Mencabar Keberanian Lewat THE DIVINE FURY

Salah satu film bertema exorcist yang sangat menegangkan dari awal hingga akhir.

Kalau bicara soal serunya proses pengusiran setan yang merasuk di dalam tubuh manusia, kita sering bertemu atau melihat bunyi patahan tulang, mata melotot, suara bariton seperti mengeram, muntahan darah dan barang-barang tak wajar yang keluar dari mulut. Persis seperti melepaskan santet yang hinggap di tubuh seseorang yang sering kita lihat di beberapa film horor Indonesia.

The Divine Fury menggabungkan semua di atas. Tapi menjadi lebih menyeramkan karena kehadiran manusia jadi-jadian, seperti setan berkulit buaya, yang memiliki kemampuan menghancurkan fisik dan pikiran orang lain lewat media tertentu bahkan dari hanya selembar kartu nama. Kemampuan yang sanggup mengakhiri hidup seseorang dengan cara yang ngenes dan ngilunya ampun-ampunan. Media penyiksaannya beragam. Bisa melalui sebuah boneka abstrak atau sesuatu yang berbentuk persis seperti bagian tubuh yang akan diserang. Serem banget kan?

Saya sempat melirik trailer nya. Wow kejahatan ghaib nya tendensius sekali. Tapi baiklah. Sebagai penggemar produk sinema layar lebar yang sarat dengan ketegangan, saya pun mencabar keberanian untuk menonton film ini secara keseluruhan.

Baca juga: THE OFFICIAL SECRETS. Saat Nurani Memerangi Sumpah Profesi

3 Tokoh Utama Yang Bermain Apik

Mencabar Keberanian Lewat THE DIVINE FURY
Dari kiri ke kanan: Pastur Ahn, Ji-sin, dan Yong-hoo

Leading roles di film ini ada 3 pria. Ada Park Seo-joon (Seo-joon) yang berperan sebagai anak yatim piatu sedari kecil dan seorang juara MMA bernama Park Yong-hoo (Yong-hoo). Ahn Sung-ki (Sung-ki), seorang aktor senior yang berperan sebagai Pastur Ahn. Seorang pastur yang diutus oleh Vatikan untuk membantu gereja di Korea dalam menjalankan misi pengusiran setan. Kemudian ada Woo Do-hwan (Do-hwan) yang mengambil peran antagonis sebagai manusia keji sekaligus makhluk jadi-jadian bernama Ji-sin.

Park Seo-joon

Seo-joon, seperti yang saya baca di beberapa artikel, adalah seorang aktor yang sangat selektif dalam memilih peran. Jadi bisa dimaklumi kalau sebagian besar, bahkan mungkin semua, film atau drama yang dia perankan, mendapatkan perhatian istimewa dari masyarakat luas. Termasuk tentu saja keputusannya untuk bermain di The Divine Fury. Film bergenre thriller dan horror yang diproduksi pada 2019.

Stabilitas kualitas dan totalitasnya sebagai aktor kenamaan begitu kuat terpancar dari sorot mata dan ekspresi saat memainkan peran sebagai seorang lelaki petarung bernama Yong-hoo. Lelaki yang harus kehilangan kedua orangtuanya sedari berusia muda. Dia pun dapat berkelahi dengan baik, karena di film ini, Yong-hoo saat dewasa (20 tahun kemudian) berubah menjadi seorang petarung MMA Internasional yang puluhan kali menang tanpa pernah dikalahkan.

Tetapi dibalik kekuatan fisiknya, Yong-hoo ternyata begitu lemah dan melow saat mengingat almarhum Ayahnya, seorang polisi yang mati dalam sebuah kecelakaan tragis. Bahkan Yong-hoo bisa menangis sesenggukkan saat bermimpi bertemu sang Ayah. Tapi dari pertemuan lewat mimpi inilah sang Ayah menitipkan pesan agar Yong-hoo bisa menjadi orang yang bermanfaat dan mau membantu orang lain tanpa pamrih. Almarhum Ayahnya jugalah yang menyelamatkan atau mengembalikan kekuatan Yong-hoo di detik-detik terakhir saat dia terkapar parah dan hampir mati akibat hantaman musuhnya. Kebangkitan itu berasal dari sebuah energi yang disalurkan lewat genggaman tangan Ayahnya yang memunculkan sinar terang.

