Cerita di Balik Lahirnya Buku Antologi Ngelencer Yuk!!

Cerita di Balik Lahirnya Buku Antologi Ngelencer Yuk!!
Let’s meet the authors. Dari atas ke bawah dan kiri ke kanan
Dian Radiata, O’ik Moehadie, Ari Dianing Ratri, Ida Tahmidah
Raihana Mahmud, Nanik Nara, de Laras, Tanti Amelia, Indah Wibowo
Dudi Iskandar, Nunu Oeng, Putu Sukartini, Annie Nugraha

Berangkat Dari Kecintaan Akan Perjalanan

Yup. Kecintaan akan rangkaian kisah perjalanan lah yang membuat Pondok Antologi Penulis Indonesia (PAPI) merancang buku antologi ke-2 yang berjudul NGELENCER YUK!!

Ngelencer sendiri adalah sinonim dari bepergian, berkelana, dolan atau jalan-jalan. Sementara kata tambahan Yuk!! (ditulis dengan dua tanda seru), mengiisyaratkan sebuah ajakan dengan semangat yang kuat. Jadi makna dari judul buku traveling yang satu ini adalah mengajak publik, khususnya si pembaca, untuk turut serta mengisi waktu dengan bepergian.

Ajakan dolan ini juga semakin dikuatkan dengan hadirnya setumpuk koper yang menjadi ilustrasi front cover dan warna hijau yang memberikan nuansa kedamaian serta ketenangan. Dua dari sekian banyak efek emosional, kekayaan hati hakiki, yang kita rasakan saat berkelana ke berbagai tempat yang indah, elok dan memesona.

Ngomong-ngomong siapa sih yang tak suka dengan kegiatan ngelencer?

Sulit rasanya menemukan seseorang yang tidak menyukai kegiatan jalan-jalan. Sesibuk apapun itu, sesempit apapun waktu yang ada, kita pasti menyempatkan diri untuk rehat sejenak dan mengisi waktu dengan berbagai aktivitas yang menyenangkan hati.

Healing istilah kekiniannya.

Gak perlu jauh-jauh. Cukup di tanah air, negeri kita sendiri. Bumi nusantara menyimpan banyak sekali tempat, budaya, dan kuliner yang lebih dari patut bahkan sangat indah untuk dikunjungi, dipotret, disimak dan dituliskan.

Berangkat dari kecintaan akan perjalanan inilah, akhirnya Pondok Antologi Penulis Indonesia (PAPI) berkolaborasi dengan 13 (tiga belas) orang blogger dan penulis menghadirkan berbagai destinasi wisata tersebut dalam sebuah buku yang dilengkapi dengan rekam jejak berupa foto. Kehadiran foto full color dalam satu lembaran khusus ini jugalah yang menghadirkan karakter kuat bagi antologi Ngelencer Yuk!! Pembaca tak hanya menyesap rangkaian kata atau kalimat tapi juga dimanjakan oleh visual tentang tempat atau kuliner yang sedang diceritakan.

Proses Penulisan yang Gesit dan Berwarna

Layaknya sebuah buku keroyokan, Ngelencer Yuk!! juga mengalami proses penulisan yang sarat dinamika.

Sekian kepala sekian banyak adaptasi pun sekian banyak interpretasi. Begitulah ombaknya sebuah antologi, buku keroyokan, proyek beramai-ramai.

Butuh kesabaran ekstra agar instruksi tekhnis bisa terpahami dengan baik oleh semua yang terlibat. Khususnya tentang kualitas dan komposisi foto yang wajib dilampirkan dalam batasan yang telah ditetapkan. Hal ini bisa saya pahami karena tidak semua blogger atau penulis paham akan dunia photography. Bahkan terkadang sudut pandang akan foto perjalanan adalah tentang diri sendiri. Padahal merekam sebuah atau rangkaian landscape tempatnya saja adalah salah satu hal penting yang wajib diperhatikan, direkam dengan baik lewat alat potret, baik itu kamera analog maupun kamera yang sudah menjadi bagian dari smartphone.

