ICA MARISA. Sebuah Cinta yang Hilang di Awal Oktober 2021

Saya tak pernah menyangka bahwa Jumat sore, 1 Oktober 2021, sekitar pkl. 16:00 wib, salah satu berita tersedih akan mampir dalam hidup saya dan keluarga. Ica Marisa, kucing cantik kesayangan kami, harus berpulang/mati karena sakit. Pneumonia telah merenggut nyawanya dan memisahkan kami di dunia.

ICA MARISA. Sebuah Cinta yang Hilang di Awal Oktober 2021

Saya mengadopsi Ica di saat dia berusia sekitar 5 bulan dari seorang teman, Dwilina (Lina), yang saya kenal dari dunia wire jewelry. Lina seringkali memposting foto beberapa kucing cantik lewat media sosialnya. Di satu waktu, saya melihat Lina membagikan foto seekor kucing miliknya melahirkan beberapa anak yang lucu-lucu dalam berbagai warna bulu. Seketika itu juga saya langsung jatuh hati pada salah seekor diantaranya. Kucing imut berwarna putih bersih dengan mata yang sangat bulat. Saya pun menyampaikan keinginan untuk mengadopsi si putih ini yang pada awalnya diberi nama Neng oleh Lina. Kesepakatan pun dicapai dengan catatan bahwa Neng akan diberikan kepada saya saat sudah lepas persusuan pada induknya.

Saya mendukung keputusan itu karena selain tubuhnya akan semakin kuat, menyusu pada induk adalah gizi terbaik yang bisa didapatkan. Lagian kalau masih bayik banget kayak gitu, saya rasanya belum sanggup dan telaten untuk mengurusinya. Saya bersabar menunggu hingga waktu yang tepat itu datang. Dalam periode menunggu itu, Lina mengatakan bahwa dia akan melatih Neng tentang kebiasaan buang air (besar dan kecil) serta mengenalkan berbagai jenis makanan. Selama itu pula saya terus ter-update mengenai perkembangan Neng. Lina bahkan menyampaikan bahwa dari 4 anak kucing yang baru dilahirkan itu, Neng lah kucing terpintar dan selalu duluan bisa dalam segala hal dibandingkan dengan saudara-saudaranya.

Info ini saya sampaikan kepada anak-anak yang sudah jauh lebih tidak sabar untuk mengambil Neng. Aaahhh sudah kebayang senangnya menambah anggota keluarga, meski berupa kucing, anak berbulu, yang tentunya akan jadi mainan dan sumber hiburan bagi kami serumah.

Waktu yang ditunggu itu pun tiba. Sekitar Maret 2017, Neng kami jemput di sebuah restoran. Tempat dimana kami bertemu Lina. Melihat matanya yang bulat dan sikapnya yang tenang, Fiona, anak saya, langsung berbinar-binar. Perasaan bahagia begitu nampak meluap-luap dari ekspresinya.

Setelah sekian lama anak-anak menginginkan punya peliharaan, saya rasa itulah saat yang tepat untuk memenuhi permintaan mereka. Saat dimana mereka sudah cukup besar dan dewasa untuk menerima tanggungjawab memelihara binatang. Jadi bukan hanya senang karena memiliki tapi juga harus mau ikut merawat dan memenuhi semua tugas yang dibebankan.

ICA MARISA. Sebuah Cinta yang Hilang di Awal Oktober 2021

Dalam perjalanan menuju rumah, Fiona memutuskan untuk mengganti nama Neng menjadi Ica (yang ternyata sudah disiapkan oleh Fiona berbulan-bulan sebelumnya). Sementara Marisa adalah nama pilihan saya yang menyempurnakan cantiknya kata Ica. Tidak ada makna khusus dari dua kata tersebut. Tapi yang pasti nama tersebut saling melengkapi, terdengar indah, dan tentu saja istimewa karena biasanya orang-orang hanya memberikan 1 kata nama panggilan bagi peliharaannya.

Sesampai di rumah, Ica langsung berlari kencang dan sembunyi di kolong tempat tidur. Kami terus memanggil tapi dia terdiam dan duduk sendiri dalam keadaan bingung. Seperti yang sudah kami duga. Ica pasti butuh waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, keluarga baru yang dia kenal, plus tentu saja membiasakan diri dengan apa yang ada di rumah. Saya memutuskan untuk mendiamkan kelakuannya. Sembari meninggalkan semangkuk makanan kering dan air yang juga saya letakkan di bawah tempat tidur, dekat dengan lokasi dia duduk.