Yong-hoo juga diceritakan sebagai seorang lelaki dewasa yang kehilangan keyakinannya akan Tuhan karena doanya (semasa kecil) untuk kesembuhan sang Ayah yang sedang kritis tidak terkabulkan. Padahal Yong-hoo merasanya dirinya sudah begitu taat dan rajin berdoa. Dia pun dendam pada gereja, agamanya dan semua yang terhubung dengan keimanannya. Rasa dendam ingin membalaskan kematian Ayahnya yang begitu kuat tertanam di hati membuat dia diliputi oleh kekelaman. Sementara di lain pihak, kalung cincin warisan Ayahnya, yang terus dia kalungkan, memunculkan energi kebaikan yang bersinar begitu kuat.

Baca juga : Yang Gemesin dari My Teacher My Love

Ahn Sung-ki

Aktor berusia 69 tahun ini sangat cocok dan pas memerankan tokoh Pastur Ahn dengan kepribadian yang kuat. Pastur yang memiliki keistimewaan sebagai exorcist karena memiliki fisik yang kuat dan mampu melakukan pengusiran setan dengan proses dan perjuangan yang luar biasa.

Pastur Ahn mendapatkan tugas khusus di Korea untuk menelusuri setan/makhluk ghaib yang berenergi sangat kuat sehingga beberapa dari korbannya tidak dapat diselamatkan. Musuh yang harus dihadapi begitu kuat dan tak terlacak. Bahkan pada klimaks cerita, si setan ini merasuki seorang anak yang tinggal di sebuah panti asuhan. Anak ini akhirnya meregang nyawa karena setan tersebut terus menggunakan fisiknya agar bisa terhubung dengan Pastur Ahn dan Yong-hoo.

Untuk lelaki berusia lanjut, terlibat dalam sebuah karya sinema dengan adegan-adegan fisik yang menantang, tentunya cukup berat bagi Sung-ki. Tapi ternyata beberapa adegan berat tersebut mampu dilakukan oleh Sung-ki. Meskipun dia sering terlempar-lempar saat mengikuti Soe-jon melakukan sesi perkelahian dengan para aktor antagonis. Mungkin gak sih ada peran pengganti? Tapi rasanya tidak. Karena shoot untuk sang pastur sebagian besar diambil dari arah depan atau samping yang tetap menampilkan wajah Sung-ki.

Woo Do-hwan

Baca juga : THE ROYAL TAILOR. Sekelumit Kisah Tentang Fashion dan Sepotong Cinta di Masa Dinasti Joseon, Korea

Aktor berwajah lancip berusia (baru) 28 tahun ini, menurut saya, terlalu manis untuk jadi manusia terkutuk. Ekspresi cool nya masih tampak brilian seperti saat dia menjadi kepala pengawal seorang Raja di drama The King : Eternal Monarch. Tapi kurang begitu sadis untuk seorang pembunuh tanpa nurani bernama Ji-sin di The Divine Fury.

Penokohan Ji-sin, menurut saya, sangat total. Selain maksimal efek kekejamannya, setiap adegan pun dibuat begitu tanpa perasaan setiap melakukan tindakan penghancuran orang-orang yang menjadi incaran. Orang-orang yang dianggapnya sebagai pendosa dan pantas untuk mati.

Demi mengkamuflase siapa dia sesungguhnya, Ji-sin menjadi seorang pengusaha night club bernama Babylon. Di rumah hiburan inilah, tepatnya di ruang bawah tanah (basement), Ji-sin melakukan praktek ilmu hitamnya. Dengan mengenakan jubah bertudung berwarna hitam, Ji-sin biasanya meneteskan darahnya dalam sebuah wadah yang di bawahnya terdapat sebuah sumur penuh air dan berisikan banyak ikan atau ular. Dia selalu menyebut “Ular Suci” sebagai sumber pemujaan.

Mencabar Keberanian Lewat THE DIVINE FURY
Wajah lancip Do-hwan yang berperan sebagai Ji-sin. Si manusia kejam yang membunuh para pendosa

Sinopsis The Divine Fury

Mencabar Keberanian Lewat THE DIVINE FURY
Patur Ahn saat sedang menyembuhkan seorang perempuan yang sudah terasuki setan yang dikirim oleh Ji-sin
Baca juga : MANGKUJIWO. Saat Manusia Memperebutkan Pengaruh dan Kekuasaan Duniawi

Film ini dibuka dengan kepiluan Yong-hoo kecil yang menjadi yatim piatu saat Ayahnya, seorang polisi, mati saat menjalankan tugas. Yong-hoo kecil yang berharap dan kuat berdoa agar Ayahnya sembuh, berubah menjadi pembenci agama dan tidak percaya akan hadirnya Tuhan karena kematian Ayahnya tersebut. Hal ini terus berlangsung hingga 20 tahun kemudian dimana dia sudah beranjak dewasa dan menjadi petarung MMA yang disegani dunia.

