Kisah-kisah Pandemi. Buku Antologi Inspiratif Yang Bertabur Makna

Kisah-kisah Pandemi. Buku Antologi Inspiratif Yang Bertabur Makna

Saya dan Buku Antologi Kisah-kisah Pandemi

Setiap membaca sebuah buku yang berlimpah kisah inspiratif dan bertabur makna, saya selalu memutuskan untuk tidak tergesa-gesa atau memaksakan diri untuk ngebut menyelesaikan bacaan tersebut. Saya yang biasanya butuh sekitar 2-3 hari untuk “melahap” setiap bacaan, kali ini ingin melakukan hal berbeda pada buku antologi KISAH-KISAH PANDEMI. Sebuah buku bancakan saya yang ke-4 setelah SERENADE, BACK TO THE 90’s, dan HOBI YANG MEMBUATKU BAHAGIA. Bersama WRITERPRENEUR CLUB yang dikelola dan dikoordinir oleh Deka Amalia, buku ini dalam prosesnya cukup memakan waktu yang panjang hingga akhirnya siap diedarkan untuk publik pada April 2022.

Saya memutuskan untuk mengambil bagian dari buku ini karena pada kenyataannya pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak Februari/Maret 2020 sempat mampir menyapa saya. Tepatnya di seputaran Juli 2021. Sempat terjebak dalam mengularnya antrian untuk mendapatkan vaksin pertama bersama dengan suami dan si sulung di kantor Desa Serang dimana saya tinggal, ternyata virus justru hinggap di tubuh saya dan suami waktu itu. Subhanallah. Dan long covid yang terjadi setelah itu menjadi kisah yang tak bakal saya lupakan di sepanjang usia.

Namun ternyata, dibalik rangkaian ujian yang hinggap di hidup saya selama terpapar dan isoman, ada satu hal yang kemudian lahir tanpa saya duga. Di tengah saturasi dan tensi yang kerap jeblok, saya sempat terpikirkan soal menerbitkan buku solo perdana yang di awal tahun saya tetapkan sebagai resolusi 2021. Dan karena selama isoman waktu-waktu lowong itu jauh lebih banyak, saya pun meminta anak-anak untuk membawa laptop dan perangkatnya, beserta beberapa buku, agar saya bisa bekerja, membaca dan menulis kembali.

Tentu saja dengan janji pada anak-anak bahwa saya tidak membaca berita apapun tentang perkembangan Covid-19 dan semua hal yang menyangkut pandemi. Bukan apa-apa. Tujuan utamanya adalah “membebaskan diri” dari pikiran-pikiran negatif dan atau ketakutan yang sedang bertubi-tubi terjadi akibat pandemi. Termasuk, tidak berkomunikasi dengan mereka yang mungkin bisa membuat saya larut dalam berbagai kekhawatiran.

Alhamdulillah nawaitu menuntaskan janji melahirkan buku solo berjalan tanpa hambatan berarti. Semua lancar berlangsung. Mulai dari pengumpulan naskah, editing, proof reading, pengerjaan layout dan ilustrasi, semua dilancarkan. Hingga akhirnya hanya dalam hitungan 3 bulan, buku solo TETANGGA KOK GITU, siap ditawarkan dan dibaca oleh publik.

Meskipun cerita panjang kali lebar tentang hal tersebut diatas sudah saya urai dalam sebuah artikel di blog ini, saya memiliki dorongan tersendiri untuk membagikan pengalaman tersebut kepada publik yang lebih banyak/luas lagi. Selain menjadi kenang-kenangan cerita hidup pribadi, saya berharap agar artikel SAYA, COVID dan LAHIRNYA SEBUAH BUKU SOLO di halaman 165, bisa menjadi bacaan yang bermanfaat untuk orang lain. Bukan hanya sekedar rangkaian diksi yang menghadirkan diary pribadi.