Tidak ada larangan untuk menghadirkan diri sendiri, foto wefie dan selfie sebagai bagian dari foto perjalanan. Tapi jangan pernah lupakan bahwa saat kita ingin menceritakan tempat yang sedang kita ulas, pembaca tentunya mengharapkan dapat melihat destinasi tersebut “berdiri sendiri” dalam lensa kamera. Karena sejatinya lewat foto-foto inilah, tulisan tersebut jadi lebih berkarekter, berbicara kuat dan membuat buku tersebut “lebih berwarna”.

Satu lagi yang menjadi “penyakit bawaan” dari sebuah perencanaan adalah KuDis alias Kurang Disiplin.

Ternyata perlu juga perhatian ekstra untuk urusan yang satu ini. Rajin menagih kemudian menjadi makanan yang ditemani oleh kesabaran sebagai minumannya. Tanpa kedisiplinan, tulisan sebaik apapun tak akan menemukan “muaranya”. Disiplin itu wajib. Untuk sebuah antologi, makna disiplin jadi lebih dalam lagi karena langkah apapun yang diambil sejatinya adalah langkah bersama. Pikirkan bahwa sapu lidi tak akan berfungsi sempurna tanpa diikat kuat dengan helai lidi lainnya.

Baca Juga : Menjadi Bagian dari Sejarah Lahirnya Antologi Beri Aku Cerita yang Tak Biasa

Cerita di Balik Lahirnya Buku Antologi Ngelencer Yuk!!
Cover artikel “Tradisi Patehan di Keraton Yogyakarta”
Foto dan artikel yang disusun oleh Dudi Iskandar

Cerita di Balik Lahirnya Buku Antologi Ngelencer Yuk!!
Keindahan rumah adat di Kampung Adat Ratenggaro, Sumba.
Tulisan dan foto yang dihadirkan oleh Dian Radiata

Membedah Isi Buku

Apa aja sih “isi perut” dari antologi Ngelencer Yuk!! ini?

Satu yang pasti adalah bahwa buku antologi ini berkisah tentang eloknya berbagai destinasi wisata di tanah air yang membentang dari Indonesia Barat hingga ke Indonesia Timur. Jadi jargon “rangkaian kisah perjalanan menjelajah nusantara” menjadi bagian yang menyatukan setiap lembar kisah. Dari Pantai Pasir Parbaba di Sumatera Utara hingga Danau Kelimutu di Nusa Tenggara Timur.

Penulisnya ada 13 (tiga belas) orang yang terdiri dari 12 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. Mereka adalah Raihana Mahmud, Nanik Nara, Dian Radiata, de Laras (Adjeng Laraswati), Ida Tahmidah, Nunu Oeng, Dudi Iskandar, Tanti Amelia, Ari Dianing Ratri, O’ik Moehadie, Indah Wibowo, Putu Sukartini, dan Annie Nugraha (saya sendiri).

Semua adalah blogger dan penulis yang sudah menjejak berbagai kisah apik dalam dunia literasi.

Lalu, cerita perjalanan apa saja yang dihadirkan lewat buku Ngelencer Yuk!! ini?

Ari Dianing Ratri. Penulis yang berdomisili di Bekasi yang memiliki hobi kulineran, traveling dan olah raga ini, menceritakan tentang pengalaman istimewanya saat berkunjung ke Desa Penglipuran, Bali. Ari tidak hanya mengulas tentang salah satu desa terbersih di dunia ini dari sudut kepopulerannya tapi juga berbagai filosofi yang terdapat di dalam penataan desa, posisi rumah bahkan gerbang sederhana yang dibuat seragam di semua rumah warga. Desa yang menjadi salah satu destinasi wisata populer di Bali ini, sangat terjaga kebersihan, keindahan juga kedisplinannya dalam menjaga adat istiadat. Yang pasti belum sah rasanya ke Bali kalau belum menginjakkan kaki di Desa Penglipuran.

Pada halaman berikutnya, para pembaca akan menemukan tulisan yang menyegarkan mata tentang Pantai Pasir Putih Perbaba di Samosir. Tulisan ini terjejak rapi dan runut oleh de Laras. Sebagai seorang penulis senior dengan 123 buku antologi dalam dan luar negeri serta 11 buku solo, kepiawaian de Laras dalam menulis tentunya sudah tidak diragukan lagi. Begitu pun dengan apa yang telah dia uraikan untuk sebuah tempat wisata yang juga adalah kampung halaman suami tercinta. Parbaba di Sumatera Utara ternyata sama keindahannya dengan apa yang bisa kita nikmati saat berada di Indonesia Timur. Pasir yang hangat, bersih dan memanjakan mata.