Yong-hoo dewasa mengalami proses pergulatan batin yang sangat kuat. Apalagi setelah mengalami banyak mimpi dan menemukan luka di telapak tangan kanannya. Selain sering bertemu almarhum Ayahnya lewat mimpi, Yong-hoo juga sering mendengar bisikan-bisikan yang memintanya untuk membalas dendam akan kematian ayahnya. Ini terjadi sejak dia kembali ke Seoul untuk beristirahat sementara dari rangkaian pertandingan di Amerika. Yong-hoo pun berusaha mencari jawaban atas apa yang terjadi.

Atas usulan supirnya, Yong-hoo bertemu dengan seorang anak indigo, keponakan si supir, untuk menggali apa yang sedang menimpa pada dirinya. Dari si anak inilah, Yong-hoo mengetahui bahwa hatinya tampak kelam karena dendam tapi memiliki kekuatan cahaya yang diwariskan oleh Ayahnya. Lewat sebuah proses, Yong-hoo melihat sebuah salib yang menjadi petunjuk kemana dia harus bertanya.

Dari sinilah, dalam satu kejadian, Yong-hoo akhirnya bertemu dengan Pastur Ahn. Saat itu sang Pastur sedang dalam proses menyembuhkan seorang lelaki yang kerasukan. Ketika si lelaki menyerang Pastur, Yong-hoo refleks menyentuh lelaki ini. Memegang kepalanya lalu kemudian lelaki ini mati saat telapak Yong-hoo mencengkram wajah si lelaki dan mengeluarkan cahaya serta api yang membakar wajah. Lelaki ini pun terkapar tanpa nyawa. Kejadian ini kemudian membuka komunikasi antara Pastur Ahn dan Yong-hoo serta menjawab rasa penasaran Yong-hoo selama ini. Setelah melihat telapak Yong-hoo, Pastur Ahn berasumsi bahwa luka tersebut sama seperti luka yang dimiliki oleh Nabi Isa saat disalib. Satu kelebihan yang diberikan atau diwariskan kepada orang terpilih saja.

Sejak saat itu, mengetahui bahwa dirinya memiliki kekuatan untuk mengusir setan, Yong-hoo pun jadi rajin mendampingi Pastur Ahn dalam setiap kegiatan exorcism.

Pada awalnya kedua lelaki ini terus mencari siapa dalang di balik semua kerasukan yang mereka sembuhkan tapi terus terjadi berulang kepada korban lain tanpa henti. Hingga akhirnya salah seorang pasien yang sembuh memberikan petunjuk bahwa sumber petaka berasal dari sebuah night-club Babylon.

Baca juga : PEREMPUAN TANAH JAHANAM. Sudahkah Kamu Mengenal Siapa Orangtua Mu?

Klimaks dari perjuangan mereka adalah pada saat harus menghadapi seorang anak panti asuhan yang kerasukan karena perbuatan Ji-sin. Ho-seok, anak ini, seperti layaknya orang yang kemasukan jin/setan, tampak meraung-raung dan terus mencerca siapapun yang berada di dekatnya atau berusaha untuk menyadarkannya. Pihak panti asuhan pun menghubungi Pastur Ahn yang datang dengan Yong-hoo. Di sinilah akhirnya Yong-hoo bertemu dengan Ji-sin dan sempat adu kekuatan. Tapi kelicikan Ji-sin akhirnya mengalahkan Yong-hoo dan menyakiti Pastur Ahn. Ji-sin dengan kejinya menusukkan sebuah belati yang tampak beracun ke leher Pastur Ahn. Melihat sang Pastur terkulai lemah bagai hidup segan mati tak mau, Yong-hoo pun mengejar Ji-sin hingga ke sangkarnya.

Menyadari kekuatan Yong-hoo yang luar biasa, Ji-sin pun mengubah dirinya menjadi wujud seperti binatang melata. Persisnya seperti ular tapi menggunakan tubuh manusia. Wajah dan sekujur badannya bersisik, titik mata berubah warna dan lonjong dengan sinar tajam, dengan kuku-kuku yang tajam berwarna hitam. Keduanya bertarung dengan begitu sengitnya. Salut nih untuk fighting director yang sudah mengarahkan sedemikian rupa sehingga suasana perkelahian tampak begitu berenergi. Plus untuk creative director yang sudah menciptakan make-up effect yang sangat berkarakter.

