
Melok, nderek, mbonceng suami. Yup. Belakangan bulan, profesi saya berubah jadi yang itu tadi. Tukang nebeng (boleh diketawain).
Sebelum berangkat untuk dinas kantor ke luar kota, suami selalu memunculkan pertanyaan klasik “Mau ikut gak?” Pertanyaan basa-basi yang sesungguhnya tidak butuh jawaban. Apalagi untuk seorang istri pengukur jalan seperti saya dan sudah tidak ada beban mengurus anak-anak yang masih kecil. Kesempatan baik sekaligus mencari materi untuk blog dan media sosial. Sambil menyelam minum sirup.
Begitulah.
Kali ini tawarannya adalah ke Banjarmasin, kota terbesar di Kalimantan Selatan dan pernah menjadi ibukota dari Provinsi Kalimantan Selatan. Catet nih kawan. Sekarang ibukota sudah berpindah ke Banjar Baru efektif 2022. Ini juga ditandai dengan aktifnya Bandara International Syamsuddin Noor yang berlokasi di Banjar Baru. Dan status ini juga diucapkan, diumumkan oleh flight attendant saat ketibaan kita.
Ikutnya saya berarti menjadi kunjungan pertama ke kota seribu sungai dengan slogan Kayuh Baimbai yang artinya Mendayung Bersama-sama. Maknanya pasti dalam banget ini. Karena arti dari kata “bersama-sama” melambangkan banyak kebaikan dan manfaat bagi banyak orang.
How excited though!!
Seperti biasa, demi kenyamanan dan kesenangan, suami menginjinkan saya untuk memilih hotel yang akan kami tinggali di 2 malam pertama. Setelah biasanya cukup lama bagi untuk memutuskan mau tidur dimana, tumben-tumbenan kali ini, dalam hanya beberapa menit saya langsung jatuh cinta dengan Rattan Inn Banjarmasin. Apalagi setelah membaca banyak komen atau review yang sebagian besar puas akan layanan, kebersihan dan fasilitas yang ada di hotel Rattan Inn Banjarmasin. Pilihan kamarnya adalah tipe Grand Deluxe dengan ruangan yang terlihat klasik dan berkelas serta sesuai dengan budget. Klop sudah.
Baca Juga : Menyesap Indahnya Pantai Losari dan Selat Makassar di Swiss-Belhotel Makassar
Tiba di Banjarmasin
Setelah mengudara sekitar 1 jam 50 menit dari Soekarno Hatta International airport menuju Syamsuddin Noor International airport di Banjar Baru, hujan yang lumayan deras tampak menghujan bumi menyambut kedatangan saya dan suami. Bandara ini terlihat cukup ramai meskipun tidak terlalu padat.
Tidak butuh waktu lama untuk mengambil bagasi. Tapi saya sungguh kecewa mendapati bag tag saya yang baru saja dipasang pagi tadi hilang tak berbekas. Talinya tampak dipotong/digunting. Padahal penanda koper tersebut bertuliskan nama saya yang secara logika tidak pas untuk dipindahtangankan atau digunakan oleh orang lain. Apalagi tujuannya untuk dijual. Kecuali jika nama saya memang menjual atau setidaknya tenar lah di tanah air (ngekek). Ini kan cuma emak-emak doyan ngider dan makan doang (ttssaahh).
Saat ada pemeriksaan koper oleh petugas bandara, saya menceritakan tentang kehilangan ini dan tentu saja berpesan bahwa kejadian seperti ini, meskipun sebuah perkara kecil dan barang yang hilang bukanlah benda yang sangat berharga, sudah meninggalkan kesan yang tidak baik. Apalagi untuk first experience seperti yang saya alami.
Dua petugas yang memeriksa koper kami tersebut kemudian meminta maaf. Tapi entah demi apa dan atas nama siapa. Saya dan suami memutuskan untuk segera beranjak keluar bandara. Kesel sih. Karena bag tag itu saya pesan khusus kepada teman lama yang sekarang membuka usaha di bidang produk kreatif. Tapi ya sudahlah.