Berbicara tentang tradisi dan budaya diulas apik oleh Dian Radiata. Blogger yang berdomisili di Kediri dan ibu dari empat orang anak ini, menceritakan tentang pengalaman saat berada di Sumba dan menjadi tamu istimewa dari Kampung Adat Ratenggaro. Tepatnya di Desa Umbu Ngedo, Kecamatan Kodi Bangedo, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dian Radiata tak hanya mengurai tentang rumah adat yang menjadi tempat tinggal warga tapi juga bagaimana rumah tersebut sudah menjadi bagian dari pemujaan. Proses pembangunannya pun harus melalui serangkaian ritual adat yang dipimpin oleh tetua desa.

Jika ketiga penulis di atas bercerita tentang alam, Dudi Iskandar mencoba mengulas dengan tradisi Patehan yang secara rutin dilakukan oleh Keraton Yogyakarta. Lewat tulisan beliau saya jadi paham bahwa tradisi Patehan ini berhubungan dengan teh dan sudah dilakukan secara turun temurun. Sama seperti saya, pengunjung keraton, saat tradisi ini berlangsung, banyak yang tidak tahu. Dudi Iskandar, sang roaster dan barista keliling ini, mengurai rinci tentang prosesi yang dilakukan selama Patehan berlangsung lewat buku Traveling Yuk!!

Lanjut ke halaman berikutnya.

Siapa yang tak kenal dengan kepopuleran Labuan Bajo? Destinasi wisata yang masuk dalam salah satu wish list para pejalan ini, menggiring Ida Tahmidah untuk berkunjung kesana. Bersama Empat Emaks Petualang, blogger asal Cimahi ini mengunjungi Pantai Namong. Salah satu dari sekian banyak pantai eksotik yang dimiliki oleh Labuan Bajo. Tak hanya pantai yang dijelajahi, mereka juga mampir ke Bukit Silvia, Pantai Bukit Silvia, Gua Batu Cermin, menyusuri dan menikmati suasana pagi di sebuah desa di Flores, menikmati keindahan Bukit Cinta kemudian berlabuh di Pantai Rangko. Ada yang sudah pernah kesemua tempat ini? Jika belum, mungkin pengalamannya bisa dimulai dari apa yang ditulis oleh Ida Tahmidah.

Sekarang kita pindah dulu ke kota Temanggung, Jawa Tengah. Satu hal yang menjadi ciri khas saat berkelana di Pulau Jawa adalah kudapan tradisionalnya. Beragam panganan ini begitu mudah untuk kita temui. Di dalam kota bahkan di pelosok desa sekalipun. Indah Wibowo, Ibu yang terlihat awet muda dan pernah berkarya di media (Femina Group dan FashionPro) dan sekarang menjadi wirausahawan serta hobi menulis ini, melahirkan sebuah cerita penuh warna saat berada di pasar Papringan, kota Temanggung. Nuansa jawani dengan suara gamelan pun menyempurnakan pengalaman beliau saat bertemu dengan sekian banyak orang di tempat yang sama. Makanan apa saja yang bisa dinikmati saat berada di pasar ini? Kuy, buka setiap lembaran cerita yang menjadi bagian dari buku antologi ini.

Cerita di Balik Lahirnya Buku Antologi Ngelencer Yuk!!
Seru dan ramainya Pasar Papringan di kota Temanggung, Jawa Tengah.
Sebuah artikel sarat keunikan yang ditulis oleh Indah Wibowo

Baca Juga : Menyusur Plot Twist di Antologi Hujan dan Air Mata

Danau Kelimutu dan Nanik Nara. Sering berkelana karena urusan dinas, menjadikan penyuka traveling ini menimbun banyak cerita yang sangat menarik. Lewat blog kisah perjalanannya, Nanik Nara sesungguhnya telah membuat saya iri luar biasa. Apalagi saat berkelana dan menyimak kisahnya ke berbagai pelosok nusantara yang hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang saja. Salah satunya adalah cerita tentang Danau Kelimutu dan puncak Gunung Kelimutu yang indahnya sudah terkenal hingga ke ujung dunia. Menjadi saksi hadirnya tiga danau berbeda warna yang terhampar di depan mata, tentunya melahirkan rasa syukur yang tak henti terucapkan. Tak lupa, untuk menyempurnakan lukisan akan Danau Kelimutu, Nanik Nara menambahkan ratusan kata tentang banyak hal, banyak informasi, yang patut kita simak lewat buku Ngelencer Yuk!!