BACA JUGA : Dan Sayapun Resmi Menjadi Penyintas Covid-19

Kisah-kisah Pandemi. Buku Antologi Inspiratif Yang Bertabur Makna

Mengulik Isi Buku Antologi Kisah-kisah Pandemi

Sesuai dugaan, buku self healing dengan 37 orang penulis ini, dari artikel awal sudah meninggalkan kesan yang tak biasa. Banyak torehan stabilo sebagai pengingat. Banyak pelajaran hidup yang ingin saya rekam dalam hati dan pikiran. Bahkan banyak peristiwa yang membuat saya terpekur hancur karena tak menyangka ternyata pandemi sempat membuat hidup banyak orang begitu menderita dan terkurung dalam kesulitan hidup yang tidak sebentar.

Hampir setiap artikel saya baca berulangkali khususnya untuk yang menghadirkan cerita dengan uraian pengalaman yang berbeda dari yang lainnya. Bahkan saya commit pada diri sendiri untuk menetapkan waktu tertentu sehabis sahur dan mengaji, agar bisa (lebih) fokus membaca dan kembali mengulang beberapa hal penting yang tersirat di dalam buku ini.

Tidak mudah memang untuk melakukan berbagai hal tersebut diatas. Apalagi ditengah kantuk selama puasa. Godaan untuk tidur dan sulit konsentrasi ternyata gak boleh dianggap gampang. Belum lagi beberapa tugas akademis yang lumayan menguras pikiran dan harus saya rampungkan jauh-jauh hari sebelum proses pengajaran berlangsung.

Tapi alhamdulillah komitmen tersebut bisa dijalankan tanpa hambatan yang berarti.

Jadi ketika saya duduk di depan laptop dan mulai membuatkan review untuk buku ini, saya bukan hanya melakukan sebuah kebiasaan tapi juga belajar menelaah setiap pesan indah dari setiap penulis. Larut dalam kisah kepedihan dan kesan yang nyaris hampir sama saat berada di tengah pandemi, tak jarang saya harus mengusap airmata yang mendadak luruh tanpa bisa ditahan. Tapi ada juga cerita yang meskipun berseliput lara, ternyata bisa membuat bibir saya tersenyum karena resolusi yang diluar dugaan.

Terurai rapi dalam 302 halaman, Writerpreneur Club berhasil mengumpulkan puluhan penulis dengan latar belakang kehidupan, pendidikan dan profesi yang beragam. Meski inti cerita adalah pengalaman pribadi selama menghadapi pandemi, ternyata efek yang keras dan kejamnya pandemi yang dirasakan oleh setiap penulis penuh dengan cerita yang sarat makna. Bahkan tak jarang dari 37 judul yang dihadirkan mampu membawa kita terpekur, melebarkan empati sembari sibuk mendamaikan hati agar mampu melihat sesuatu bahkan banyak kejadian dengan sudut pandang yang berbeda. Termasuk mampu menempatkan diri kita seandainya kita berada atau menjadi orang lain yang berbeda dengan kita.

BACA JUGA : TETANGGA KOK GITU. Kisah Dinamika Hidup Bertetangga yang Penuh Warna Dalam Sebuah Buku

Kisah-kisah Pandemi. Buku Antologi Inspiratif Yang Bertabur Makna

Di buku ini juga banyak hal baru yang saya temukan. Setidaknya bagi diri saya pribadi.

Lewat beberapa tulisan yang membicarakan soal pendidikan, ternyata melahirkan sekian banyak tantangan. Mulai dari memberikan pelatihan pada para guru yang sama sekali buta akan metode pengajaran on-line, dan penguasaan kemampuan menyelenggarakan pengajaran jarak jauh dengan menggunakan aplikasi teknologi yang mendukung.

Buat proses pengajaran atau mereka yang terbiasa mengajar secara konvensional, hal ini tentu saja menimbulkan kepanikan dan keriwehan. Tapi nyatanya karena terdesak oleh keadaan, semuanya pelan-pelan bisa teradaptasi satu demi satu. Baik untuk pengajar maupun anak didik.

Efek positif dan negatif pun muncul setelahnya. Ini tentu saja tidak bisa dinafikan. Karena pada kenyataannya hukum sebab akibat adalah sebuah hal yang wajar terjadi saat satu perubahan mendadak harus melebur dalam setiap sendi kehidupan. Tapi paling tidak we’ve learned something from that. Seperti yang dituliskan oleh Deka Amalia, timing kehadiran pandemi ini sepertinya mengiringi lajunya perkembangan teknologi internet. Allah SWT sudah mempersiapkan manusia hidup berdampingan dengan teknologi agar dinamika kehidupan maya dapat mengiringi kebutuhan hidup manusia. Teknologi bahkan mampu menggantikan hal-hal yang tadinya harus offline menjadi online tanpa bisa kita tolak.