Baca Juga : Stanley Boutique Hotel. Akomodasi Bintang Tiga yang Strategis di Pusat Kota Jakarta
Karena tidak ada yang menjemput, suami akhirnya memesan taxi di counter resmi yang ada di satu area menuju pintu keluar. Menaiki sebuah mobil sedan lama, biaya yang dikeluarkan dari bandara di Banjar Baru menuju Rattan Inn Banjarmasin adalah Rp 150.000,- dengan waktu jelajah sekitar 1 jam.
Jalan dari dan menuju bandara cukup lebar dan luas dengan pemandangan beragam di sisi kanan dan kiri jalan. Masih banyak lahan kosong dengan hutan kecil atau rawa yang bertumbuh subur. Ada beberapa bangunan untuk rumah makan, toko dan hunian, tapi belum mendominasi. Lampu jalan pun belum terlihat. Jadi sepertinya kalau sudah lewat maghrib, butuh keberanian lumayan tinggi untuk melewati jalan ini. Tapi dari si bapak supir saya mendapatkan kepastian bahwa rute yang sedang kami lewati ini aman dan damai. Alhamdulillah.
Sepanjang perjalanan, sembari mengunyah kerupuk kuku macan yang saya beli di minimarket bandara, saya melihat pemandangan tata kota yang banyak butuh sentuhan midas. Banjar Baru sepertinya masih di titik start untuk menghadirkan diri sebagai ibu kota yang baru bagi Kalimantan Selatan. Terlihat banyak perapihan jalan dan bangunan disana-sini.
Memasuki dalam kota, saya dibuat cukup kaget dengan tata kotanya. Banjarmasin tampak semrawut dengan banyak titik rawa dan sungai yang merangsek ke dalam kota. Bahkan saya rada ngilu melihat saluran air atau got di pinggir jalan yang tinggi sama dengan jalan aspal itu sendiri. Tak kuat rasanya membayangkan bahwa air-air itu akan menggerus tanah yang menjadi pijakan bagi beberapa bangunan tinggi.
Saya malah sempat mendengar cerita yang membuat ngilu hati dari driver yang menemani saya selama berwisata di Banjar Baru dan Banjarmasin. Di satu waktu, karena tanah yang tergerus parah, ada satu toko mini market yang mendadak roboh, tersedot, amblas rata dengan tanah.
Apalagi pernah dalam satu hari di kunjungan saya, hujan turun hampir seharian. Dan itu hujan yang deras luar biasa dengan petir yang terus bersahut-sahutan.
Oke. Kita lanjutkan perjalanan menuju hotel ya.
Saya dan suami diajak menyusur Jl. Jend. A. Yani. Satu jalan utama yang dimiliki oleh kota Banjarmasin. Panjang banget. Hotel Rattan Inn Banjarmasin berada di km 5.7, Pemurus Jalan. Side by side dengan banyak bangunan lain seperti show room mobil dan motor, kantor-kantor swasta, kantor pemerintah, beragam jenama hotel, kantor pusat berbagai parpol, fashion store, serta tentu saja berbagai restoran dengan aneka pilihan sajian.
Dari jalanan besar ini, bangunan hotel Rattan Inn Banjarmasin tidak langsung terlihat. Hanya sebuah signage yang tidak begitu besar dan dipasang hampir sejajar dengan jalan aspal. Ada sebuah sungai kecil dengan jembatan diantaranya, yang menghubungkan jalan utama dengan sebuah lahan parkir milik hotel Rattan Inn Banjarmasin.
Here we come.
Baca Juga : Menutup Akhir Tahun 2021 Bersama Keluarga di Ouma Villa Bandung
Kesan Pertama Untuk Hotel Rattan Inn Banjarmasin
Hujan mendera persis saat saya tiba di hotel Rattan Inn Banjarmasin.
Setelah melewati area parkir tadi, ada ruang atau function hall yang cukup besar dan sedang menjadi rumah bagi sebuah acara besar. Tampak banyak orang sibuk mondar-mandir yang sedang mengobrol. Ada juga yang menikmati beberapa hidangan yang ada di teras gedung pertemuan tersebut.
