Sasirangan. Warisan Budaya Tak Benda Kalimantan Selatan

Sasirangan. Warisan Budaya Tak Benda Kalimantan Selatan
Saya dengan beberapa koleksi Sasirangan milik NDF Sasirangan Bordir Hj. Imay – Banjarbaru

Saya baru saja mengakhiri lawatan ke Museum Lambung Mangkurat saat berbincang akrab dengan Utari, seorang aktivis budaya yang tinggal di Banjarbaru. Kami baru ketemu saat itu tapi sudah banyak mengobrol tentang berbagai hal seperti dua orang sahabat yang telah kenal bertahun-tahun dan lama tak berjumpa langsung.

Obrolan kami tentu saja fokus soal Banjarbaru. Terutama membahas upacara Baayun Maulid yang baru saja berakhir. Kemudian berlanjut dengan beberapa hal yang ingin saya lihat, foto dan kulik di kota kecil, ibukota dari provinsi Kalimantan Selatan. Topiknya random. Mulai dari kuliner, kerajinan tangan, peninggalan sejarah hingga wisata alam yang mulai digerakkan aktif untuk mengundang wisatawan.

Tapi yang paling menarik dari banyak obrolan kami adalah tentang kain Sasirangan. Warisan budaya tak benda Kalimantan Selatan yang sudah resmi tercatat di Warisan Budaya Tak Benda Indonesia milik Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada 2010 dengan nomor pencatatan 2010 0009 37. Perbincangan tentang Sasirangan ini pun mencuat kembali saat wastra asli Kalimantan Selatan ini banyak digunakan oleh panitia, para tamu dan audience yang datang pada upacara Baayun Maulid. Keindahan dan kecantikan Sasirangan yang sangat memesona itu sudah membuat saya penasaran.

Menjawab keingintahuan saya akan Sasirangan, Utari pun mengajak saya mampir ke outlet NDF Sasirangan Bordir Hj. Imay. Salah satu UMKM home industry binaan BNI, yang aktif memproduksi Sasirangan dan pernah dikunjungi langsung oleh Bpk. Teten Masduki, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia (saat artikel ini dibuat).

Baca Juga : Baayun Maulid. Memahami Budaya Banjar di Museum Lambung Mangkurat, Banjarbaru

Sasirangan. Warisan Budaya Tak Benda Kalimantan Selatan
Saya dan jump suit kain Sasirangan. Saya berfoto di sebuah wall mural yang berlukiskan Pasar Terapung Lok Baintan. Lokasi : Concordia Lounge Bandara International Syamsuddin Noor, Banjarbaru, Kalimantan Selatan

Sekilas Tentang NDF Sasirangan Bordir Hj. Imay

Dari Museum Lambung Mangkurat, saya tidak butuh waktu lama untuk mencapai ruang pamer NDF Sasirangan Bordir Hj. Imay yang berada di Jl. M.R. Cokrokusumo, Sungai Tuing, Kecamatan Cempaka. Mobil saya hanya perlu berputar balik di jalur jalan protokol ke arah Banjarmasin. Dalam hitungan sekitar 15 menit kemudian outlet yang dituju pun langsung terlihat dari kejauhan.

Lokasi tokonya persis di pinggir jalan utama. Berdampingan dengan sebuah toko kue yang kabarnya cukup terkenal di Banjarbaru dan warung nasi yang menawarkan menu tradisional Kalimantan Selatan, toko ini memasang dua horizontal banner yang cukup besar dan eye-catchy. Jadi saat siapapun lewat di depan, outlet ini akan gampang sekali dikenali. Yang jadi pe-er cuma satu. Masalah parkir. Gak heran sih karena ada tiga tempat yang populer di lokasi yang sama. Apalagi saat ketibaan saya, waktu/jam makan siang masih berlangsung.

Saya dan Utari disambut dengan keramahan yang cerah ceria dari seorang petugas saat membuka pintu kaca outlet. Dari luar sudah terlihat banyak koleksi kain Sasirangan yang terpasang apik di beberapa display. MashaAllah. Menikmati dari luar aja sudah mengundang selera dan penasaran. Apalagi kalau sudah di dalam ya.

Yok mari kita masuk.

AC yang dingin langsung menerpa wajah membersamai kekaguman saya yang tak bisa disembunyikan. Di dalam ruang pamer yang terbatas ini terlihat empat sisi display yang diatur sangat rapi. Bagian depan tadi ada banyak standing mannequin yang dibalut dengan gamis dan kemeja lelaki berkerah. Dua sisi lainnya adalah rak-rak tinggi yang menyimpan banyak kaos, kerudung, kain-kain lembaran serta baju-baju (kemeja dan kaos) yang tidak muat digantung. Satu sisi lagi adalah sebuah dinding tinggi dengan selongsong besi yang bertumpuk rapi untuk menggantung banyak kain Sasirangan dalam berupa lembaran.

Kelihaian menyusun dengan komposisi warna yang menarik terlihat di gantungan ini. Semua tampak outstanding dengan rangkaian bordir yang menjadi jargon utama dari NDF Sasirangan Bordir Hj. Imay.