Sesuatu yang tadinya kita pikir hanya digunakan untuk kepentingan bisnis atau kantoran saja dan masih dalam kebutuhan sekunder, lalu berubah menjadi kebutuhan primer. Sesuatu yang WAJIB ADA, WAJIB PUNYA, agar kita tetap bisa terhubungan dengan dunia luar dan untuk tetap bisa mencari nafkah. Beberapa isu yang mungkin saja DULU terlewat dari pikiran bahkan dugaan kita masing-masing.

Lewat buku ini juga saya menemukan cerita dari beberapa penulis yang mengalami pemutusan hubungan kerja hingga akhirnya harus memutar otak, mencari akal, agar kehidupan keluarga tetap bertahan. Bertahan hidup dari tabungan. Bahkan ada yang benar-benar harus menunggu uluran tangan orang lain untuk sekedar makan satu kali dalam sehari karena benar-benar tidak memiliki cadangan dana simpanan sama sekali. Ada yang kemudian beralih profesi, melakukan apa saja yang halal agar dapur rumah mengepul, bayaran sekolah anak bisa teratasi, dan keluarga tetap dapat hidup layak.

Salah satu materi cerita yang mendominasi dari isu buku adalah tentang KEHILANGAN. Wafatnya anggota keluarga karena pandemi tentunya bukan perkara gampang. Apalagi mengikuti protokol kesehatan yang sedang berlangsung sangat ketat, setiap yang wafat tidak bisa diurusi bahkan ditengok oleh anggota keluarga. Sedih dan duka luar biasanya tentunya menyelimuti hati bagi mereka yang ditinggalkan. Takdir kematian memang hanya kuasa Allah SWT semata, tetapi tentunya jadi sesuatu yang memilukan saat keluarga dan sanak saudara kita harus meregang nyawa tanpa ada satupun orang terdekat yang bisa mendampingi.

Terlepas dari kisah yang mengocok emosi, saya juga menemukan beberapa artikel yang sempat membuat senyum saya mengembang. NDUK WIN dengan artikel PETUAH SEEKOR AYAM contohnya. Setelah pekerjaan sebagai reporter freelancer harus tiarap karena sepi bahkan tidak adanya tawaran job selama pandemi, dia menemukan sumber pendapatan yang tak pernah dia duga bisa berhasil. Berawal dari memelihara ayam yang kemudian diberi nama Denok, Nduk Win lalu bergabung dengan sebuah komunitas peternak di media sosial, Nduk Win akhirnya berjualan jamu gegara membuat minuman natural demi kesehatan pemeliharaan ayam. Dan itu akhirnya laku. Mendatangkan penghasilan yang lebih dari cukup.

Cerita seru ditengah pandemi juga saya dapatkan dari artikel PASIEN KOK GINI YA? yang ditulis oleh DWITA SIREGAR. Teman crafter yang baru kali ini berbarengan dengan saya dalam sebuah buku, menceritakan pengalamannya saat harus isolasi di rumah sakit. Menempati sebuah kamar dengan pasien Covid lainnya, Dwita harus beradaptasi dengan beberapa perempuan lain yang memiliki tabiat, kelakuan dan kebiasaan masing-masing. Bahkan hingga akhirnya Dwita harus mampu dan mau membantu pasien lain yang kondisinya butuh perhatian dan bantuan. Berkat hal ini, Dwita jadi nambah ilmu tentang menangani orang sakit. Gak bakalan terlupakan itu sih.