Setelah hampir seharian membeku, Ica akhirnya keluar pelan-pelan. Saya intip makanan dan minumannya habis tapi saya belum berani mendekat. Lamat saya perhatikan, Ica tampak keluar kamar, berjalan pelan-pelan dan menemukan sendiri baskom kecil berisi pasir yang memang sudah disediakan untuk dia membuang hajat. Sudah kebelet rupanya dia. Seperti yang disampaikan Lina, kucing cantik yang satu ini memang pintar.

Selesai buang hajat saya perhatikan Ica mulai berjalan kesana kemari. Sepertinya dia berusaha meng-explore apa yang ada di rumah. Tapi karena tubuhnya masih kecil dengan jangkauan kaki yang terbatas, Ica belum bisa atau berani naik tangga menuju lantai ke-2 rumah.

Tapi meskipun sudah berani, Ica bukan kucing yang gampang untuk didekati. Dengan sorot mata raut wajah yang kata kebanyakan orang cenderung jutek/judes, Ica sangat menjaga dengan siapa dia berinteraksi. Gak sembarangan mau dipegang bahkan digendong oleh orang yang tidak dia kenal. Dia pemantau yang sangat baik. Jadi dia tahu sendiri dimana makanannya ditaruh, dimana litter box nya, meskipun sempat kami pindah-pindahkan. Ica tahu persis dengan siapa dia harus meminta bantuan. Sungguh luar biasa kepintarannya.

2 bulan setelah tinggal di rumah, Ica langsung kami steril. Setelah proses itu berlangsung, pertumbuhan fisik Ica pun sangat cepat. Sejak itu Ica punya buku kesehatan sendiri (seperti buku bayi). Karena ini sudah komitmen saya sebelum benar-benar mengadopsi kucing. Saya dan Fiona begitu memperhatikan kapan selanjutnya harus minum/suntik obat cacing (3 bulan sekali atau setidaknya 2 kali dalam setahun), kapan minum/suntik vitamin dan kapan juga harus regular grooming.

Ica juga pembersih. Jika litter box nya penuh atau belepotan, Ica gak mau buang hajat. Kalau sudah lihat begitu, orang-orang di rumah langsung bersih-bersih. Dan itu ditunggu di depan mata Ica. Dan dia juga tidak mau jika pasirnya tidak diganti setelah digunakan lebih dari 3 hari.

Dia juga tak pernah berontak jika dimandikan. Jika disuruh berdiri atau meletakkan kaki depannya di ember, dia akan langsung melakukannya. Bahkan untuk sekedar duduk diam pun, dia langsung mengerti arahannya. Begitupun yang dia lakukan saat perawatan di klinik. Dia menurut tanpa banyak tingkah. Ini yang selalu mendapat pujian dari setiap dokter hewan dan anggota tim di klinik tersebut.

Jadi gak salah ya, kalau kami memutuskan untuk mencantumkan kata Princess di depan nama Ica Marisa.

ICA MARISA. Sebuah Cinta yang Hilang di Awal Oktober 2021

Makna Ica Marisa dalam Hidup Saya

Semua anggota keluarga (suami, saya, dan kedua anak saya) sangat menyayangi Ica. Dia adalah anggota keluarga ke-5 dalam hidup kami. Suami, dulu saat Ica belum ada, setiap pulang kantor selalu memanggil Fiona dari depan pintu. Tapi sejak Ica hadir, kucing inilah yang dipanggil duluan dari teras. Dan yang dipanggil pun sopan. Meski kadang tidak langsung menyambut di depan pintu depan rumah, Ica selalu duduk dan menatap suami yang melangkah masuk. And it’s a good manner menurut saya.

Buat saya sendiri Ica pribadi yang sangat istimewa. Kami pun memiliki banyak kebiasaan yang tak akan pernah saya lupakan dan menjadi sebuah bonding tak ternilai.

Setiap pagi, setelah subuh, Ica biasanya mendatangi saya untuk sarapan. Kalau saya sulit atau kesiangan bangun, Ica tidak segan naik ke kasur dan menepuk-nepukan tangan kanannya ke wajah atau kaki saya. Tak pernah pakai tangan kiri. Jika sudah bangun, dia mengikuti saya hingga ke dapur dan menunggu dengan manis sampai makanannya siap disajikan. Kadang saat saya bangun, tidak langsung ke dapur tapi ke toilet dulu, Ica ikut masuk menunggu saya buang hajat. Perhaps, she wanted to make sure that she was still in a good attention.