Baca Juga : Rattan Inn Banjarmasin. Klasik dan Berkelas

Sasirangan. Warisan Budaya Tak Benda Kalimantan Selatan
Salah satu motif dan warna Sasirangan yang sangat saya sukai

Menilik tautan resmi mereka https://ndf-sasirangan-bordir-hjimay.business,site/ saya mendapatkan informasi tentang sejarah singkat berdirinya NDF Sasirangan Bordir Hj. Imay.

Mendapatkan pelatihan dari PLUT (Pusat Layanan Unit Terpadu) Dinas Koperasi dan UKM Kota Banjarbaru pada 2014, Hj. Imay kemudian membuka usaha mandiri dengan nama NDF Sasirangan Bordir Hj. Imay di 2017. Keberhasilan ini didukung dan berawal dari kegiatan Hj. Imay yang bergabung di dalam kegiatan kewirausahaan Sasirangan Bordir Cempaka.

Nama NDF Sasirangan diambil dari huruf awal dari kedua anak Hj. Imay yaitu Nisa Dina dan Fitrah. Patron khas dari jenama ini adalah motif Andayangnyiur yang berbentuk tumbuhan nyiur/kelapa. Motif ini menjadi ciri khas NDF Sasirangan Bordir Hj. Imay dan sangat diminati oleh publik. Tentu saja dengan melengkapi ciri khas ini dengan sentuhan bordir yang rapi dan berkelas.

Tetapi seiring dengan perkembangan jaman, motif-motif lainpun mulai beradaptasi dengan modernitas serta rancang bordir kekinian. Akan tetapi meskipun banyak akulturasi dan kombinasi yang terjadi antara motif kain yang ada dengan tuntutan jaman, unsur khas dari kain Sasirangan tetap dipertahankan dengan baik. Hal ini tentu saja sejalan dengan tujuan utama berdirinya NDF Sasirangan Bordir Hj. Imay yaitu melestarikan wastra asli khas Kalimantan Selatan dan menjaga warisan budaya tak benda yang dimiliki oleh provinsi ini.

Satu hal penting lainnya yang patut dicatat oleh publik adalah bahwa outlet dari usaha mikro ini adalah pure handmade product. Bukan hasil printing ataupun sablon. Kain yang dipilih untuk karya mereka adalah katun satin, katun primisima, katun sutra dan beberapa seri limited edition.

Gamis dan kemeja rata-rata harganya antara Rp250.000,00 hingga Rp550.000,00 per buah. Kaos dan jenis atau produk fashion lain seperti kerudung berkisar antara Rp100.000,00 hingga Rp250.000,00 per buah. Sementara untuk kain lembaran berkisar antara Rp135.000,00 hingga Rp200.000,00 per lembar berukuran 2×1.15 meter.

Saya sempat berlama-lama ndeprok di karpet, mengamati, menyentuh dan menikmati keindahan Sasirangan milik outlet ini. Pengerjaannya sungguh halus, rapi dengan komposisi warna serta motif jelujur yang begitu konseptual. Mendadak saya ingin sekali menggambarkan motif ini di kain kosong milik mereka. Tentu saja dengan rancang design yang nyantol di kepala saya.

Oia sebagai catatan tambahan. NDF Sasirangan Bordir Hj. Imay juga menerima pekerjaan jahit untuk seragam atau gamis. Jadi kita bisa memesan model dan potongan khusus yang menyesuaikan permintaan kita. Ini nih yang bikin saya ngiler saat upacara Baayun Maulid tadi. Betapa indah, cantik dan gagahnya tim panitia acara Baayun Maulid yang berseragam Sasirangan. Pilihan warna dan motifnya juga jitu. Jempolan kerennya.

Baca Juga : Belanja Seru di Pasar Terapung Lok Baintan

Sasirangan. Warisan Budaya Tak Benda Kalimantan Selatan
Beberapa kain Sasirangan yang dijual dalam bentuk kain meteran berukuran 2×1.15 meter di outlet NDF Sasirangan Bordir Hj. Imay, Banjarbaru, Kalimantan Selatan

Menengok Proses Produksi kain Sasirangan di NDF Sasirangan Bordir Hj. Imay

Selesai beramah tamah dan memilih beberapa produk untuk dibawa pulang, Utari mengajak saya untuk melihat proses produksi kain Sasirangan yang berada di beranda belakang outlet yang juga menjadi rumah tinggal bagi keluarga Hj. Imay.

Di sisi depan bagian rumah, saya melihat bertumpuk-tumpuk kain putih polos dan yang sudah digambar/dilukis menggunakan pensil (sudah dibuat polanya) serta beberapa kain yang sudah dijahit jelujur. Di sinilah langkah awal dari keseluruhan proses pembuatan itu bermula.

Melangkah ke bagian belakang rumah, saya melihat dua orang lelaki sibuk mencelupkan beberapa kain dalam sebuah ember lebar berulang kali. Proses pewarnaan sedang terjadi. Kemudian di teras belakang rumah terlihat beberapa orang ibu-ibu yang duduk sembari melepaskan jahitan jelujur di kain yang sudah kering dan melewati proses pewarnaan. Terlihat sekali mereka begitu berkonsentrasi agar proses pelepasan jahitan tidak merusak kain itu sendiri.

Dari penjelasan tuan rumah, selesai pelepasan dan proses pencucian, kain-kain ini akan dibentang, dirapikan (diluruskan) manual lalu dijemur dan diakhiri dengan proses setrika sebagai finishing touch.