Saya, entah kenapa, berulangkali tersedu-sedan saat membaca rangkaian diksi yang begitu indah dari seorang bapak bernama ZACHRONI. Beliau menulis sebuah artikel yang berjudul KITA SEGERA LALUI INI, ISTRIKU. Mungkin karena pengalaman beliau mirip sekali dengan apa yang saya alami. Terpapar virus bersamaan dengan pasangan hidup. Terselimuti dengan berita wafatnya anggota keluarga (sepupu), isoman bersama, hingga akhirnya bangkit kembali bersama-sama. Pak Zachroni lebih beruntung karena saat isoman dan proses penyembuhan dalam satu atap dengan istri. Sementara saya harus terpisah karena suami komorbid dengan situasi yang (sangat) butuh support alat medis. Saya juga sebenarnya begitu, tapi tidak menemukan kamar/ruang isolasi yang tersedia untuk menampung saya. Jadi hanya bisa berusaha dan berjuang sendiri di sebuah kamar kecil di lantai 2 rumah kami.

Tangis saya tak terputus saat mengurai apa yang dituliskan oleh IDA SARAGIH yang berjudul ADIK DEPRESI DI SAAT PANDEMI DATANG. Memiliki seorang adik yang terpaksa kehilangan pekerjaan akibat pandemi, Ida dan keluarga harus menerima kenyataan bahwa kejadian ini mengakibatkan banyak hal baik dari segi fisik maupun mental si adik. Sang adik mengalami depresi, terkena serangan stroke, hingga kondisi mental dan fisiknya terus menurun. Bahkan hingga terakhir kami berkomunikasi lewat WAG yang dibuat khusus untuk para penulis buku ini, Ida mengabarkan bahwa kondisi sang adik masih sangat butuh perhatian dan treatment lebih lanjut lagi.

Satu kejutan kemudian mampir diantara asiknya membuka lembar demi lembar buku ini. Saya menemukan seorang anak remaja, kelahiran 2005, bernama AURA SIREGAR yang menuliskan sebuah artikel berjudul LET’S LIVE ON. MashaAllah. Meski diusia yang masih muda, selama pandemi Aura berhasil menemukan self-healing nya sendiri dan kembali pada cinta lama, hobi lama, yaitu membaca, menulis dan melukis. Ada beberapa cuplikan yang Aura sempat hadirkan tentang BTS. Aaahh sama dengan saya ternyata. ARMY INDONESIA.

BACA JUGA : Hobi yang Membuatku Bahagia.Ulasan Tentang Buku yang Menginspirasi

Kisah-kisah Pandemi. Buku Antologi Inspiratif Yang Bertabur Makna

Banjir Kalimat Bijak dan Falsafah Hidup

Layaknya sebuah buku inspiratif, buku antologi KISAH-KISAH PANDEMI ini bertabur kalimat-kalimat bijak dan falsafah hidup yang patut kita selami maknanya. Seperti yang rutin saya lakukan, beberapa diantaranya saya buatkan ilustrasinya lalu saya letakkan di tulisan yang berhubungan dengan buku yang menjadi wadah dari rangkaian kata yang mebidaninya.

Saya dan mungkin beberapa orang berpikir bahwa lahirnya kalimat muhasabah/koreksi diri ini sejatinya adalah sebuah kesimpulan makna kehidupan dari gerbong kejadian yang seseorang alami. Kejadian yang begitu mengukir banyak torehan di hati yang bisa berupa luka, sedih, duka, bahkan bisa jadi dari rangkaian tawa. Atau mungkin saja perpaduan keduanya.

Berikut adalah beberapa rangkaian diksi yang tersusun begitu indah dari beberapa penulis dan ingin saya bagikan lewat disini.

“Pandemi memang ujian bagi setiap manusia, ujian kita sama. Tetapi baaimana kita menyikapi ujian, itulah yang akan membedakan perilaku kita saat menjalani ujian tersebut” (Genggam Keyakinanmu, Difa Husna).

“Bukankah manusia adalah makhluk yang sempurna dengan akalnya, sehingga mudah beradaptasi dengan kondisi yang ada. Begitulah Allah menciptakan manusia dengan kelebihan yang dimilikinya, agar menjadi khalifah di bumi” (Genggam Keyakinanmu, Difa Husna).