Perubahan visual ini menyebabkan Ji-sin menjadi jauh lebih kuat dari Yong-hoo. Hingga akhirnya Yong-hoo terluka parah, terkapar, pingsan dan nyaris mati. Di saat inilah, Yong-hoo “bertemu kembali” dengan raga almarhum Ayahnya. Hingga akhirnya Yong-hoo mendapatkan kekuatan tambahan melalui genggaman erat Ayahnya. Yong-hoo pun tersadar dan bertarung habis-habis dengan Ji-sin. Kematian Ji-sin pun mengakhiri eksistensi nya di dunia fana.

Mencabar Keberanian Lewat THE DIVINE FURY
Yong-hoo saat menunjukkan luka dan tanda berdarah yang ada di telapak tangan kanannya ke Pastur Ahn

Pendapat Pribadi

Sebagai penggemar (baca: penggila) film mencekam, inti cerita dari seperti The Divine Fury sering banget saya temukan. Salah satu yang menurut saya terbaik adalah The Rite, film fenomenal 2011, yang diperankan oleh Anthony Hopkins (Anthony) sebagai Pastur Lucas Trevant yang memang membaktikan dirinya dalam dunia exorcism, dunia supranatural. Kekuatan treatrikal aktor sarat prestasi seperti Anthony memang memberikan kekuatan jalan cerita dari The Rite. Perannya sebagai seorang Pastur yang akhirnya dirasuki roh spiritual tampak sangat sempurna. Gurat-gurat wajahnya pun sangat mendukung kekuatan visual aktor senior ini.

Jadi saat The Divine Furry juga menghadirkan aktor senior sebagai the respectful and powerful exorcist, saya merasakan dejavu seperti kembali menonton The Rite. Meskipun tidak setenar Anthony, Sung-ki, menurut saya, mampu memainkan perannya dengan baik.

Alur cerita yang disajikan sangat mengalir rapih. Dari tahap-tahap awal sang antagonis sudah dimunculkan sehingga kita tidak berteka-teki siapa sesungguhnya si penjahat yang sesungguhnya. Jadi kita tidak berkerut berpikir dan mendadak harus menghadapi plot twist yang sering kali terjadi di berbagai produk sinema bergenre thriller. Ini salah satu hal yang paling saya suka dari The Divine Fury. Kita pun gak dibikin terkaget-kaget atas adegan-adegan serunya. Semua adegan hadir dengan jejak kisah yang smooth, terhubung antara satu dengan lainnya.

Above all, The Divine Furry adalah salah satu film horor Korea dengan hadirnya Park Seo-joon yang wajib kita tonton. Hanya saja karena banyak adegan-adegan sadis berdarah-darah, sebaiknya tidak mengajak anak di bawah 17 atau 19 tahun untuk menikmati film penuh ketegangan ini.

Score saya untuk film ini adalah 8.5/10.

Selamat menonton.

Mencabar Keberanian Lewat THE DIVINE FURY

#ReviewFilm #FilmHororKorea #TheDivineFurry #ParkSeoJoon #WooDoHwan #AnhSungKi

Blogger, Author, Crafter and Photography Enthusiast

annie.nugraha@gmail.com | +62-811-108-582

22 thoughts on “Mencabar Keberanian Lewat THE DIVINE FURY”

  1. Ngasih bintangnya 8,5? Hmmm menarik nih buat disimak!
    Aku langsung nonton trailernya dan emang adegan adegan gelap – khas exorcism udah ada sejak awal ya

    Buat aku yang kalo nonton horor sambil ngintip ngintip dan cuek ke kamar mandi – ke dapur biar ga nonton intens…. kayaknya Divine Fury justru ga dilewat lewatin nih!

    Reply
    • Seru ya Tan. Aku sempat baca beberapa ulasan, mereka lebih konsen ke populeran Park Seo-joon yang menurut mereka bermain apik di film ini. Totalitas karena melakukan adegan fighting tanpa peran pengganti.

  2. Nampaknya ceritanya seru, ya Mbak. Aku br lihat trailernya sebentar tadi. Bisa bikin bioskop mini di rmh untuk pacaran sm si ayang nih. Hihi. Tinggal sediain pop corn, ya.

    Reply
  3. kupikir mencabar itu typo loh, ternyata gak typo ya, ternyata artinya menantang
    oooh
    wah aku jadi penasaran sama the divine fury

    btw mbak headernya jadi muncul 3 ini kalau kubuka di laptop
    habis ganti template ya mbak?