Rutinitas lain yang hingga saat ini belum terhapus dari ingatan saya adalah ritual duduk dalam pangkuan saya. Hal ini saya lakukan setiap hari, sekitar 2 kali sehari atau setidaknya sekali sehari (pagi dan sore/malam). Ica saya pangku, saya peluk erat dan Ica tidak pernah berontak. Bahkan saat saya memeluk, Ica merapatkan wajahnya ke dada saya. Kegiatan ini berlangsung setidaknya 10-15 menit. Namun meskipun singkat, pelukan ini begitu bermakna bagi saya. Dan saya berharap Ica pun merasakannya. Semua akan lebih bernilai saat saya kembali dari traveling atau kembali dari berbagai kegiatan luar rumah. Meskipun saya peluk dengan lebih erat bertenaga demi melepaskan rindu, Ica tidak pernah protes. Dia hanya diam, sesekali menengok ke arah saya, bahkan terkadang lehernya melengkung karena senang saya garuk-garuk (duh airmata saya menetes saat menulis ini).

Setiap saya pangku, peluk dan cium, saya selalu membisikkan doa agar Ica selalu sehat dan berbahagia. Malah sempat bahkan kerap mengucapkan “Ica jangan buru-buru mati ya. Ica tenemin Bunda sampai tua. Sampai keluarga ini semakin banyak anggotanya”. Serangkaian doa dari hati terdalam mengingat bahwa nantinya anak-anak akan punya hidup sendiri, menyongsong takdir mereka masing-masing dan tentu saja sibuk dengan ribuan renda kegiatan hidup.

Tapi harapan itu terputus di awal Oktober 2021.

Hari di Saat Ica Meninggalkan Kami

ICA MARISA. Sebuah Cinta yang Hilang di Awal Oktober 2021

Kamis sore, akhir September 2021, saya dan Fiona mulai menyadari bahwa Ica malas bergerak dan menolak untuk makan. Meski tak terlihat berontak, Ica saya perhatikan sangat gelisah dengan nafas yang terengah-engah. Karena dokter langganan tidak berada di tempat hari itu, Fiona akhirnya menyuapinya makanan basah dan kami membuat janji untuk memeriksa Ica keesokan harinya setelah sholat Jumat. Melihatnya akhirnya dia terlelap tidur, saya meneruskan pekerjaan yang memang waktu itu lagi banyak-banyaknya.

Jumat pagi saat saya panggil untuk sarapan, Ica tidak meresponse. Saya lihat dia duduk rapi di bawah gantungan baju di dressing room saya. Badannya hangat. Saat saya gendong dia tidak berontak. Matanya sudah sayu. Ketika saya peluk lebih erat, mendadak dia terkencing-kencing di pangkuan saya. Saya langsung memanggil Fiona untuk membersihkan badannya dan memberi makan. Tapi kali ini, Ica nampaknya menolak untuk makan. Dia berjalan gontai ke tempat yang sama dan beberapa kali saya lihat kembali kencing tidak karuan.

Perhatian saya langsung terbagi gak karuan. Sembari menyelesaikan beberapa pekerjaan yang harus selesai hari itu dan menerima beberapa tamu, saya semakin gak sabar agar dokter langganan kami segera memeriksa Ica. Disela persiapan saya mengadakan acara bedah buku solo perdana, saya mengantar Fiona ke klinik untuk berkonsultasi dengan dokter. Karena mengingat kondisinya, Ica akhirnya diinfus dan sementara waktu diawasi perkembangannya di klinik.

Saya sedang IG Live saat Ica akhirnya harus dibawa ke klinik yang lebih besar untuk dirontgen karena sesak napasnya semakin menjadi-jadi. Saya pun langsung mengiyakan. Do whatever you can to safe her life and whatever it will cost us. Itu yang saya sampaikan kepada dokternya. Dari dokter ini jugalah saya mendapatkan info bahwa Ica sempat muntah darah, langsung tergolek lemas dan menghembus napas terakhir beberapa menit setelah selesai rontgen.

Saat waktu itu tiba saya sedang ada tamu di rumah. Rampung urusan dengan tamu ini, tangis saya langsung pecah dan terisak-isak tak terkendali. Begitupun Fiona. Sementara suami dan Fauzi terduduk lemas. Tidak ada seorangpun dari kami yang menemani saat-saat terakhir hidup Ica. Dan itu sungguh membuat saya sangat terpukul.

Setelah beberapa menit sudah lebih tenang, saya dan kedua anak saya menjemput Ica di klinik sementara suami menggali makam Ica di halaman depan rumah. Adzan maghrib berkumandang dari masjid di dekat rumah, saat Ica dimasukkan ke liang lahat. Jazadnya telah dibungkus kain putih, rapat terikat dan tidak lagi bisa dibuka. Suami tidak mengijinkan saya memotret karena takut akan memberikan efek duka yang mendalam buat saya.