“Saya jadi bisa memahami apa yang sedang terjadi pada emosi, perilaku dan pola pikir saya dan orang-orang disekitar dari sudut pandang yang berbeda. Lebih bisa menerima perubahan dan keputusan orang lain, lebih bisa – kalau bahasa anak sekarang – mindfulness. Begitulah, ternyata semuanya lebih mudah kalau kita tahu kuncinya. Dan kuncinya adalah ILMU. Segala hal ada ilmunya” (Yang Kusyukuri Dalam Pandemi, Isnatul Ismi)

“Kita semua saat ini berada di badai yang sama. Badainya pun saya pikir sama kencangnya. Hanya saja, kita berada di perahu yang berbeda, dengan nahkoda dan penumpang yang berbeda pula. Karena itu, saya yakin sebenarnya sama-sama kita sedang berjuang dengan cara kita masing-masing” (Saya Bisa Kita Bisa, Ardalia Shsabina)

“Hanyalah Allah tempat kita meminta segala hal dari yang remeh temeh hingga yang sesulit apapun itu. Jangan pernah tinggalkan Allah dalam segala hal di hidup kita. Cintanya Allah itu sejati dan tiada berbatas. Tidak ada keraguan sedikitpun dalam kasih Allah” (Kesempatan Kedua, Nur Indah Yunita)

“Rezeki bukan tentang apa yang kita miliki, tetapi rezeki tentang rasa yang kita nikmati. Jangan menunggu bahagia untuk bersyukur tetapi bersyukurlah maka kita akan bahagia” (Pandemi Blessing, Runny).

“Jangan pernah menghina suatu keadaan, bahkan malampun tidak pernah marah karena menjadi gelap. Bisa jadi keadaan itulah yang membuat Allah memberikan surga kepada kita” (Pandemi Blessing, Runny).

Kisah-kisah Pandemi. Buku Antologi Inspiratif Yang Bertabur Makna

Hujan Terimakasih

Rasanya tak putus dan habis rasa terimakasih yang ingin saya sampaikan kepada Deka Amalia dan WRITERPRENEUR CLUB dan semua teman-teman penulis di buku KISAH-KISAH PANDEMI.

Hujan terimakasih ini saya sampaikan secara pribadi karena lewat buku ini saya menggali begitu banyak pelajaran hidup dan berbagai kisah pribadi yang sarat pesan dan kesan penuh arti. Kisah-kisah inspiratif yang bukan hanya membuka mata kita bahwa pandemi selama 2 tahun belakangan ini telah begitu memberikan pengaruh atas hampir segala hal yang ada di muka bumi. Covid-19/Corona yang berawal dari Cina, meski tak bisa dilihat dengan kasat mata, nyatanya mampu mengubah pola pikir dan kebiasaan 90% manusia. Kecepatannya menggapai semua sudut dunia, nyatanya menjadi masalah global yang saling bertautan satu sama lain.

Saya menyadari akhirnya bahwa saya masih cukup beruntung. Meski harus melewati berbagai cobaan yang tidak biasa, nyatanya diluar sana, ada banyak orang lain yang kondisinya lebih menghawatirkan. Saya masih makan 3 kali sehari apapun sesuka saya, sementara ada keluarga yang makan 1 kali saja itu sudah istimewa. Suami masih bisa bekerja, masih digaji tanpa dikurangi prosentasinya, sementara ada banyak kepala keluarga yang harus kehilangan mata pencaharian. Jika pun masih bekerja, mereka harus berjibaku dan menerjang badai pandemi. Anak-anak saya masih bisa sekolah dengan baik dan fasilitas yang lengkap, sementara ada anak-anak di luar sana yang jangankan bisa belajar dengan mobilitas tinggi, punya HP dan membeli paket kuota pun harus berjuang dulu.

Ya Allah. Tak henti saya mengucap syukur alhamdulillah pada Allah SWT yang Maha Bijaksana. Allah memberikan ujian yang tentunya sesuai dengan kemampuan kita. Tidak berlebihan. Jikapun setiap masalah tidak berujung solusi, Allah pasti menganugerahi kita dengan kekuatan mental untuk menghadapi ujian tersebut.