Gedung utama hotel ada setelah itu. Saya dan suami turun dari taxi dengan membawa koper kami sendiri karena bell boy tidak terlihat ready di tempat kedatangan tamu ini. Di depannya bertumpuk kendaraan yang sedang parkir dan sebuah ATM BCA di dalam sebuah bangunan kecil berwarna putih.
Masuk ke lobby utama, kesibukan pun tampak terlihat. Banyak tamu lelaki bergamis dan berkopiah terlihat mengobrol di setiap sudut. Beberapa hari setelahnya saya baru tahu bahwa Banjarmasin baru saja menjadi tuan rumah diselenggarakannya MTQ Nasional. Jadi tidak heran jika pemandangan dipenuhi oleh banyak tamu yang berbusana muslim layaknya mereka yang terlibat dalam perlehatan seperti itu.
Di sudut kiri terlihat counter layanan check-in dan check-out dengan line antrian yang sedang sepi. Saya tiba sore hari, jadi tidak harus menunggu. Melihat saya dan suami hanya membawa koper yang sedikit, tampaknya tim pelayanan tamu tidak terlalu memperhatikan kami.
Well, kesan pertama saya atas hotel Rattan Inn Banjarmasin ini, secara keseluruhan jadinya cukup unik. Untuk skala bintang empat, tidak ada kesan istimewa untuk pengaturan ruangan penerimaan tamu. Ruangannya cenderung plong dengan ketinggian ceiling yang tidak jangkung. Hanya terlihat dua buah chandelier berbentuk garis yang silang menyilang, sofa tempat menunggu dan satu dinding kaca dengan ornamen berlogo hotel. Seperti biasa, di lantai dasar ini juga ada lobby lounge dengan sebuah cafe yang terlihat asik banget untuk ngopi bareng sembari mendengarkan alunan musik.
Petugas resepsionis yang mengarahkan saya untuk menuju lift yang berada di belakang area kerja mereka dan langsung menghubungkan saya dengan kamar yang sudah kami pesan.

Baca Juga : Kemegahan Sarat Kesan di Nuanza Hotel & Convention Cikarang
Kamar Grand Deluxe Dengan Sentuhan Klasik
Untuk mencapai kamar setelah keluar dari lift, saya harus melewati sebuah pintu yang hanya bisa diakses dengan menggunakan kartu kamar elektronik yang telah diberikan hotel. Jadi ada double security akses yang diaplikasikan.
Melewati pintu ini, saya bertemu lorong berbentuk U (U-shape) yang menghubungkan penginap dengan banyak kamar. Di sisi luar terdapat deretan jendela kaca yang dari lantai kamar saya memungkinkan tamu melihat sebuah ruang terbuka, seperti taman besar yang diperuntukkan bagi event outdoor. Ada panggung berukuran sedang di salah satu sisi, sebuah gazebo besar dan berbagai tanaman hidup untuk memberikan sentuhan keindahan.
Kamar saya berada di salah satu ujung dari sudut U ini. Yuk ngintip ke kamarnya.

Seperti biasa. Beberapa langkah setelah masuk dan meletakkan koper, saya langsung motret setiap sudut kamar. Mumpung masih rapi dan tampil apa adanya. Yang pasti, setiap foto yang dihadirkan hotel Rattan Inn Banjarmasin di setiap materi promosi memang sesuai adanya. Khususnya untuk tipe kamar Grand Deluxe yang sudah saya pesan. Klasik dan berkelas.
Foto-foto untuk lini pemesanan on-line dan beberapa testimoni para penginap juga tidak ada yang meleset. Nuansa klasik yang menjadi tema utama design interior nya ciamik banget. Mulai dari pemilihan jenis furniture yang digunakan hingga warna yang mendominasi ruangan termasuk sentuhan kenyamanan untuk penataan kamar mandinya.
Kamarnya juga bersih dengan peralatan elektronik yang berfungsi dengan baik. Dengan dinding full kaca, kamar saya yang menghadap ke lobby depan, saya bisa melihat sebuah jalan tembus yang menjadi alternatif akses ke area belakang hotel. Saya dan suami sempat berjalan-jalan ke arah ini untuk mencari makan malam. Terlihat ada rumah makan sederhana, toko kue, dan lain-lain. Hanya saja karena sudah mulai gelap karena hujan, aktivitas di lingkungan sini tidak terlihat ramai.