“Selamat jalan Ica sayang. Kita akan bertemu lagi di surga ya”. Dua kalimat yang meluncur berulang kali dari mulut suami saat menguburkan. Dua kalimat yang kembali membuat saya tak bisa menahan derasnya airmata yang jatuh.

Berakhir sudah masa dan kesempatan yang diberikan Allah SWT kepada kami untuk mengasuh dan membesarkan seekor kucing kesayangan, Ica Marisa. Kucing yang sekitar 5 tahun telah memberikan kebahagiaan dan keceriaan, serta memberikan makna cinta dan kasih sayang yang sebenar-benarnya.

Berbahagialah engkau di surga Ica sayangku. Tunggulah kami untuk berkumpul dan bermain kembali di rumah kita di surga.

ICA MARISA. Sebuah Cinta yang Hilang di Awal Oktober 2021

#IcaMarisa #KucingKesayangan #KucingPersia #PeliharaanKesayangan

Blogger, Author, Crafter and Photography Enthusiast

annie.nugraha@gmail.com | +62-811-108-582

37 thoughts on “ICA MARISA. Sebuah Cinta yang Hilang di Awal Oktober 2021”

  1. Mbaaa, aku nangisss baca artikel ini.
    Ica pasti kucing yg bahagia banget, karena selama hidupnya ia disirami kasih sayang yg luar biasa dari mba Annie dan keluarga.

    Aku juga lagi sedih mbaa. Kucing kesayanganku berpulang dua hari silam T_T
    Kemungkinan dia kena racun tikus, yg dipasang tetangga kompleks.
    soalnya, kucingnya memang aku persilakan utk jalan2 keliling kompleks kami.

    sedih bangett pas lihat dia meregang nyawa T_T

    Reply
    • Iya Nur. Ica ini dimanjakan banget. Karena sifat dan tingkahnya yang menyenangkan, Ica gampang banget bikin kita semua jatuh hati. Jadi saat dia mendadak gak ada, banyak rasa kehilangan yang mampir. Bahkan sampai saat ini, tiap pagi, aku suka gak sadar masih manggil-manggil dia untuk makan.

      Ya Allah Nur. Begitu tuh takutnya kalau kucing diijinkan keluar dan berkeliaran. Suka ada aja hal-hal yang bikin mereka gampang sakit. Kebayang sedihnya saat liat dia merenggang nyawa. Kalau aku pasti gak sanggup itu

  2. Cakep bgt si Ica. Turut sedih ya. Saya jd ingat Kelom kucing saya yg saya berikan ke orang lain karena saya pindah kota. Sedih euy berpisah. Saya ampe ga mau tau lagi kondisinya karena jd makin sedih huhu

    Reply
  3. Aku kebayang bagaimana terpukulnya Mbak Ann saat kehilangan Ica ya.. Ica kucing yang cantik, lucu, dan pintar. Pasti semua org ingin mengadopsinya jg. Keberuntungan ada d keluarga Mbak Annie. Namun, Allah lebih sayang dengan Ica. Sehingga, kita harus ikhlas dengan kepergiannya. Semoga kelak akan berkumpul kembali di SurgaNya, Mbak. Aamiin.

    Reply
  4. Selamat jalan Ica…
    Kucing klo udah gabung dalam satu rumah berasa anak sendiri. I feel u gimana sehari2 biasa liat tingkah yang lucu nyebelin juga gemes tiba2 Jadi sepi 😭

    Reply
    • Iya Mbak Uchi. Apalagi kami sekeluarga mengalami proses tumbuh kembangnya. Jadi sudah seperti anggota keluarga

  5. aku bacanya ikut tersentuh mbak. betapa sayngnya ya merawat ica dari usia 5 bulan sampai 5 tahun. dan mbak ani punya buku khusus tumbangnya itu sesuatu. semoga segera mendapatkan gantinnya yang lebih imut.

    Reply
    • Aamiin YRA. Iya Mbak Windi. Merawatnya dari kecil sudah meninggalkan kesan yang begitu. bermakna buat saya dan keluarga.

  6. Ini toh kucing kesayangan kak Annie yang namanya icha. Huhu, baca kisahnya di atas dari awal sampe selesai, Ada banyak hal yang saya tangkap. Dan tentunya bisa bermanfaat sebagai pelajaran hidup bahwa kita juga punya rasa empati dan simpati pada hewan peliharaan.

    Reply
    • Iya Mas Wahid. Kucing peliharaan sejak 2017 yang lalu. Sayang sekali kami hanya diperbolehkan mengurus dan merawatnya dalam 5 tahun aja.