BACA JUGA : REFLEKSI DIRI. Proses Penyembuhan Diri Melalui Writing Theraphy yang Sarat Inspirasi

Kisah-kisah Pandemi. Buku Antologi Inspiratif Yang Bertabur Makna
Kisah-kisah Pandemi. Buku Antologi Inspiratif Yang Bertabur Makna
Kisah-kisah Pandemi. Buku Antologi Inspiratif Yang Bertabur Makna

Blogger, Author, Crafter and Photography Enthusiast

annie.nugraha@gmail.com | +62-811-108-582

38 thoughts on “Kisah-kisah Pandemi. Buku Antologi Inspiratif Yang Bertabur Makna”

    • Semoga bukunya segera tiba ya Zoe. Nikmati proses membacanya. Dan rasakan banyak keharuan di dalamnya.

  1. Yang jadi hal menarik tentang buku antologi itu adalah karena penulisnya beragam, maka gak hanya kisah inspiratifnya aja yang bermacam-macam, tetapi juga quotes menariknya yang dapat dijadikan pelecut semangat

    Reply
    • Betul banget Fen. Meski benang merahnya sama, setiap tulisan yang dihadirkan di buku antologi tuh selalu menghadirkan keberagaman yang luar biasa.

  2. Membaca buku antologi yang menginspirasi itu ibarat minum saat kita sangat kehausan. Bisa tertawa, senyum-senyum sendiri, menangis, pokoknya nano2. AKu salut sama teman2 yang memiliki tulisan2 di buku antologi dan berkesinambungan terus berkarya. AKu juga sudah punya beberapanya. Kepengen nambah lagi sih, semoga bisa. Bisa mengelola waktu di antara semua pekerjaan sebagai ibu dan blogger tentunya. Terima kasih sudah colek aku untuk ikutan proyek idealis mbak Annie.

    Reply
    • Antologi relatif lebih tidak memberatkan dari buku solo ya Nur. Proses pribadi dan kelompoknya pun selalu meninggalkan kesan karena meski kita berada di satu benang merah yang sama, kekayaan diksi dari masing-masing penulis bikin buku antologi tuh sesuatu yang berkesan di hati.

    • Benar mbak,
      Apalagi penulisnya beragam, jadinya banyak kisah variatif yang bisa ditarik hikmahnya.

  3. Memang banyak sekali kisah menarik selama pandemi. Tentu ini menjadi pembelajaran bagi kita semua. Guru yang awalnya mengajar langsung dituntut harus kreatif agar meski belajarnya jarak jauh siswa bisa memahami pelajaran. Ah, pandemi.

    Reply
  4. Tidak semua orang yang kuat hadapi masalah selama pandemi. Beruntunglah punya orang yang masih sayang . Buku antologi merupakan saksi bahwa dampak pandemi itu dasyat

    Reply
    • Bener banget Mpo. Pandemi itu banyak memberikan perubahan pada diri kita. Baik dari segi pemikiran, keimanan dan juga kebiasaan kita. Semoga pandemi ini segera berlalu ya Mpo

  5. Ada Juga makna positive nya ya mba jadi ikutan ambil bagian mengeluarkan buku inspiratif, buku antologi KISAH-KISAH PANDEMI yg pastinya banyak kisah bijak dan falsafah hidup yang patut kita selami maknanya…

    Sukses utk bukunya mba …smoga best seller

    Reply
    • Ya Mbak Utie. Juga buat kenang-kenangan bahwa ada di 1 masa kita mengalami 1 kejadian yang cukup mengguncang berbagai sisi kehidupan. Aamiin YRA. Makasih juga untuk doa-doanya

  6. Alhamdulilah berhasil merekam pandemi dalam karya buku antologi

    kelak bakal jadi buku referensi nih

    terlebih karena ditulis blogger handal dalam bidangnya masing2

    Reply
    • Yang pasti buku antologi ini menghadirkan beragam cerita pribadi dalam menghadapi pandemi. Juga jadi kenang-kenangan bahwa di satu waktu, pandemi Covid-19 pernah menghinggapi kita dan sempat begitu berpengaruh dalam banyak sisi kehidupan.