Kamar mandinya cukup luas. Semua bersih. Perangkat mandi berfungsi dengan baik. Nothing to complaint.
Eh tapi ada satu nih titipan tulisan dari suami. Sambungan internet/wifi yang tersedia di kamar cukup lamban. Lemot. Lama koneksinya. Jadi suami sempat mengalami kesulitan untuk bekerja secara on-line.
Semua compliments juga tersedia lengkap. Mulai dari toiletries di kamar mandi juga minuman sachet, air putih, dua pilihan gula yang diletakkan di meja panjang dekat TV dan meja kecil untuk bekerja.
Sudut favorit saya dari kamar ini adalah sofa single seater yang diletakkan di dekat kaca dinding kamar. Nyaman banget duduk di situ. Menemani sofa ini ada meja bulat hitam yang mampu menampung banyak barang. Setidaknya bisa untuk naruh camilan dengan berbagai minuman untuk bersantai. Saya bahkan sempat tertidur menikmati waktu-waktu mengasikkan sembari membaca dan menikmati kopi di tengah hujan deras yang rintiknya menyentuh kaca kamar.
Hawa dingin mendadak menyeruak. Tadinya ingin langsung mandi lalu ngukur kasur, tapi lambung ternyata berteriak minta diisi. Saya dan suami pun melangkah keluar hotel, berusaha menemukan resto atau tempat untuk menikmati makan malam.
Baca Juga : Keindahan dan Kenyamanan Tersembunyi di TAMA Boutique Hotel Bandung

Menikmati Sajian yang Berlimpah di Palmea Resto
Setelah makan malam dengan semangkok besar soto lamongan di sebuah warung yang berada sekitar 300 meter dari hotel, mandi dengan air hangat, minum segelas air hangat, membalas beberapa pesan penting di gawai, saya menikmati tidur berkualitas hingga keesokan harinya.
Saya merasakan tidur yang nyenyak berkualitas di malam pertama berada di hotel Rattan Inn Banjarmasin. Kalau gak ingat bahwa saya akan dijemput untuk menjelajah Banjarmasin dan Banjar Baru di pagi itu, mungkin saya masih terlelap atau setidaknya leyeh-leyeh di kamar sepuas mungkin.
Jadilah pagi itu langsung mandi, bersolek sederhana, dan meluncur ke Palmea Resto untuk menemani suami menikmati sarapan.
Seperti halnya info yang saya dapatkan lewat beberapa review, Palmea resto, yang disebut sebagai coffee shop oleh hotel Rattan Inn Banjarmasin, area khusus makan pagi ini juga memberikan kesan klasik dan berkelas. Terutama untuk dekorasi ruangan. Baik yang dipasang di hampir semua dinding resto, juga peralatan yang digunakan.
Tempatnya luas dengan pembagian spot yang disesuaikan dengan peruntukkan dan jenis sajian nya.
Sesaat setelah melapor pada petugas di pintu masuk, saya melihat sebuah bakul bahu yang menawarkan misua. Hidangan sejenis soto dengan kuah yang segar. Di sebelahnya ada counter besar yang menawarkan nasi goreng yang dijaga kehangatannya dengan meletakkan nasi tersebut di sebuah wajan dengan kompor kecil di bawahnya. Ada seorang petugas yang selalu siap untuk melayani permintaan kita.
Di spot yang sama ada rak-rak kayu di atas meja yang menyajikan hidangan bubur dalam gentong gerabah berukuran besar. Lalu di sebelahnya ada berbagai macam jajan pasar. Tak jauh dari situ ada sebuah meja panjang yang menampilan makanan penutup dan sushi. Uniknya, sushi ini di letakkan begitu rapi dan menarik dalam sebuah wadah tangga kecil kayu. Persis seperti tampak sajian sushi yang kita lihat di resto Jepang. Di sebelah juga ada gentong besar untuk bubur beserta condiments nya.