Satu hal penting dan sangat menarik yang saya dengar adalah bahwa ibu-ibu yang saya potret ini adalah para tetangga Ibu Hj. Imay. Sebuah usaha yang membawa berkah bagi masyarakat sekitar tentunya. Bisnis rumahan yang memberikan kesempatan kepada orang lain untuk memperbaiki kehidupan perekonomiannya. Setidaknya memberikan lahan pekerjaan sebagai sumber pendapatan.

Berkah tak terhingga bagi NDF Sasirangan Bordir Hj. Imay.

Sasirangan. Warisan Budaya Tak Benda Kalimantan Selatan
Area proses pewarnaan kain

Sasirangan. Warisan Budaya Tak Benda Kalimantan Selatan
Beberapa Ibu yang khusuk melepas jahitan jelujur yang dipasang pada kain Sasirangan. Pekerjaan rinci yang butuh konsentrasi

Sasirangan. Warisan Budaya Tak Benda Kalimantan Selatan
Proses pengeringan (jemur) kain Sasirangan yang sudah dilepas jahitan jelujurnya

Sekilas Mengenal Sasirangan

Wastra asli bumi Borneo yang juga adalah warisan tak benda dari Kalimantan Selatan ini ternyata memiliki sejarah yang cukup menarik. Saya menyempatkan diri mencari, membaca dan mencatat beberapa poin penting yang saya dapatkan dari beberapa media nasional, artikel khusus yang dibuat oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, serta tulisan khusus yang dibuat oleh beberapa penulis lokal dan beberapa bagian penting dari percakapan saya dengan Utari.

Kesimpulan awal yang saya dapat dari berbagai sumber referensi ini adalah bahwa Sasirangan adalah sebuah wastra yang telah ada sejak ratusan tahun yang lalu, yang dalam proses pembuatannya butuh satu kemahiran dan langkah-langkah tertentu serta merupakan bagian dari kerajinan tradisional yang terus dilestarikan hingga saat ini.

Sasirangan di Masa Lampau

Budaya membuat kain sebagai bahan pakaian di Kalimantan Selatan ternyata sudah dimulai sejak zaman kerajaan tradisional Negara Dipa di Amuntai (yang sekarang menjadi ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Utara). Ada referensi yang menyebutkan bahwa kain ini telah diwariskan secara turun temurun sejak abad XII saat Lambung Mangkurat menjadi Patih Negara Dipa.

Dari cerita yang berkembang di masyarakat, Sasirangan pertama kali dibuat oleh Patih Lambung Mangkurat setelah bertapa selama 40 hari 40 malam di atas rakit Balarut Banyu. Menjelang akhir tapanya, beliau mendengar suara perempuan yang keluar dari segumpal buih. Perempuan ini bernama Putri Junjung Buih yang kelak menjadi Raja atau penguasa di daerah ini. Sang putri hanya akan menampakkan diri jika dua permintaannya terkabulkan. Pertama adalah dibangunkan istana. Kedua adalah meminta selembar kain yang ditenun kemudian diwarnai oleh 40 orang putri dengan motif wadi/padiwaringin. Kedua permintaan ini harus diselesaikan dalam waktu satu hari. Kain permintaan inilah yang dicatat sebagai kain Sasirangan yang pertama ada.

Menurut mitos yang tersebar dari masa ke masa, kain tradisional ini pada awalnya dikenal dengan nama KAIN LANGGUNDI. Kain tenun yang berwarna kuning. Kain ini kemudian dijadikan sebagai sarana pelengkap dalam terapi pengobatan alternatif. Seperti misalnya dikenakan sebagai selimut untuk mengobati penyakit demam atau gatal-gatal, dililitkan di perut untuk menyembuhkan penyakit diare, disentri, kolera dan sejenis penyakit perut lainnya, dililitkan di kepala atau disampirkan sebagai penutup kepala sebagai sarana untuk menyembuhkan migrain, atau kepala berdenyut-denyut dan lain-lain.

Berangkat dari fungsi sebagai pengobatan, Sasirangan akhirnya diproduksi sebagai salah satu kebutuhan primer masyarakat.

Sasirangan. Apa dan Bagaimana

Sasirangan berasal dari kata SIRANG atau MENYIRANG yang dalam bahasa Banjar berarti MENJELUJUR atau teknik menjahit jelujur dengan menggunakan tangan, kemudian diikat dengan benang atau tali rafia dan selanjutnya dicelup untuk proses pewarnaan. Karena dicelupkan inilah, Sasirangan merupakan sejenis batik sandang yang juga disebut dengan istilah KAIN CALAPAN atau CELUPAN yang didekorasi dengan motif tradisional khas Kalimantan Selatan, baik dari segi warna maupun motifnya.

Pada mulanya, saat kain Sasirangan dibuat, bahan dasar dari kain ini adalah benang kapas atau serat kulit kayu. Tapi seiring dengan kemajuan teknologi dan pengetahuan tentang dunia fashion, Sasirangan dibuat dari bahan lain seperti sutera, satin, santung, blacu, polyster hingga rayon. Semua tentu saja disiapkan dalam rangka memenuhi selera dan kebutuhan pasar. Termasuk diantaranya adalah peningkatan kualitas produk yang bisa menembus berbagai lapisan masyarakat beserta daya beli mereka.