  7. Pandemi memang banyak banget meninggalkan banyak cerita. Gak hanya kisah sedih. Buku ini menurut saya sangat menarik untuk dibaca. Karena jadi semacam saksi perjalanan. Karena kita semua bisa bertahan selama 2 tahun ini

    Reply
  8. Alhamdulillah Alhamdulillah Alhamdulillah
    Ternyata kita semua bisa sampai di titik sekarang. Melewati betapa kelamnya dua tahun terakhir dengan penyakit yg sudah merenggut ribuan nyawa.
    Banyak kisah yg bisa kita jadikan pelajaran hidup ya dari buku ini. Sangat inspiratif dan bermanfaat

    Reply
    • Ah setuju banget Teh Okti. Banyak pelajaran hidup yang bisa kita dapatkan dari rangkaian pandemi ini

  9. Pandemi kemarin memang banyak cerita ya mbak, bagus banget nih cerita-cerita yang menginspirasi itu dikumpulkan dalam sebuah buku. Tentunya bakal banyak pembaca yang bisa mengambil hikmah.

    Saya baca sekilas ulasannya di sini aja udah sesekali harus berhenti, apalagi kalau membaca bukunya secara langsung ya. Kalau baca langsung kayaknya mesti sembunyi deh, biar nggak ketahuan kalau tiba-tiba mata merebak dan air mata menetes

    Reply
    • Duh bener sekali Mbak Nanik. Alhamdulillah semoga buku ini menjadi kenang-kenangan bahwa kita pernah mengalami atau berada di satu waktu saat pandemi hadir. Kehadirannya begitu membekas di hati dan memberikan pengalaman yang begitu berkesan bagi banyak orang.

  10. Asyik banget bisa merekam pengalaman melalui antalogi, aku jd mikir apa yg aku buat selama pandemi…baru inget kalau buku solo sy pun lahir di masa pandemi…hahaha… Ala kulli hal Alhamdulillah..

    Reply
  11. Bukunya mengandung bawang. Diulas dengan sangat menyentuh pula…Masya Allah!
    Memang pandemi memberi banyak hikmah ya…Dan lewat aneka kisah inspiratif di buku ini kita dibukakan hati jika ternyata di luar sana ada banyak hal yang bisa kita disyukuri. Juga bagaimana kita bisa menghargai banyak orang yang berjuang menghadapi ujian masing-masing terkait pandemi. Inspiratif ini project menulisnya!

    Reply
    • Iya Mbak Dian. Saat buku ini selesai dan siap dihadirkan kepada publik, saya juga terpekur pada banyak artikel yang ada disini. Sekian banyak kejadian yang diuraikan disini sangat menyentuh dan bisa jadi satu masa penuh kenangan bagi kita, terutama para penulisnya.

  12. Aku suka buku yang isinya tulisan dari berbagai orang berbeda. karna pengalamannya juga beda2. Pasti macem2 pelajaran yang bisa diambil. Yang paling berkesan biasanya akan sllu diingat…

    Reply
    • Ah betul Kak Suci. Dengan membaca sekian banyak pengalaman, mudah-mudahan akan relate dengan apa yang dirasakan oleh publik selama pandemi

  13. buku ini memberikan suntikan hikmah yang penuh warna ya mbak annie. Bumbu-bumbu kehidupan yang ditulis bisa menjadi pelajaran berharga bagi pembaca. Dan benar sekali bahwa hidup ini penuh tantangan, kitanya yang harus memanage dengan baik

    Reply
  14. wah.. syukurlah proses bikin buku antologi ini lancar yuk Annie.

    Aku suka sama dua kutipan ini :

    Rezeki bukan tentang apa yang kita miliki, tetapi rezeki tentang rasa yang kita nikmati. Jangan menunggu bahagia untuk bersyukur tetapi bersyukurlah maka kita akan bahagia” (Pandemi Blessing, Runny).

    “Jangan pernah menghina suatu keadaan, bahkan malampun tidak pernah marah karena menjadi gelap. Bisa jadi keadaan itulah yang membuat Allah memberikan surga kepada kita” (Pandemi Blessing, Runny).

    Berasa rejeki dan keadaan adalah hal yang sering kita jumpai tapi pengen banget marah kalau gak berjalan lancar.

    Reply
  15. Banyak cerita dan makna yang bisa digali dan diceritakan di masa pandemi ini. Agar bisa menjadi penyemangat baru bagi pembacanya.Karena memang banyak yang sudah “mentas” tapi mungkin lebih banyak yang masih berjuang mati-matian meski sudah tahun kedua. Terima kasih.

    Reply

Leave a Comment