Nah yang membuat sudut ini terlihat berkelas adalah hiasan dinding yang berada di atas meja panjang tersebut. Ada sederet ukiran kayu bulat yang disusun berurut dengan ukuran yang berbeda-beda. Cakep banget. Saya langsung terpikir untuk membeli hiasan kayu yang sama untuk ruang tamu rumah saya.
Baca Juga : Santika Pasir Koja Bandung. Weekend Getaway di Awal Oktober


Yuk sekarang masuk ke bagian dalam resto.
Di sini lagi-lagi saya berdecak kagum. Satu penataan ruangan yang apik tampak terbentang di depan mata. Vibes hommy nya terasa sekali. Saya merasakan kenyamanan seperti layaknya berada di rumah sendiri. Meskipun tentunya ruang makan di rumah saya jauh lebih sederhana dari apa yang ditampilkan oleh hotel Rattan Inn Banjarmasin.
Berjalan masuk ke bagian dalam resto, di kiri tadi ada satu meja khusus untuk beragam minuman. Dan itu panjang serta lengkap banget. Ada air putih biasa, infused water, beberapa juice buah serta kopi dan teh. Saya sempat bolak-balik mengambil infused-water tadi. Rasanya segar banget dengan dominasi sentuhan rasa lemon. Bagus banget sebagai pembuka makan pagi serta menaikkan selera makan.
Di tengah-tengah resto bagian dalam ini, ada spot segi empat, Dapur Chef Ari, yang di sekelilingnya diletakkan berbagai makanan rumahan yang pilihannya berlimpah ruah. Sampe bingung harus memilih dan mencoba yang mana dulu. Semua begitu menggoda dengan wangi yang menyeruak hidung. Apalagi saat saya bertemu dengan ikan asin sepat kecil-kecil yang digoreng garing. Ya ampuuuunn kesukaan saya banget ini. Cocok banget dipadankan dengan nasi kuning, ayam dan sayuran yang pertama kali saya nikmati sepagian itu.
Plating dan presentasi makanannya juga patut diacungi jempol. Penggunaan wadah-wadah tradisional seperti gerabah dan daun pisang sebagai alas, memberikan sentuhan tradisional yang apik. Kuantitas makanannya pun penuh, gak pelit dan cepat terisi kembali saat mulai berkurang.
Nikmat pembuka hari yang begitu sempurna.
Dan menjadi lebih sempurna lagi saat saya melihat berbagai dekorasi dinding yang ada di setiap sudut resto. Sebagai seorang yang terlibat di dalam dunia kreatif, dekorasi ini sungguh mengesankan. Bahkan ada yang akhirnya mengilhami saya untuk memindahkan ide tersebut sebagai kalung wire jewelry. Jenis perhiasan yang biasa saya bikin di bawah jenama FIBI Jewelry. Hiasan yang terbuat dari rotan ini sangat menawan untuk berpindah wujud menjadi sebuah perhiasan.
Saya terkesan sekali.
Bagaimana dengan kualitas masakannya?
Semua yang saya nikmati umami tak terkira. Rasanya jempolan dengan bumbu yang tidak pelit. Terasa enaknya. Setidaknya sesuai dengan selera saya yang memang pada dasarnya mencintai menu-menu nusantara yang kaya rasa. Pengennya sih dicobain semua tapi sayangnya lambung yang sudah kisut ini tidak mampu menampung banyak.
Begitupun yang saya alami keesokan paginya. Palmea resto di hotel Rattan Banjarmasin nyatanya bikin saya kangen dengan masakan rumah, masakan lezat yang selalu dihidangkan oleh ibu saya. Atau kenikmatan setara yang pernah saya alami saat berada di hotel-hotel berbintang dan resto-resto nusantara yang sudah saya kunjungi.
Pilihannya juga berlimpah ruah. Saya sampai mati gaya dan bingung berat harus memilih yang mana. Apalagi salah seorang waiter di sana sempat berulangkali mengusulkan dan atau mengingatkan saya untuk tidak lupa mencoba ini dan itu. Ya ampun. Seandainya ya, lambung saya sedalam sumur. Mungkin saya akan duduk, makan dalam diam, berjam-jam lamanya. Tekun menghadirkan hujanan rasa yang disajikan oleh Palmea hotel Rattan Inn Banjarmasin.
