tetap menghabiskan apa yang sudah diambil), kembali ke kamar, dan menyedu mie instan gelas yang selalu saya stok selama traveling. Beneran deh, strategi begini tuh ternyata aplikatif banget. Karena tidak selalu kita bisa menikmati atau cocok dengan masakan orang lain. Begitu pun untuk minuman. Saya selalu stok beberapa minuman yang saya suka di kulkas hotel plus gula rendah kalori agar bisa menikmati kopi atau teh yang disediakan hotel.

Ribet? Ya enggak lah. Rasa dan selera kan tidak bisa dipaksakan. Manalah kita tahu akan bertemu dengan keadaan seperti ini. Setidaknya jika menemukan situasi seperti di atas, saya punya plan B – rencana cadangan – yang bikin lambung tetap aman untuk sementara waktu.

Hotel Grand Arabia. Strategis di Tengah Kota Banda Aceh
Resto dengan penyusunan peralatan dan sajian yang rapi

Hotel Grand Arabia. Strategis di Tengah Kota Banda Aceh
Sarapan saya sepagian itu di Grand Arabia Hotel

Hotel Grand Arabia. Strategis di Tengah Kota Banda Aceh
Sarapan saya dan suami di Grand Arabia Hotel

Kesan Pribadi Untuk Grand Arabia Hotel

Saya terkesan dengan fasilitas dan kenyaman di dalam kamar. Kebersihannya terjaga dengan baik dan nuansa yang bikin betah berlama-lama. Saya menikmati waktu dengan – doing nothing – leyeh-leyeh sembari menikmati sambungan TV yang entertaining. Satu godaan yang bikin kita malas melangkah keluar. Tinggal bawa atau beli makanan dari luar terus makan terus nongkrong deh sambil nonton TV. Apalagi di kamar arabia suite yang luas ini. Bisa nangkring manis di sofa empuk dan makanan bisa dijejer manis di meja yang ada di hadapannya. Dah kebayang deh asiknya bisa makan sesantai itu. Soal ini nih yang buat saya kangen sama Grand Arabia Hotel.

Lokasinya juga asik sih. Kalau lambung lebar dan hobi jajan, menyusur lapangan Blang Padang pastinya sangat seru. Berderetnya pedagang dorongan dengan berbagai menu yang beragam itu pasti menggilakan rasa. Mencoba jajanan pinggir jalan itu pasti bikin pejajan ketagihan. Apalagi jika kita bertemu makanan khas, otentik daerah setempat, yang bikin kita pengen makan lebih dari satu porsi. Saya sempat ketemu pedagang rujak dengan pilihan aneka sajian. Potongan buah dengan bumbu asam sunti (belimbing wuluh), salak pilek U (dari kelapa) dan bumbu gula merah yang ada kacangnya. Pilihan buahnya juga banyak banget dan beneran saat dikolaborasikan dengan berbagai bumbu ini, lidah saya langsung berdecak. Apalagi saat melihat suami yang begitu lahap menandaskan sebagian besar rujak yang saya beli. Benar-benar tandas tak tersisa.

Satu lagi yang kiranya cukup meninggalkan kesan adalah hotel ini hanya beberapa langkah dari Museum Tsunami Aceh. Tinggal nyebrang lapang Blang Padang aja. Tak sampai lima menit, fasad museum yang megah itu bisa langsung terlihat. Jadi kalau memang berniat menyusur museum ataupun melakukan penelitian serta tulisan dengan ulasan yang mendalam lalu harus bolak-balik ke museum, nginap di Grand Arabia Hotel adalah pilihan yang tepat. Mau nyari makan juga gak susah karena banyak penjaja makanan di sekitar kawasan tersebut.

Nginap lagi di sini? Why not. Tentu saja dengan harapan bahwa Grand Arabia Hotel atau Portola Grand Arabia Hotel sudah berbenah diri dalam memberikan sajian asupan yang lebih berkualitas. Dan eh, para karyawan juga bisa dilatih kembali agar bisa lebih ramah, lebih cekatan, dan lebih bisa berkomunikasi dengan skill yang lebih mumpuni.