Ciri khas dari kain Sasirangan ini adalah terletak pada rangkaian motifnya yang biasa tersusun secara vertikal. Jarang sekali berupa komposisi horizontal. Dan ini benar-benar menjadi ciri khas dan yang membedakan Sasirangan dari kain Batik Jawa atau produk wastra lainnya di nusantara. Gambar motif yang timbul menjadi putih (jejak-jejak putih yang berbaris) dipengaruhi oleh warna yang menjadi warna dasarnya. Biasanya garis-garis ini dibuat berganda atau berjajar dua atau tiga.

Pewarna pun mengalami proses perubahan. Dahulu sekali sebagian besar dari kain menggunakan pewarna alam yang berasal dari tumbuhan. Seperti kayu ulin, kulit rambutan, buah gincu, kunyit, buah ketapan, daun jati, daun mangga, jalawe, tiwadak banyu dan tanaman indigofera (tanaman dari kelompok leguminosa, daun tipe majemuk dengan bunga berwarna ungu). Tapi pelan-pelan materi pewarnaan diambil dari produk sintetis seperti untuk tekstil yang tentu saja melahirkan banyak penghematan dan kepraktisan.

Dalam perkembangannya, Sasirangan bukan hanya dipertahankan sebagai satu identitas atau ciri khas daerah Kalimantan Selatan. Tapi juga memiliki nilai guna lainnya dan manfaat ekonomi yang menyertainya.

Sasirangan. Warisan Budaya Tak Benda Kalimantan Selatan
Motif fauna dan tanaman air juga menarik untuk dilihat

Baca Juga : Terjebak Kekaguman di Outlet Dekranasda Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan

Berburu Sasirangan

Dari kunjungan ke NDF Sasirangan Bordir Hj. Imay, saya kemudian sempat melanjutkan perburuan ke dua tempat yang menampilkan keindahan Sasirangan di hari berikutnya.

Tempat pertama yang saya kunjungi di pagi hari adalah Kampung Sasirangan yang terletak di Jl. Seberang Masjid, Kelurahan Seberang Masjid, Banjarmasin Tengah. Di sepanjang jalan yang menjadi sentra penjualan Sasirangan ini, saya melihat banyak sekali toko-toko yang menyajikan Sasirangan dalam berbagai bentuk. Mulai dari kain meteran, gamis, kemeja, kerudung, kaos dan berbagai souvenir seperti kipas, gantungan kunci dan kebutuhan fashion lainnya seperti tas wanita, dompet, dan lain-lain.

Di salah satu toko yang cukup besar, berupa rumah dengan dua lantai dan bercat putih, saya disambut dengan kepadatan pengunjung. Sembari menunggu dilayani, saya membaca sebuah flyer yang menceritakan sekilas tentang Sasirangan dan ada studio kecil yang menunjukkan kain yang sudah dijelujur mengikuti rancang motif yang sudah dibuat. Dari toko ini pula saya mendapatkan informasi bahwa mereka menjual belasan motif tradisional seperti Gigi Haruan (gigi ikan gabus), Bayam Raja (daun bayam), Kambang Kacang (bunga kacang panjang), Naga Balimur (ular naga), Daun Jeruju (daun tanaman jeruju), Bintang Bahambur (bintang bertaburan di langit), Kulat Karikit (jamur kecil), Turun Dayang (garis-garis) dan Kangkung Keombakan (daun kangkung).

Sayangnya saya tidak diperkenankan memotret di toko ini. Jadi tidak bisa memperlihatkan beragam koleksi mereka.

Di toko berikutnya saya menemukan satu keunikan yang tadinya tidak pernah terpikirkan oleh saya. Di tempat ini saya melihat mereka sudah berinovasi dengan motif yaitu memadukan antara Sasirangan dengan Ecoprint. Kain ini diberi nama Saeco dan hanya menggunakan pewarna alam. Mengetahui sedikit tentang Ecoprint, saya sangat memahami bahwa perpaduan ini melahirkan gaya materi alam yang melewati proses pembuatan yang cukup rumit dan panjang. Jadi tidak heran saat mengetahui bahwa harga Saeco lebih mahal dari Sasirangan biasa.

Setelah puas memasuki setiap toko yang ada, saya akhirnya memutuskan untuk membeli outer yang didominasi dengan warna hijau. Saya langsung jatuh cinta pada outer ini karena warnanya sesuai dengan selera dan ukurannya pun begitu pas di tubuh. Mulai dari lingkar dada hingga panjangnya yang persis semata kaki. Jodoh banget sepertinya. Benar-benar pas seperti pesanan jahitan.

Di toko sebelahnya lagi saya melihat sebuah jump suit yang didominasi oleh warna hitam dan abu-abu berbahan sutra. Ini pun kok ya pas di ukurannya di badan. Tanpa berpikir dua kali, jump suit ini pun langsung saya pinang. Tentu saja tanpa bisa menawar. Bukan karena apa-apa, tapi lebih kepada saya yang memang tidak mempunyai kemampuan untuk menawar. Gak tegaan judulnya (ngakak di pojokan). Dan harga yang diajukan pun menurut saya sangat reasonable.

Sasirangan. Warisan Budaya Tak Benda Kalimantan Selatan
Saya mengenakan outer Sasirangan yang saya beli di Kampung Sasirangan. Keindahannya banyak dipuji oleh banyak orang yang melihat.

Racun belanja ternyata tidak berakhir di Kampung Sasirangan.