    Reply
    • Hihiihihi. Mencabar itu lebih ke bahasa Melayu memang. Jarang dipake orang kita.

      Ogitu. Templatenya gak berubah. Masih yang lama. Kenapa ya?

  4. Nah, di Indonesia mengingatkan beberapa film horor dengan alur ceritanya berupa rumah tua berhantu, atau semacamnya. Film k drama ini mengingatkan pasa serangkain mister berpadu action mengesankan dari pelaku aktor laga sineas yang membuat detak jantung harus kuat.

    Reply
  5. wah ini filmnya PSJ
    Pasti bagus, karena PSJ ini klo main selektif pilih peran
    tema exorcist sangat menarik untuk diangkat ke layar lebar ya mbak..
    aku pengen nonton tapi takut, hehe

    Reply
    • Bener ya Mbak Dian. Seo-joon memang selektif banget dalam memilih peran yang akan dimainkannya. Dan memang semua karya sinemanya gak mengecewakan.

  6. waaa Park Seo Joon , Woo Do Hwan.

    nonton The Divine Fury ah, walau sebetulnya saya kurang suka film exorcist

    pernah nonton drama korea yang bertema exorcist tapi brenti di tengah,

    karena …… cape! :D :D

    tapi berhubung ada Woo Do Hwan, nonton ah …..walau mbak Annie bilang kurang pas :D

    Reply
    • Hahahaha Do-hwan terlalu cakep dan mulus untuk jadi makhluk jadi-jadian Mbak haahaha. Tapi overall actingnya bagus hanya sorot matanya kurang kejam menurutku

  7. Oppa Park Seo Joon, kalo main pilem dan drakor pasti bikin tercengang, mbaaa
    karena memang dia tuh tipe yg anti zona nyaman
    karakter yg dimainkan kayake selalu berubah bangeeett antara satu drakor/pilem dgn yg lainnya ya.
    aku paling demen dia di “Fight for My Way” sama “Itaewon Class”

    Kalo yg pilem horror macem enih, kayaknya eikeh takuuuutttt *cemen yhaaa :D

    Reply
    • Aku sejauh ini paling suka dengan film dia MIDNIGHT RUNNER yang dia bintangi bersama Kang Ha-neul. Ada lucunya ada serunya. Tapi chemistry brothership diantara mereka berdua dapet banget.

      Hahahaha laaahh kok takut. Ayok tonton Nur. Seru filmnya.

  8. Berbeda dengan Mbak Annie, aku bukan penggemar film mencekam. Kalau ada pilihan pilih genre lainnya. Tapi memang tema ini sering bikin penasaran. Apaalgi kalau di awal sudah bikin tanda tanya pasti nyesel kalau ga sampai ending-nya
    Btw, aku udah nonton The Rite..gila Anthony Hopkins dan pemain lainnya keren banget mainnya. Filmnya bikin jantung deg-degan asli hihihi

    Reply
    • Jarang memang cewek yang suka nonton film mencekam hahaha. Apalagi jika thrilling effectnya luar biasa dahsyat. Kalau yang ini sih lebih light dibandingkan The Rite Mbak Dian. Tapi tetap keren dan bagus buat ditonton.

  9. Baru baca pengantarnya aja saya sudah bergidik ngeri. Terus menimbang-nimbang, lanjut baca nggak ya…. Eh tapi kalau nggak lanjut baca, jadinya penasaran.

    Alhamdulillah penasarannya sedikit terjawab waktu lanjut membaca sinopsis the Divine Fury. Untung mbak Annie nggak menuliskan adegan-adegan yang bikin begidik

    Reply
  10. Dari segi genre nya daku suka, boleh juga ini The Divine Furry karena jenis film seperti ini membuat daku sebagai penonton jadi timbul rasa penasaran, deg-degan, agak takut bisa juga Hahah, tapi menghibur. Coba cari ah, bisa ajak kakak daku juga, biar nggak nonton sendirian, eh 😂

    Reply
    • Senengnya film ini tuh gak ada plot twist yang bikin kita bingung Fen. Gak sepertinya film-film thriller lainnya. Endingnya juga jelas. Gak ngambang.

  11. Kayaknya nonton The Divine Furry nya mesti bareng sama suami ni, biar gak rada takut.
    Soalnya kan ini film ini bertema exorcist, mana berani nonton sendirian kalau adegan demi adegan yang ditonton menegangkan tapi penasaran juga sih jadinya.

    Reply
    • Hihihihi. Effectnya memang mendebarkan kalau film bertema exorcist. Yang pasti nontonnya jangan sambil makan hahaha.

Leave a Comment