Mengapung di Pasar Terapung Lok Baintan. Saat melakukan editing tentang Lok Baintan yang ditulis oleh Nunu Oeng, saya menyegarkan kembali ingatan saat memiliki pengalaman yang sama. Pasar tradisional dengan menggunakan perahu kayu di sungai Martapura ini luar biasa ceritanya. Selain bertabur eksotisme, Pasar Terapung Lok Baintan kuat memegang amanah sebagai ikon dari provinsi Kalimantan Selatan. Kehadirannya dengan timbunan ciri khas, menjadi salah satu destinasi wisata yang wajib kunjung saat kita sedang berada di Banjarmasin. Apalagi untuk kita yang hidup jauh dari indahnya dan kuatnya fungsi sungai sebagai salah satu penyedia sarana transportasi serta kebutuhan hidup.

O’ik Moehadie dan sebuah cerita cantik yang berjudul Pinarak Bojonegoro. Lewat tulisan ini pembaca bisa mengulik banyak hal tentang kuliner khas Bojonegoro, salah satu kabupaten di Jawa Timur yang berbatasan dengan Jawa Tengah. O’ik Moehadie mengajak kita mengenal Sego Pecel Bledex, Lontong Galak, Warung Kikil “Mbah Su” Pacul, Warung Semok Iwak Gloso, dan sederetan jajanan yang wajib kita coba. Semua masakan rumahan yang mengunci indera pengecap kita. Bahkan, jika boleh saya sampaikan, mampu memunculkan rasa kangen yang tak bisa kita hindarkan.

Berburu Jejak Warisan Leluhur dari Wisata Sejarah. Selain sama-sama berprofesi sebagai travel blogger, saya dan Arni (Putu Sukartini) ternyata memiliki minat yang sama dalam bidang sejarah. Seperti Arni, saya begitu terpaku saat membaca dan atau mengunjungi jejak sejarah. Dalam bentuk apapun itu. Kekaguman saya atas indahnya diksi yang dihadirkan Arni, selalu membuat saya begitu terkesan. Termasuk tulisannya tentang sebuah peradaban dari balik batu-batu candi, berbagai candi yang eksis di tanah air dengan latar belakang kejayaan kerajaan Hindu di masa silam.

“Melangkah menyusuri tiap inci bangunan tua, menghantarkan raga memasuki lorong waktu. Bukan sekedar tumpukan bebatuan tak bernadi, ribuan kisah pernah tercipta di sana. Kisah-kisah purba. Selaksa makna melekat dalam setiap bagiannya. Angin berhembus di sela dedaunan, bersenandika sembari membisikkan pesan bagi jiwa-jiwa pelestari teruntuk kebaikan hari ini, esok dan masa mendatang.”

Banda Aceh dalam Pesona. Yang memimpikan bisa menginjakkan kaki di negeri sembari Mekah ini, bisa membayangkannya lewat tulisan Raihana Mahmud yang tersedia di halaman 121 antologi Ngelencer Yuk!! Sebagai seorang diaspora dengan 3/4 hati tertambat di tempat kelahiran, Raihana Mahmud membuat kita mengenal Aceh lebih jauh lagi. Dia menulis tentang pesona alam dan berbagai titik tujuan wisata, khususnya pantai, yang wajib kita hampiri saat berada di Aceh. Lalu ada juga berbagai jejak peninggalan sejarah seperti Gunongan, Kherkoff Peutjut, Masjid Raya Baiturrahman, Museum Tsunami Aceh dan Museum PLTD Agung. Tak lupa juga menghadirkan beragam masakan khas yang masuk dalam daftar jelajah kuliner. Lengkap tak terkira.