Di tengah hujan yang cukup deras, saya kembali menyusur jalan menuju Banjarbaru dan kembali bertemu dengan Utari dan Ruli. Hujan angin enggan berhenti bahkan saat saya menikmati bercangkir-cangkir kopi di sebuah kantin yang ada di dalam lingkungan Museum Lambung Mangkurat. Kami bertiga melanjutkan obrolan hangat sembari menunggu kedatangan driver sewaan yang harus mengikuti salat Jumat.

Awalnya saya ingin berkunjung ke salah satu destinasi wisata yang ada di Banjarbaru. Tapi karena hujan angin semakin heboh, Utari dan Ruli akhirnya mengajak saya ke outlet Dekranasda Kota Banjarbaru yang berada di Gedung L dengan lokasi persis di belakang museum.

Sebagai seorang crafter dan womanpreneur yang bergerak di area handmade products, diajak ke pusat penjualan produk kreatif, senengnya gak kira-kira. Outlet Dekranasda Kota Banjarbaru pun tertata indah bagaikan professional boutique. Isinya pun terseleksi dengan baik sehingga outlet ini bisa dikatakan sebagai wajah sentra kreatif kota Banjarbaru yang berkelas.

Kekaguman saya pun semakin dilengkapi dengan hadirnya Sasirangan yang sudah diolah dalam berbagai finished products. Seperti pakaian pria dan wanita, tas (pesta dan sehari-hari), souvenir (buah tangan) dan beberapa produk fashion yang ready to wear. Saya sendiri, setelah lupa waktu menikmati sedemikian banyak produk berkualitas, pilihan pun berakhir pada tas selempang berbahan dasar Sasirangan, coklat kecil-kecil yang bungkus kertasnya adalah print out dari motif Sasirangan, lalu kaos untuk suami dan anak-anak dengan menampilkan Sasirangan sebagai ornamen.

Baca Juga : Terjebak Kekaguman di Outlet Dekranasda Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan

Sasirangan. Warisan Budaya Tak Benda Kalimantan Selatan
Saya dan jump suit Sasirangan yang saya beli di Kampung Sasirangan. Lokasi foto di Concordia Lounge Bandara Internasional Syamsuddin Noor, Banjarbaru, Kalimantan Selatan

Kesan Istimewa Saya Untuk Sasirangan

Sebagai penggemar dan pecinta wastra nusantara, saya menemukan cinta kesekian pada Sasirangan, warisan budaya tak benda Kalimantan Selatan.

Dari beberapa kali penelusuran dan pencatatan pribadi, setiap wastra daerah memiliki cerita, sejarah, ciri khas serta keistimewaannya masing-masing. Keunikan rancangan dan pengembangan dari tradisional kemudian berpadu dengan sentuhan kekinian pun menjadi satu langkah yang patut diapresiasi.

Popularitas wastra nusantara pun semakin bergerak naik dari waktu ke waktu. Selain memang para produsennya bertambah, kemampuan finansial yang juga ikut meningkat, pengenalan banyak produk wastra terbantukan oleh hadirnya berbagai kesempatan berpromosi yang sangat interaktif baik secara offline (contoh lewat pameran) dan online melalui medsos, website, e-commerce dan lain-lain. Perkembangan teknologi pun banyak terlibat dan menjadi bagian penting di dalamnya.

Pada kenyataannya stakeholders yang bersentuhan dengan wastra pun banyak sekali. Mulai dari lingkungan terkecil dan terdekat, organisasi pemerintahan maupun swasta, tiap manusia secara personal dan lini usaha yang terlibat dalam proses produksi yang berperan dari hulu hingga ke hilir.

Lingkup terkecil itu adalah diri kita sendiri.

Bagaimana caranya agar keikutsertaan kita pada wastra nusantara bisa menjadi sesuatu yang berarti? Gak perlu bantuan seorang doktor sarjana S3, untuk memberikan tanggapan atas pertanyaan ini. Karena jawabannya sangat sederhana. Bantulah kesejahteraan para perajinnya dengan menghargai apa yang mereka telah lakukan pada wastra tersebut.

Membeli? Jika punya dananya, mengapa tidak? Membantu promo? Sungguh diharapkan. Menuliskannya? Tentu saja. Mengenalkannya pada dunia? Jauh lebih bagus lagi.

Jika secara finansial kita tidak dapat membantu. Mengapa sebagai blogger atau penulis kita tak bisa?

Pertemuan saya dengan Sasirangan ternyata menjadi salah satu awal yang istimewa buat diri pribadi untuk wastra yang satu ini. Kain ini sesungguh telah saya kenal lama saat masih di sekolah lanjutan. Salah seorang Bibi dari garis Ibu yang pernah menemani suaminya pindah ke Banjarmasin pun seringkali saya lihat mengenakannya. Kegemaran beliau pada banyak kain khas daerah, membangkitkan kekaguman yang pelan-pelan menjejak di hati kecil saya.

Jadi saat saya bertemu dengan Sasirangan berulangkali saat berada di Banjarmasin dan Banjarbaru, kesan istimewa atas Sasirangan kian melekat pada pikiran.

Yok jadikan kain nusantara sebagai tuan rumah di negeri kita sendiri. Beli, kenalkan dan promosikan.