Baca Juga : Harper Hotel Cikarang. Merenda Kenyamanan Menginap di Lippo Cikarang

Keliling Sembari Melihat Beberapa Fasilitas Hotel
Hari ketiga di hotel Rattan Inn Banjarmasin dan setelah sarapan, saya mengajak suami untuk melihat beberapa fasilitas yang ada di lingkungan hotel.
Tidak sempat terkunjungi dan terfotokan semuanya ya. Karena tak berapa lama saya selesai memotret kolam renang yang berada di bagian terujung semua bangunan, rintik hujan datang tanpa diduga.
Seperti yang tertera di official website hotel Rattan Inn Banjarmasin, selain kolam renang di hotel ini juga ada fitness centre, sauna & spa, ballroom dan meeting room.
Saya sempat kebingungan mencari akses untuk mencapai kolam renang. Tapi setelah mengamati sambungan foyer dari lobby utama, saya langsung menemukan petunjuk yang berarti. Ternyata di bagian belakang lobby ada jalan menuju gedung yang lain. Di gedung ini saya melihat banyak kamar dengan beberapa lantai yang cukup tinggi. Di tengahnya ada kolam ikan berbentuk segi empat yang cukup luas dan tertata dengan baik.
Mengikuti petunjuk yang ada, saya terus melangkah ke belakang. Ternyata di ruang terbuka kolam renang ini saya bertemu dengan banyak tipe kamar Deluxe dengan pool terrace. Kolam renangnya pun sangat indah. Di pinggir kolam dihadirkan beberapa pohon palem kurma yang terlihat subur, terawat dengan asupan sinar matahari yang lebih dari cukup. Disediakan juga beberapa meja dan tempat duduk. Nyamanlah untuk emak-emak yang harus menunggu anak-anak berenang.
Tempat lain yang sempat saya hampiri adalah ruang terbuka yang terlihat dari jalan/gang yang berada di depan pintu kamar. Luas luar biasa. Jika melihat dari tautan resmi milik hotel Rattan Inn Banjarmasin, ruang terbuka seluas ini tampak sering dipakai untuk acara off-line dengan jumlah tamu yang cukup banyak. Saya bisa merasakan asiknya berada di sini saat kondisi cuaca cerah ceriah. Langit yang tentram dengan banyak bintang-bintang yang menyempurnakan event yang sedang kita hadiri. Well, pada dasarnya memang saya suka sih acara outdoor. Puas rasanya merasakan udara bebas sembari berkerumun dan ngobrol-ngobrol seru.
Sebagai informasi tambahan, selain kamar tipe Grand Deluxe yang saya tempati, hotel Rattan Inn Banjarmasin juga memiliki lima jenis kamar yang berbeda. President Suite, Business Suite, Junior Suite, Superior dan Deluxe with Pool Terrace yang tadi sempat saya lihat. Dan memenuhi kualifikasi sebagai hotel bintang 4, Rattan Inn Banjarmasin juga menyediakan beberapa spot untuk resto dan sekaligus sarana untuk menerima tamu dari para penginap.
Selain lobby lounge di titik kedatangan, juga ada Rattan Pool Cafe dan Sakeru Japanese Restaurant yang berada persis di depan Palmea Resto/Coffee Shop. Saya juga melihat ada satu teras dengan furniture serba kayu yang berada di dekat pintu masuk Palmea Resto. Dengan lampu-lampu gantung berbahan dasar rotan, area setengah terbuka ini sengaja diperuntukkan bagi para ahli hisab. Banyak juga sih yang menikmati sarapan di sini.

Kesan Pribadi Untuk Hotel Rattan Inn Banjarmasin
Saya tidak ragu untuk mereferensikan hotel ini kepada siapapun. Terutama jika bicara dari sudut kenyamanannya. Meski saat pertama masuk tidak ada kesan kemewahan layaknya hotel bintang 4, bahkan terlalu biasa menurut saya, kamarnya (khususnya yang saya tempati), makanan, fasilitas dan lokasinya sangat menyenangkan.