Sekarang kita berkunjung ke salah satu daerah yang sesungguh tak begitu jauh dari ibu kota Jakarta. Yuk coba intip tulisan Tanti Amelia tentang Museum Benteng Heritage Tangerang. Sebuah situs yang menyimpan sejuta memoar dan sejarah unik. Terutama tentang budaya Tionghoa yang kemudian melebur dengan budaya, kebiasaan dan adat istiadat masyarakat setempat. Bangunan bentengnya sendiri telah resmi direnovasi pada November 2011. Keindahannya kemudian menjadikan Tangerang menjadi kekayaan jejak akulturasi dua buah kebudayaan yang terus terjejak dan terpelihara dengan baik.

Cerita di Balik Lahirnya Buku Antologi Ngelencer Yuk!!
Indahnya Danau Kelimutu yang terekam lewat kamera Nanik Nara
Salah satu artikel yang sangat berkesan dan menjadi bagian dari antologi Ngelencer Yuk!!

Baca Juga : Journey to the Greatest Ottoman. Jelajah Turki Negeri Daulah Utsmani

Last but not least.

Saya mengikutsertakan dua tulisan tentang budaya tak benda agar sejarahnya menjejak dalam sebuah karya cetak. Satu wujud kecintaan saya atas nadi kehidupan yang terburai indah tentang budaya yang tak pernah terputuskan.

Pertama adalah tentang Puta Dino. Wastra asli milik Tidore, Maluku Utara yang sempat punah selama 100 tahun lamanya. Kain tenun ini kemudian direvitalisasi, dilahirkan kembali, lewat tangan Anita Gathmir, seorang diaspora yang saat ini tinggal di Depok. Gerakan Anita Gathmir dengan membawa bendera Puta Dino Kayangan, pelan tapi pasti membawa wajah Puta Dino menjadi sebuah jenama yang banyak berbicara di ranah publik tanah air, khususnya para pecinta kain tenun asli Indonesia. Tak puas hanya di nusantara, Puta Dino Kayangan menjejak prestasi di dunia internasional. Bahkan sang pendiri, Anita Gathmir, mendapatkan penghargaan sebagai seorang pelestari budaya. Sangat mengagumkan.

Tulisan kedua dan menjadi penutup dari rangkaian artikel yang ada di buku Ngelencer Yuk!! adalah tentang acara Baayun Maulid yang diadakan di Museum Lambung Mangkurat yang berlokasi di Banjarbaru, ibu kota provinsi Kalimantan Selatan. Acara istimewa yang merupakan peleburan antara budaya dan adat istiadat Banjar dengan keagamaan (Islam) ini, telah menghembuskan rasa kekaguman saya atas satu lagi budaya unik dan penuh makna yang ada di tanah air. Saya cukup beruntung menjadi salah seorang tamu event ini karena hari/tanggal pelaksanaannya persis di satu hari setelah ketibaan saya di Banjarmasin. Sementara acara ini sendiri hanya diadakan setahun sekali.

Cerita di Balik Lahirnya Buku Antologi Ngelencer Yuk!!
Kain ayunan dengan setumpuk filosofi yang menyertainya.
Baayun Maulid yang diadakan di Museum Lambung Mangkurat ini layak untuk lebih dikenalkan kepada publik nusantara.

Cerita di Balik Lahirnya Buku Antologi Ngelencer Yuk!!
Puta Dino. Wastra asli Tidore, Maluku Utara yang sempat punah selama 100 tahun dan telah direvitalisasi.
Saya tak pernah bosan menghadirkan kisah tentang Puta Dino ini.
Karena menurut saya kain ini adalah sebuah sejarah harus terus tercatat
hingga kelestariannya akan abadi sepanjang masa.

Kerjasama Apik antara Pondok Antologi Penulis Indonesia dan Stiletto Book

Penerbit Stiletto Book bukanlah organisasi penerbitan yang baru saya kenal. Setelah sukses membantu saya melahirkan buku solo Tetangga kok Gitu di 2021, saya memutuskan untuk bergandengan tangan kembali dengan publisher yang berlokasi di Yogyakarta ini. Kali ini saya mengusung Pondok Antologi Penulis Indonesia (PAPI) agar berkolaborasi dengan Stiletto Book untuk membidani lahirnya buku antologi Ngelencer Yuk!!