Baca Juga : Revitalisasi Puta Dino. Tenun Tidore yang Hampir Punah

    Blogger, Author, Crafter and Photography Enthusiast

    annie.nugraha@gmail.com | +62-811-108-582

    66 thoughts on “Sasirangan. Warisan Budaya Tak Benda Kalimantan Selatan”

    1. Kalau liat kain corak begini, jadi ingat Dian Pelangi dong :D
      Baru tahu kalau nama kainnya, kain Sasirangan. Dan ternyata ada ciri coraknya ya, hal begini kalau nggak dijelasin kadang tuh nggak ngeh, pokoknya corak ya corak aja :D
      Mau vertikal atau horisontal, ternyata ada ciri khas setiap jenis kainnya :)

      Reply
      • Dian Pelangi lebih condong ke Batik Pekalongan ya. Cuma dia bikin modifikasi dan ciri khas sendiri. Saya pernah ke mother storenya Dian Pelangi di Pekalongan. Kebetulan Dian ini keponakannya temen SMP saya. Koleksinya banyak sekali di sana. Tempatnya juga nyaman banget.

    2. Waktu kuliah S1 dulu, aku pernah dapat oleh-oleh dari sahabat lama (Apa kabar mbak YAyuk?) berupa kain sasirangan warna hijau. LAngsung deh aku jahitin jadi baju lengan pendek. KAlau pas praktik aku pakai baju itu, suster2 pada komen… “BAgus banget dok batiknya… seger deh lihatnya”
      Sekarang masih punya 1 baju sairangan warna biru… aku eman-eman sih, jarang kupakai karena terlalu sayang….

      Reply
      • Kalo jahit sendiri memang lebih puas ya Mas. Bisa pas di tubuh dengan komposisi pola yang peletakannya bisa disesuaikan. Jadi penasaran pengen lihat Mas Taufiq berfoto dengan Sasirangan. Pasti tampan banget.

    3. Di balik motif kain yang negitu menarik ternyata ada kisah di dalamnya. Budaya seperti jni ahrus tetap di jaag, karena bisa menjadi kekayaan budaya. Apalagi ini berhubungan dengan sebuah karya yang luar biasa

      Reply
    4. Setujuuu, wastra Nusantara cantik-cantik, jadikan sebagai tuan rumah di negeri kita sendiri. Beli, kenalkan dan promosikan.! Hiks, saya belum punya sasirangan, Mbak Annie. Jadi pengin punya lihat penampakannya cakep-cakep begini. Itu outer dan jum suit yang dipakai Mbak Annie pun unik. Senangnya ga cuma belanja tapi bisa lihat prosesnya dan mengulik sejarah sasirangan ini

      Reply
      • Betul Mbak Dian. Alhamdulillah saya diberikan rezeki, kesehatan dan kesempatan untuk melihat sendiri bagaimana Sasirangan itu ada mulai dari 0 hingga tampil di display. InshaAllah ingin menemukan wastra Indonesia lainnya untuk diliput. Semoga Allah SWT mengijinkan.

      • Batik di Jawa tuh luar biasa ya Mbak. Saya pengen banget ke Solo dan ketemu salah satu produsennya. Buat memotret melakukan eksplorasi terus menuliskannya di blog saya.

    5. Bisa yuk bisa, kain Nusantara kita yang kaya dan beragam jadi tuan di rumahnya sendiri.
      Karena coraknya juga apik.
      Malah sukanya itu ada filosofi tersendiri.
      Apalagi sasirangan ini yang manis motifnya.

      Reply
      • Kuy kita bantu dengan membeli, memakai dan mempromosikannya. InshaAllah satu persatu, jika konsisten, wastra nusantara akan terus menjadi tuan rumah di negara kita.

      • Waktu saya di NDF Sasirangan Bordir Hj. Imay banyak juga gamis yang dipajang. Cantik-cantik luar biasa.

      • He em, jadi melihat fokus kainnya yang motifnya keren apalagi warnanya juga terbilang cerah. Kemungkinan pas dipakai bakal bikin PD si pemakainya ya

    6. Yang paling seru menurut saya adalah menyaksikan langsung proses pembuatannya, ya, Bu.
      Saya pernah waktu di daerah Pleret Cirebon, komplek Batik Trusmi melihat langsung pembuatan batik. Dan mereka ngga ngelarang kita sampe yang masuk ke dapur-dapurnya gitu.
      Seru banget, itu.
      Ternyata pembuatannya itu ngga gampang. Jadi wajar kalo kain batik atau kain tradisional itu ngga murah harganya.
      Tulisan bu Annie selalu lengkap. Seneng baca apalagi mandang foto-fotonya.

      Reply
      • Setuju banget Suci. Dengan melihat proses produksinya, kita jadi respect tentang produknya dan pihak yang memproduksinya. Yang mana kemudian kita paham bagaimana nilai penjualan mencapai angka tertentu. Apalagi ini pure handmade. Dibuat tanpa mesin dan benar-benar mengandalkan keahlian, ketelitian, kesabaran dengan proses yang tidak sebentar.

    7. cakep banget ya mba kain sasirangan, terus motif kainnya tuh kekinian kaya tie-dye gitu, tar ah kalo dinas ke kalsel mau beli satu hihi

      Reply
      • Aamiin YRA. Semoga dimudahkan rezeki dan diberi kesempatan untuk ke Banjarmasin atau Banjarbaru ya Mbak. Bisa mampir ke Kampung Sasirangan di Banjarmasin atau ke NDF Sasirangan Border Hj. Imay kalo di Banjarbaru.