Untuk pelayanan hotelnya sendiri saya kira cukup. Hanya mungkin jumlah petugasnya bisa diperbanyak. Saya jarang sekali melihat petugas berseragam, bersiaga dan bersiap melayani tamu yang datang. Gak butuh berlimpah sih. Tapi paling tidak, saat kita membutuhkan bantuan atau informasi, kita tidak bergantung pada petugas resepsionis.
Selebihnya jempolan banget. Sepanjang saya menginap di hotel bintang 4 di berbagai kota di tanah air, Rattan Inn Banjarmasin memenuhi segala persyaratan sebagai akomodasi berkualitas.
Highly recommended.
Bicara tentang lokasi.
Jl. Ahmad Yani dimana hotel Rattan Inn Banjarmasin berada, adalah jalan protokol yang bisa membawa kita menyusur akses ke berbagai tempat dengan gampangnya. Dan kabarnya memang inilah satu-satunya jalan besar/utama yang sering digunakan publik untuk berpindah dari satu area ke area yang lain. Kekhawatiran terbesar saya adalah soal posisi bangunan yang sama tingginya dengan sungai kecil yang berada di halaman terdepan hotel. Tinggi airnya setara dengan jalanan aspal, sehingga mungkin saja, dalam beberapa tahun kedepan bisa menganggu keamanan hotel dari hujan lebat yang mengakibatkan banjir.
Di malam saat saya dan suami mencari makan malam dengan curah hujan sedang aja, halaman depan hotel, tempat parkir kendaraan, setengahnya sudah terisi air. Bagaimana jika pas hujan lebat ya? Tapi mudah-mudahan kondisi ini sudah memunculkan awareness lebih pada pengelola kota. Paling tidak sungai yang tersebentang di sepanjang jalan utama kota Banjarmasin bisa dikeruk, diangkat semua sampahnya, hingga bisa memberikan ruang luas untuk menampung dan mengalirkan air.
Apa mungkin kondisi fisik inilah yang menyebabkan pemerintah setempat memindahkan ibukota ke Banjar Baru ya? Bisa saja. Karena setelah beberapa kali saya mondar-mandir Banjarmasin ke Banjar Baru, kontur dan keadaan alam Banjar Baru terlihat lebih kondusif. Sebagai daerah yang masih (cukup) sepi, pemerintah setidaknya memiliki kesempatan serta alternatif untuk menata kota agar lebih teratur dan terlihat indah. Sementara di Banjarmasin sendiri, semua sudah terlihat padat dan akan sulit untuk ditata atau diperbaharui kembali. Bangunan sudah terlanjur padat dan tak meninggalkan kesan istimewa buat wisatawan.
Kembali ke Banjarmasin? Why not? Tapi on the next trip saya ingin menginap di Banjar Baru saja. Saya ingin memiliki kesempatan lebih untuk berkeliling dan mengeksplor ibu kota provinsi yang masih muda ini. Terutama untuk melihat kerajinan kain Sasirangan, bertemu dengan UKM yang memproduksi handicraft khas daerah, serta menikmati sajian kuliner yang hanya bisa ditemui saat ke Kalimantan Selatan.
Semoga rezeki kesehatan dan kesempatan akan mampir ke saya agar bisa berwisata kembali ke Banjarmasin dan Banjar Baru.
Baca Juga : Jambuluwuk Thamrin Jakarta. Staycation di Tengah Kerisauan Pandemi
By the way, salah seorang teman Blogger Bandung, Lia Yuliani, juga sering loh membuat ulasan tentang hotel. Diantaranya adalah tentang Danau Dariza Hotel yang ada di Garut. Duh habis baca artikel ini, saya, yang sama sekali belum pernah ke Garut jadi pengen banget kesana. Penasaran banget dengan keindahan kota Garut sembari menikmati berbagai sajian kuliner khas Jawa Barat yang ada di sana.
Koleksi Foto