  7. mbaaaak, cakep banget headernya…
    tulisannya juga indah…
    membuat aku ikutan terkenang akan ica marisa
    terima kasih ya, udah membuat tulisan yang cantik tentang sosok ica

    Reply
  8. Cantik betullll namanya Ica. Bersama lima tahun itu bukan waktu singkat. Mungkin kalo gak ada foto si mpus di awal, saya bakal mengira ini tuh cerpen baru atau cuplikan buku baru Mba Annie. Heu. Turut berduka cita Mba Annie.

    Reply
  9. Wah mbak dan keluarga pecinta kucing sekali ya, ica pasti seumur hidupnya bahagia karena dirawat dengan baik buktinya lewat gambar saya dapat Ica cantik sekali! Turut berdukacita ya mbak, pasti rasanya seperti kehilangan anggota keluarga.

    Reply
  10. Duka mendalam Bu Annie. Keadaan di hari terakhirnya Ica mirip dengan kucing yang suka main ke rumah daku, nggak ada yang menemani. Sedih ya pasti.. mana saat itu daku dapat kabarnya pas pulang kuliah, 😭.
    Bersahabat dengan sesama makhluk Allah, yaitu kucing memang luar biasa ya Bu. Semangat dan kuat, ya.

    Reply
    • Iya Fen. Kematian Ica jadi luka yang mendalam untuk aku dan keluarga. Biar hanya sebentar, 5 tahun, Ica sudah jadi bagian dari keluarga.

  11. Ikut merasakan duka membacanya.tulisannya bagus banget Bu… Saya pun pernah kehilangan kucing karena ketabrak orang . itu saya sedihnya pun lama.bener bener kehilangan.

    Reply
  12. ikutan sedih deh mba baca kronologisnya, dulu juga inget tuh pas kucingnya adek saya mati juga karena sakit ginjal or apa gitu agak lupa juga karena sudah lama. pastinya kehilangan sosok hewan peliharaan kesayangan ya…

    Reply
    • Iya. Meskipun sadar bahwa semua yang hidup akan mati, tetap aja sedih banget. Apalagi ini kan prosesnya cepat.

  13. Insya Allah, Pincess Ica sudah tidak sakit lagi, sudah nyaman di SANA. Saya juga pernah kehilangan kucing kesayangan. Dan itu akibat kesalahan saya sendiri.
    Sebenarnya ia kucing bebas yang sering main ke rumah. Terkadang tidur di teras, dan terkadang tidur di tempat lainnya (bukan rumah saya).
    Suatu hari saya buru2 mau mengantar anak ke sekolah karena sudah telat. Langsung naik mobil dan memundurkannya.. Tapi tiba-tiba ada jeritan kucing.. saya berhenti dan keluar …
    Ya Allah, hari itu bikin saya menangis sepanjang hari. Kucing yang tak pernah saya kasih nama itu tak bisa bertahan saat kami mencoba membawanya ke klinik dokter hewan.
    Sejak saat itu, saya sebisa mungkin untuk selalu mengecek kolong mobil. Karena rumah yg sekarang juga nggak ada pagar, jadi akan selalu ada kucing bebas/liar/jalanan yang main ke halaman rumah.

    Reply
    • Ya Allah Mbak Fida. Pasti sedih banget itu ya. Saya aja sampe hari ini masih suka terkenang dengan Ica. Ikatan kami sepertinya sudah terlalu kuat bersemayam di hati dan pikiran saya.

  14. Innalilahi Ica, walaupun belum pernah ketemu secara langsung tapi sering liat video dan foto mu berseliweran dari layar hape. Gemes, lucu, dan ngangenin pastinya. Satu kucing yang tak bisa tergantikan hanya kenangan nya yang akan selalu membersamai. Semoga Ica bersama bidadari surga sekarang💐

    Reply
    • Betul Fuli. Sampe sekarang pun masih merasakan kehadiran Ica di rumah. Karena memang kebiasaan-kebiasaannya itu sangat dirindukan.

  15. mbaa aq sedih banget bisa ngebayangin gimana rasanya. ahh ica sosok yang menyenangkan pastinya. semua kucing persiaku punya sifat yang mirip seperti ica. alhamdulillah masih ada 3 lg dirumah ya mba. apa itu saudara kandung ica jg mba?

    Reply
    • Semua berbeda keturunan Mbak Ria. Bella yang dulu diadopsi tak jauh dari waktu kedatangan Ica, alhamdulillah sekarang masih hidup. Sehat dan gesit. Meski gerakannya sudah tidak selincah dulu. Momo dan Monty berada di rumah sejak tiga tahun yang lalu. Jadi selisih umur mereka dengan Bella jauh banget.

Leave a Comment