    8. Pertama kali kenal Sasirangan krn punya suami org Kalimantan. Sebelum nikah dikasi kain sasirangan ma calon mertua waktu itu. Pas acara mertua kaget kok sasirangannya bisa jadi 4 baju buat aku dan keluarga, pdhl awalnya buat aku aja wkwk. ya iyalah soalnya sekeluarga kurus2 dan penjahitnya pintar kasi ornamen renda dll :D
      Tapi sekarang belum punya sasirangan baru lagi krn badan udah melebar haha. Moga ntr bisa beli sasirangan lansgung dr sana juga :D
      ..

      Reply
      • MashaAllah. Beneran pasti kaget itu (calon) mertua. Tapi memang ya Pril. Terlepas dari ukuran badan, kalo penjahit nya pinter, kain ukuran apapun bisa diproduksi dengan baik jika dia paham cara berinovasi. Aku pernah tuh punya tukang jahit begitu.

        Kuy kapan ada rezeki ke Banjabaru, sempatkan beli lagi buat bikin Sarimbit ya.

    9. Sasirangan ini batik Kalimantan Selatan yaa, Mba? Coraknya cantik-cantik euy

      Mba Annie beruntung karena bisa menyentuh langsung kain-kain yang indah itu plus melihat langsung proses pembuatannya

      Reply
      • Alhamdulillah Mbak Ira. Perjalanan ini sungguh luar biasa bagi saya. Setelah sekian lama saya punya Sasirangan akhirnya bisa melihat sendiri proses produksinya.

    10. Saya selalu suka dengan beragam wastra nusantara. Tetapi, dulu memang suka bingung memakainya. Karena kesannya kuno. Beda dengan sekarang banyak desain yang kreatif. Gak heran kalau kemudian jadi semakin banyak yang suka memakai kain tradisional

      Reply
      • Iya Mbak. Untuk beberapa orang yang koleksi wastra Indonesia, kainnya disimpan dalam bentuk meteran, bukan dijadikan produk fashion. Saya juga gitu. Ada beberapa yang saya koleksi dalam lembaran aja.

    11. Penasaran bagaimana membentuk motif motif yang ada di kain dengan cara menjelujur. Kalau melihat langsung proses pembuatannya asik juga..

      Reply
      • Kalau biasanya menjahit, teknik jelujur tuh paling gampang Mbak Retno. Yang butuh imajinasi tuh pas pembuatan pola. Ada pakem-pakem yang harus dipahami terlebih dahulu sebelum bikin polanya di kain.

    12. Menarik sekali bisa melihat langsung warisan budaya dalam sebuah pameran ya, Mba. Lihat pilihan motifnya itu pengen bawa pulang satu deh. Tentunya sejak jaman dulu sampai sekarang sudah banyak penambahan motif ya sehingga lebih bervariasi. Pengen main ke Kalimantan Selatan karena mengenal budaya, memasuki museum itu punya rasa tersendiri saat melakukan perjalanan.

      Reply
      • Hehehehehe bisa beli online Mbak Wahyu. Bisa simak di IG nya @ndfsasiranganhjimay atau Shopee dengan nama yang sama. Di sana banyak informasi tentang NDF

      • Betul banget Mbak. Butuh keahlian khusus juga untuk pembuatannya. Jadi memang punya nilai tersendiri untuk prosesnya.

    13. Salah satu sepupuku ada yang dapat orang Banjar, kak Annie.
      MashAllah~
      Jadi ada kenangan tersendiri mengenai kain Sasirangan ini. Terutama ketika jelang akhir hayat Bapak rahimahullah yang beli sarimbit kain Sasirangan sama Ibu. Belum sampai dipakai bareng, karena waktu itu keburu umroh trus operasi besar dan akhirnya Bapak wafat.
      Jadi kalau kak Annie cerita sejarahnya, sedikit terbangkitkan memori mengenai Bapak.

      Reply
      • MashaAllah. Semoga almarhum Bapak husnul khatimah dan mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT. Mendapatkan tempat terbaik disisiNya.

      • Aamiin~
        Terima kasih doanya kak Annie.

        Melihat motif dan warna kain Sasirangan ini sangat elegan ya..
        Aku jadi kebayang karena motif ini bisa banget dipadukan dengan modernisasi fashion zaman sekarang sehingga bisa digunakan oleh anak muda gen Z dengan penuh kebanggan.

    14. hasilnya bisa bagus dan keren keren gitu ya. jadi ingat dulu zaman kuliah sempat membuat batik celup dan susahnya minta ampun, sedikit yang sesuai harapan, sisanya amburadul hehehe

      Reply
      • Makanya batik handmade tuh mahal harganya ya Mbak. Pengerjaannya tidak gampang dan butuh keahlian khusus.

    15. Dulu sempat juga nih mba aku lihat proses prosen penciptaan kain ini waktu itu di Banten Bayah..

      pantas mahal ya ternyata gak mudah aku baru tau sejarah dan tentang kain Sasirangan. Warisan budaya Kalimantan Selatan ini

      Reply
      • Wah saya jadi penasaran dengan kain di Banten Bayah. Browsing ah. Saya belum tahu sama sekali.
        Memang Mbak Utie, Sasirangan ini unik banget. Selain sejarahnya memang memorable, proses pembuatannya pun mengesankan.