Tak ada keraguan sama sekali untuk tujuan ini. Saya tahu persis kualitas Stiletto Book dalam hal koordinasi, pelayanan dan tentu saja skill mereka dalam membantu kegiatan promosi buku yang kita punya. Setidaknya, lewat tangan-tangan kreatif mereka, antologi Ngelencer Yuk!! mampu tampil cantik di media sosial, sangat informatif dan bisa menjadi salah satu perpanjangan tangan dalam rangka mengenalkan buku antologi ini kehadapan publik dalam skala yang lebih luas.

Saya tidak menemui kesulitan berarti saat melewati proses editing, layouting, proof reading dan tentu saja komunikasi intens agar Ngelencer Yuk!! bisa tampil sebaik mungkin. Meskipun 80% jeroan Ngelencer Yuk!! terolah di tangan pribadi, kejelian tim Stiletto Book sudah menjadi lonceng pengingat saat saya, tanpa sadar, melewati beberapa hal yang butuh koreksi.

Oia, satu hal yang kemudian saya sangat sukai adalah bahwa Stiletto Book “menghadiahkan” saya banyak ilmu baru tentang bagaimana melakukan promosi yang tepat dan maksimal agar buku kita menarik perhatian dan punya daya jual. Ilmu ini diberikan lewat sebuah booklet kecil dan file soft copies yang diberikan jauh-jauh hari selama proses PO (Purchase Order) berlangsung.

Ilmu ini kemudian saya sampaikan kepada teman-teman penulis yang bersumbangsih dalam buku Ngelencer Yuk!! Karena seperti yang telah saya uraikan di awal, sebuah sapu lidi akan berfungsi dengan baik dan memiliki daya guna maksimal, saat setiap lembaran lidinya terikat dengan baik. Saya sebagai person in charge termaksimalkan fungsinya saat mereka yang berada di samping saya bersedia mengulurkan tangannya untuk menggenggam, memberikan semangat dan tentu saja dukungan dalam tindakan nyata. Baik dalam rangka sosialisasi maupun mengejar jumlah penjualan sebagai salah satu tolak ukur kebanggaan dan tentu saja kesenangan.

Baca Juga : Kreatif Merancang Novel Sejarah. Belajar dari Tokoh Enrique di Buku Clavis Mundi

Cerita di Balik Lahirnya Buku Antologi Ngelencer Yuk!!
Kolaborasi PAPI dan Stiletto Book

Menjadi Pencatat Sejarah

Kebahagiaan yang saya dan Pondok Antologi Penulis Indonesia rasakan menjadi satu paket yang tercatat setelah berhasil menghadirkan buku antologi pertama yang berjudul Aku dan Masa Lalu di awal 2023.

Kata terimakasih saja rasanya tak cukup untuk saya haturkan ke berbagai pihak yang tak pernah kenal lelah untuk memberikan support yang sangat bernilai. Termasuk diantaranya kedua belas rekan blogger dan penulis yang berkenan menyumbangkan tulisannya untuk buku Ngelencer Yuk!! Semua rangkaian diksi yang terlahirkan telah mengurai sejarah pada jutaan jejak perkembangan dunia literasi di Indonesia.

Seperti sebuah kata pepatah yang pernah mampir ke telinga saya.

“Salah satu kebaikan yang akan terus tercatat seumur dunia adalah mereka yang membuat sejarah. Dan yang membuat sejarah itu menjadi istimewa adalah mereka yang menuliskannya.”

Baca Juga : Membidani Lahirnya Buku Antologi Aku dan Masa Lalu Bersama Pondok Antologi Penulis Indonesia

Cerita di Balik Lahirnya Buku Antologi Ngelencer Yuk!!
Bahagianya bisa membaca buku Ngelencer Yuk!! untuk jalan-jalan ke Kecamatan Belakang Padang, Kepulauan Riau

Cerita di Balik Lahirnya Buku Antologi Ngelencer Yuk!!
Ilustrasi ke-13 penulis buku Ngelencer Yuk!! yang dibuat oleh Tanti Amelia.
Salah seorang kontributor dari buku ini.

Blogger, Author, Crafter and Photography Enthusiast

annie.nugraha@gmail.com | +62-811-108-582

42 thoughts on “Cerita di Balik Lahirnya Buku Antologi Ngelencer Yuk!!”