Hotel Grand Arabia. Strategis di Tengah Kota Banda Aceh
Pilihan berbagai potongan buah dan rujak khas Aceh yang ada di seputaran lapangan Blang Padang Kota Banda Aceh

Hotel Grand Arabia. Strategis di Tengah Kota Banda Aceh
Abraj Rooftop Lounge Grand Arabia Hotel yang rame dengan bean bags warna-warni. Kelihatan kan karpetnya sudah harus diganti.

Hotel Grand Arabia. Strategis di Tengah Kota Banda Aceh
Salah satu area duduk-duduk yang ada di ground floor. Nyaman untuk menerima tamu.

Hotel Grand Arabia. Strategis di Tengah Kota Banda Aceh
Sofanya untuk. Tapi bakalan lebih delightful jika space ini juga diisi dengan tanaman atau dekorasi khas Aceh

Hotel Grand Arabia. Strategis di Tengah Kota Banda Aceh
Dengan Soraya Yusuf. Rekan seprofesi yang sama-sama berada di komunitas menulis yang sama.

Blogger, Author, Crafter and Photography Enthusiast

annie.nugraha@gmail.com | +62-811-108-582

22 thoughts on “Hotel Grand Arabia. Strategis di Tengah Kota Banda Aceh”

  1. Waaaa eman eman yaaa , Grand Arabia bikin rada drop gegara makanannya yg embuh 😤 padahal, buatku perkara F&B tuh kudu dihighlight bgt karena ini menyangkut kesehatan para tamu. kalo mereka keukeuh pakai produk kemarennn atau cara ngolahnya ngawur kyk gt, jangan2 ada tamu yg diare
    hrgggghhb jadi refoottttt kan

    Reply
    • Yup. Menurutku sarapan adalah salah satu koentji penilaian yang penting untuk sebuah hotel. Rating juga diambil dari breakfast dan layanan food & beveragenya.

  2. Kalau melihat interior lobi, kamar dan restonya, mood banget yaa, ka Annie..
    Berasa sultan. Hihi, interior mewah khas orang Arab. Dominan warna emas nan berkilau.
    Suka banget sama Abraj Rooftop Lounge Grand Arabia Hotel sembari ngemil, menikmati keindahan malam dengan pemandangan asing, jauh dari rumah.

    Reply
    • Iya. Saya juga surprise karena kamar pesanan diupgrade ke suite. Luas, lega, dan mewah. Nyamannya jempolan dah pokoknya.

  3. Gak salah dinamakan hotel Grand Arabia ya?
    Dari foto-foto nya Mbak Annie, serasa masuk ke dunia Arab (hihihi seolah pernah ke negara gurun pasir ini)

    sayang F&B nya Indonesia banget
    Mungkin karena gak semua pengunjung bisa mengonsumsi F&B Timur Tengah yang kaya rempah itu ya?

    Reply
    • Menurut saya sih harus dirubah total konsep tentang sarapannya Mbak. Kalau restonya sepertinya oke2 aja. Saya lihat ulasannya di IG mereka. Sarapan nih yang kedodoran.

  4. Dulu sempat kepikiran di Aceh ada hotel gak sih? Kalau ada apa melebihi seperti di Arab Saudi mengingat Aceh menerapkan sistem Pemerintah Berhukum Islam?
    Nah di review hotel oleh Ibu ini nih akhirnya semua gambaran secara garis besar saya dapatkan.
    Terimakasih ya Bu

    Reply
    • Sebelum pandemi memang hanya ada dua aja kalo gak salah. Itu pun di bawah manajemen pemerintah setempat. Biasanya untuk perjalanan dinas. Saat pandemi dan setelahnya hotel pun menjamur karena permintaan publik. Ada satu bintang lima, satu bintang empat, selebihnya bintang tiga.