    16. Kalau boleh sombong, kayaknya gak ada negara yang lebih kaya di Indonesia. Negara-negara lain warisan budayanya mana sebanyak ini. Satu provinsi aja ada buanyakkkkkk, apalagi satu negara?

      Reply
      • SETUJU pake bangets. Bangga dengan budaya kita yang berlimpah ruah. Gak cuma kain/wastra, tapi juga kuliner dan destinasi wisata.

    17. Betapa kaya rayanya Indonesia, kupikir batik itu cukup ada di pulau Jawa, ternyata ada Sasirangan yang ada di Kalimantan dengan corak yang gak kalah cantik. Tokonya juga berada di tempat yang strategis ya dekat toko kue dan warung makan, cocok buat pengunjung yang lapar dan pengen bawa oleh-oleh

      Reply
    18. Kain batiknya cantik-cantik ya. Aku suka banget yang namanya batik. Tiap daerah motif dan kisahnya beda2 dan ciri khasnya itu yg membedakan ya. Baru kali ini tahu kain batik kalimantan

      Reply
      • Alhamdulillah. Saya juga gak menyangka bakal punya kesempatan menyentuh langsung kain Sasirangan di KalSel. Kok ya pas dengan jadwal suami dinas kesana. Semoga suatu saat Mbak Maria bisa sampai kesini juga ya.

    19. Cantiknya kak Annie kain Sasirangan Kalimantan Selatan ini, khas ya. Inilah kayanya Indonesia dengan berbagai kain batik sesuai dengan daerahnya. Ada yang sudah jadi pakaian, bisa langsung dipakai. Btw kakak borong berapa banyak kain Sasirangan ini? puas deh ya kak belanja disana untuk oleh-oleh

      Reply
      • Kalau sudah lihat langsung sulit untuk menahan diri Kak Dennise hahaha. Saya sempat beli kaos lengan panjang, jump suit, outer dan celana panjang. Motif dan warnanya sengaja saya pilih berbeda agar bisa dimix and match dengan banyak outfit yang sudah saya miliki.

    20. Kain Sasirangan memang unik ya. Berita tentang Sasirangan yang jadi warisan budaya tak benda Kalimantan Selatan dan sudah resmi tercatat di Warisan Budaya Tak Benda Indonesia milik Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia saya dengar ketika masih merantau di luar negeri. Ya sekitar tahun 2010 lebih deh.
      Alhamdulillah nih dapat cerita lengkap juga dari artikel ini akhirnya

      Reply
      • Bener Teh Okti. Sasirangan juga sempat dikenalkan ke publik dunia saat event New York Fashion Week.

    21. Melihat koleksi Sasirangan milik NDF Sasirangan Bordir Hj. Imay ini saya begitu tertarik, paling bikin jatuh hati di pandangan pertama adalah kombinasi warnanya. Penuh spirit . Terus motifnya simple, tidak terlalu ramai

      Reply
    22. Indonesia memang kaya budaya ya mbak
      Banyak juga warisan budaya tak benda yang ada di Indonesia
      Salah satunya ya kain sasirangan khas Kalimantan Selatan ini
      Warnanya sangat cantik

      Reply
      • Betul banget. Ini baru di satu provinsi loh. Masih banyak wastra lain yang cantik dan membanggakan di tanah air. Kalau sudah menilik satu persatu, waktu beberapa bulan aja rasanya gak cukup.

    23. Sasirangan, unik namanya. Itu jumpsuit kain yg Mba Annie pakai keceeeee. Aku mau lah satu. Jadi ingat dulu pas masih kerja doyan banget pakai kain-kain tradisional yg berupa jas, blazer, sampai kemeja. Harganya zaman dahulu masih sekitaran 150-250 ribu. Pakai yg harga segitu aja udah bangga banget. Suka beli kalau ada pameran dari Kemenperin.

      Reply
      • Sekarang motifnya jauh lebih banyak dan lebih modern Mut. Kalau sudah di pusat penjualannya, dompet langsung tereak kencang hahaha. Pengen dibeli semua oi

    24. Kain sasirangan ini bagus deh. Motifnya pada cakep. Saya malahan baru tahu kalau sasirangan ini udah dimasukan ke warisan budaya tak benda dari daerah Kalimantan Selatan

      Reply
    25. Jadi ingat waktu ayahku kerja di Kalimantan Selatan dia borong banyak kain batik khas Kalimantan, coraknya memang motif batik jawa, masing-masing ada keunikannya

      Reply
    26. Sekilas mirip batik ya kain sasirangannya. Tapi emang cantik-cantik dan manis. Baik warna mau pun lukisannya. Harus dijaga dan tetap dilestarikan nih warisan budaya yang satu ini.

      Reply
    27. warisan budaya Indonesia itu memang kaya dan beraneka ragam ya Mbak, membaca postingan ini jadi tau tentang sasirangan ini, suka deh lihat motif-motifnya, jumpsuit yang Mbak kenakan juga manis sekali.

      Reply
    28. Motif dan warnanya cantik-cantik ya
      Dan ternyata di balik motif kain yang menarik ternyata ada kisah di dalamnya.
      Ini salah kekayaan seni & budaya Indonesia yang harus terus dilestarikan ya

      Reply

    Leave a Comment