  1. Aaaaa terimakasih sudah melibatkan saya di buku indah ini. Rasanya tak sabar pengen memeluknya dan bertualang mengelilingi Nusantara lewat pengalaman indah teman-teman semua ❤️❤️

    Reply
    • Semoga bisa juga jadi kenang-kenangan yang apik ya Ar. Satu dari bagian penting jejak literasi di Indonesia.

  2. Waaaah ini nih kemaren telat ngeWA bu Annie, tau-tau kuota udah full, hehee.
    Berharap bisa bergabung dengan blogger2 hebat someday kalau ada projek berikutnya, Aamiin.
    Sukses ya Bu, juga untuk blogger senior lainnya yang terlibat.
    Semoga dengan terbitnya buku antologi seperti ini menjadikan jendela yang membawa para pembaca turut berkelana ke seluruh penjuru negeri.
    Covernya lucuuuu…

    Reply
    • Aamiin YRA. Terimakasih untuk complimentnya Suci. Semoga buku ini membawa banyak manfaat bagi para pembaca dan dunia literasi tanah air. Bisa juga jadi penyemangat para pejalan untuk terus mengeksplorasi bumi nusantara.

  3. keren banget Mba :) Selamat ya atas buku kerennya.
    Istimewa banget karena melibatkan banyak blogger, kebayang banget tuh serunya.
    Baca cerita di blognya aja udah menarik banget, apalagi buku dari karya beberapa blogger :)

    Reply
    • MashaAllah. Makasih untuk complimentnya Mbak Rey. Memang asik banget nulis bareng para blogger. Tulisannya renyah dan sarat informasi bermanfaat.

  4. Wow akhirnyaaaa……

    Foto-fotonya keren, termasuk tulisannya, karena penulisnya keren-keren

    sehingga wajib punya nih

    kelebihan buku antologi karena ditulis banyak penulis sehingga punya pendekatan berbeda dan hasilnya sangat unik sekaligus meriah

    Reply
  5. Baca reviewnya saja sudah kebayang bakal diajak ngelencer kemana saja saya saat baca buku antologi ‘Ngelencer, Yuk!!’ ini.
    Apalagi tak hanya bisa menikmati rangkaian kata atau kalimat tapi pembaca bakal dimanjakan pula dngan visual tentang tempat atau kuliner yang sedang diceritakan. Wah…Keren, Mbak Annie..Selamat dan sukses untuk bukunya…

    Reply
    • Semoga dengan foto-foto tentang tempat yang dibahas bisa menyemangati para pembaca untuk tetap menjelajah nusantara

  6. keren! selamat dan sukses untuk bukunya ya bu annie… mendengar kata ‘ngelencer’ saya jadi ingat nuansa lebaran karena kalau di daerah saya biasanya kata ini diucapkan saat kita hendak keliling ke rumah-rumah saudara saat lebaran tiba.

    Reply
    • Kata “ngelencer” memang sangat akrab di lidah kita ya Mbak. Maknanya ringan dan gampang dipahami juga.

  7. wih, keren banget mba, seru nih kolaborasinya bareng temen2 blogger yang hobi travelling juga ya, jadi deh buku antologi jadinya, liburan ini mau coba cari dan baca bukunya ah

    Reply
    • Apalagi yang dihadirkan adalah destinasi wisata nusantara yang selalu membuat kita semakin cinta pada tanah air.

  8. Mantul nih buku antologi nya semua diisi dan ditulis oleh penulis-penulis yang memang ciamik dalam tulisannya. Sukses ya mbak untuk bukunya.

    Reply
    • Alhamdulillah. Semoga buku Ngelencer Yuk!! membawa manfaat bagi siapapun yang membacanya.

  9. Di dalam bukunya, foto-fotonya berwarna juga nggak, Mbak? Sering sedih kalau lihat buku perjalanan yang foto-fotonya jadi buram karena kulitas cetakannya, padahal tulisannya udah cakep-cakep.

    Reply
    • Foto-foto full color dan dalam dibuat satu halaman khusus sebelum artikelnya. Jadi memang bertujuan agar para pembaca mendapatkan imajinasi visual tentang tempat yang sedang dibahas. Dan ini memang sudah menjadi salah satu tujuan utama dari buku Ngelencer Yuk!!

  10. Salut banget buat Mbak Annie atas segala pencapaiannya. Semoga ini bisa jadi inspirasi dan motivasi untuk kita semua sebagai narablog.