  5. Mau komenin soal makanannya tapi bikin daku mupeng wkwkwk.
    Jadinya demen sama hotelnya, apalagi ada rooftop nya gitu, bikin nyaman menikmati suasana pemandangan dari atas

    Reply
  6. Waaaah kamar hotel Arabia suitenya keliatan nyaman dan mewah kak Annie. Cocok banget buat yang perjalanan bisnis ya. Interior di lobby hotelnya juga tjakep banget. Terus untul meeting room dan Abraj Rooftop Lounge bisa disewa oleh siapapun ya tanpa perlu menginap di sana. Itu Rooftopnya juga cozy deh.
    Sayang banget sajian pilihan sarapannya agak bikin kecewa ya huhu.

    Reply
    • Iya. Padahal sarapan adalah koentji bergengsinya sebuah hotel. Tamu pasti menunggu-nunggu sarapan ala hotel dengan sentuhan rasa yang lebih baik dari di rumah.

  7. Untuk ukuran hotel di Aceh, hotel ini cukup bagus kak. Desain interior dan lighting kamarnya, meskipun sederhana, tapi nggak terkesan murahan. Sayang memang karpet rumputnya sudah nggak terawat, mungkin karena kurang dana. Tapi aku sendiri suka rooftop-nya, bisa menikmati pemandangan kota Banda Aceh.

    Reply
    • Roof top nya memang oke. Apalagi kalau duduk-duduk di pinggir pagar sembari menikmati kopi hangat. Pemandangannya delightful. Banyak lampu dan kegiatan publik di lapangan Blang Padang yang ada di depannya.

  8. Hotelnya terlihat nyaman sekali mbak, apalagi ada rooftopnya segala, bikin makin betah nongkrong lama-lama di sana. Nyaman banget menginap di Hotel Grand Arabia Banda Aceh ini..

    Reply
    • Rooftop memang nyaman banget untuk acara private. Kita bisa kumpul-kumpul sembari ngopi dan menikmati secuil pemandangan kota Banda Aceh. Khususnya lapangan Blang Padang yang berada persis di depan hotel.

  9. Terlihat nyaman banget ya mbak di hotel ini. Mulai dari kamar, ruangan, rooftop, hingga makanannya terlihat lezat. Btw, budgetnya dalam semalam berapa ya mba kalo di hotel ini?

    Reply
  10. Masya Allah cantik sekali ini. Suatu saat aku harus bisa bertandang ke Aceh. Menikmati pemandangan indah di tanah rencong :) doakan ya mba :)

    Reply
    • Aamiin Yaa Rabbalalaamiin. Semoga suatu saat Mbak Nita bisa menginjakkan kaki di Aceh, Kota Serambi Mekkah.

  11. Ohh Ini under Parkside management ya Mbaaa. Lapangan Blang Padang dan museum tsunami aku tahu, tapi ga merhatiin hotel ini pas ke Banda Aceh trakhir.

    Melihat lobby tadinya aku pikir ini bintang 4. Kamarnya juga bagus, apalagi total kamar ada 68 kan. Seharusnya cukup utk kriteria hotel bintang 4. Tapi Krn msh bintang 3 mungkin Krn hotel ini ga ada pool yaa, syarat utama bintang 4 soalnya.

    Sayang banget kalo masakan nya kurang cocok. Tapi jujurnya kalo sedang di Aceh, aku prefer jajan di luar juga Krn biasanya nasi gurih aceh dan lontong mereka enaaak banget 😄😄

    Reply
    • Dan mereka belum lama renovasi. Makanya bangunannya masih terlihat fresh. Mungkin itu yang bikin Fanny tidak begitu mengenali penampakan yang baru. Fasadnya memang membuat kita berpikir ini adalah hotel bintang 4. Saya juga sempat begitu. Tapi memang ada persyaratan fasilitas hotel bintang 4 yang belum terpenuhi. Luas area mereka juga kecil meski kamarnya banyak. Jadi asumsi saya sih memang belum bisa dikategorikan sebagai bintang 4.

      Soal masakan ini sesungguhnya saya concern banget. Padahal salah satu kunci penting dari layanan sebuah hotel terletak pada unsur F&B nya. Semoga kedepannya Grand Arabia bisa menyajikan masakan yang (jauh) lebih baik lagi.

Leave a Comment