    Reply
    • Makasih untuk complimentnya Mas Adi. Semoga buku ini membawa banyak kebaikan bagi siapapun yang membacanya. Aamiin YRA.

  11. Ngelencer itu jalan² ya, walaahh daku kudet..
    Daku pikir itu masih kerabat dari freelancer, hehe.
    Congrats untuk buku yang telah terbit dan para penulisnya, semoga memberikan khasanah baru buat para pembaca tentang destinasi wisata yang luar biasa

    Reply
  12. Penulisnya memang para travel blogger yang hobinya nglencer, hehhee..namanya juga travel blogger yaa..kak Annie.
    Dengan kolaborasi yang cantik, sebuah karya antologi bisa terwujud. Udah yakin banget sama stiletto siih.. Aku juga gak pernah kecewa kalo beli buku terbitan Stiletto. Enakeun banget dari cover sampai isi bukunya.

    Reply
    • Hasil cetakannya juga rapi dan sesuai dengan keinginan. Jadi saya sudah menemukan soulmate untuk penerbitan dengan Stiletto.

    • Buku Ngelencer Yuk ini bukan sekedar travelling biasa ya..
      Tapi ada makna beserta pengenalan budaya yang mendalam dari masing-masing penulis. Semakin menghargai kekayaan budaya Indonesia sebagai sebuah khazanah yang harus terus dijaga agar tetap bisa dikenal turun-temurun.

  13. Wah keren nih kisah perjalanan travelingnya..jadi bisa kenal banyak destinasi wisata di nusantara ya Bu Annie. Foto-fotonya juga keren banget bisa bikin orang penasaran buat datang ke destinasi wisata tersebut…

    Reply
    • Menanti keikutsertaan Bayu di Pondok Antologi. Berbagi cerita perjalanan Bayu yang luar biasa

    • Dan bukunya juga semenarik itu Mbak Dian. Kisah perjalanan dari berbagai tempat di nusantara yang sangat berkesan bagi para penulisnya

  14. seruuu seruuuu serruuuuuu

    aku bayangin behind the scene nyaaa, wawww mba Annie dirimu memang luarrr biasaaa

    pastinya kecintaan pd Indonesia meningkat berlipat setelah baca buku keren mantab jiwa ini yah

    Reply
    • Pastinya. InshaAllah dengan lahirnya buku antologi ini, kecintaan kita akan wisata nusantara akan semakin membara.

    • Yuk Mbak kapan-kapan ikutan. InshaAllah masih banyak project antologi yang akan diadakan oleh PAPI. Ditunggu tulisan Mbak Maria yang selalu bernas dan menyenangkan untuk dibaca

    • Aamiin YRA. InshaAllah akan jadi buku antologi yang bermanfaat bagi publik, khususnya yang memiliki dan membacanya.

  15. Mba, aku merasa ditabok di awal cerita karena istilah “KuDis” alias kurang disiplin, termasuk tentang bagaimana menceritakan sebuah perjalanan dengan foto yang mendukung, bukan sekadar selfie atau welfie semata. Duh, suka sekali sama foto-foto perjalanan dari beberapa kontributor antologi Ngelencer ini, cakeeeppp. Jadi penasaran sama ceritanya.

    Reply
    • Sejatinya sebuah kisah perjalanan adalah perjalanan itu sendiri. Bukan hanya tentang diri kita. Itu sih kenapa saya banyak memotret tempat lebih dominan. Jikapun ada kita di dalamnya, tentunya jangan sampai mengganggu makna dari menampilkan value dari tempat itu sendiri

  16. Nulis antologi dengan rekan satu visi seru ya Mbak. Nggak crowded ribut ribet nggak jelas. Nyaman banget nulis bareng dan hasilnya memuaskan. Pengalaman jalan-jalannya keren-keren eyeui.

    Reply
    • Aamiin YRA. InshaAllah bukunya akan memberikan manfaat bagi siapapun yang membaca. Khususnya bagi dunia literasi di Indonesia.

  17. Keren banget ini ilustrasinya juga Masya Allah keren banget semoga bukunya diterima oleh masyarakat dan tentunya bermanfaat di dunia literasi asik temanya emang menggemaskan bisa jalan-jalan sambil bikin konten juga dibukukan deh

    Reply

Leave a Comment