Keraton Ratu Boko. Saat Keindahan Sejarah Terukir di Yogyakarta

Keraton Ratu Boko. Saat Keindahan Sejarah Terukir di Yogyakarta
3 months ago
Keraton Ratu Boko. Saat Keindahan Sejarah Terukir di Yogyakarta

Sudah bertahun-tahun saya menyimpan keinginan untuk menginjakkan kaki di Keraton Ratu Boko. Banyak traveler yang bercerita bahwa di sini, tersimpan banyak keindahan sejarah yang terukir di salah satu sisi Yogyakarta. Rasa penasaran pun membuncah dan akhirnya terwujudkan saat liburan bersama si bungsu di awal Agustus 2024

Si bungsu sedang liburan semester genap sekitar hampir 2.5 bulan saat muncul ide untuk mengajaknya berkreasi ke Yogyakarta. Awalnya saya ingin pelesir ke negara tetangga tapi sayangnya antrian foto passport si bungsu baru didapatkan menjelang akhir tahun 2024. Woah panjang betul ya. Antrian yang sangat padat sampai harus nunggu hampir setengah tahun.

Yo wes lah. Cukup ke Yogyakarta aja kalau begitu. Apalagi anak saya ini memang belum pernah sama sekali ke kota yang terkenal dengan konsep slow living ini. Kami pun menyusun rencana serinci mungkin karena masa liburan ke Yogyakarta lumayan singkat. Hanya empat hari tiga malam saja. Jadi harus mengatur waktu seefisien mungkin agar beberapa destinasi impian bisa terkunjungi tanpa terlewatkan.

Sebagai penyuka destinasi wisata sejarah, dua yang masuk dalam agenda adalah Candi Borobudur dan Candi Ratu Boko yang kemudian saya tahu nama tepatnya adalah Keraton Ratu Boko. Saya dan si bungsu pun bersepakat ingin mengukir keindahan sejarah di Yogyakarta.

Keraton Ratu Boko. Saat Keindahan Sejarah Terukir di Yogyakarta

Tentang Yogyakarta : Mengukir Kenangan Mengenakan Kebaya di Malioboro Yogyakarta

Keraton Ratu Boko. Saat Keindahan Sejarah Terukir di Yogyakarta

Keraton Candi Boko. Surga Fotografi

Saya tiba di kawasan Candi Borobudur ketika di saat bersamaan bermunculan bis-bis besar dari berbagai arah. Antrian masuk parkir pun mengular. Saat dalam antrian tersebut, saya memperhatikan kertas-kertas putih yang ditempelkan di kaca besar sisi depan bis. Terlihat jelas nomor urut bis berikut dengan nama kelompok mereka. Sebagian besar adalah rombongan sekolah dari banyak kawasan di pulau Jawa dan kelompok-kelompok khusus seperti pengajian, kegiatan sosial, dan lain-lain. Serunya lagi ada sekelompok besar ibu-ibu yang mengenakan seragam dengan warna yang sangat mencolok (gabungan antara merah, oranye, dan putih). Bikin silau mata. Mungkin maksudnya supaya gampang dikenali ya. Jadi jika ada yang nyasar, teman-teman serombongan mudah untuk mencari. Maklum sih. Rombongan yang sebagian besar ibu-ibu ini tampak sudah berada di usia lansia dan jumlahnya memang banyak betul.

Would I do the same thing in the future? Berseragam sembari ngelencer maksudnya? Positively or preferably not hahaha. Karena saya tuh “gerah” dengan konsep seragam seperti itu. Jika hanya dress code dengan tema atau warna tertentu, saya tidak berkeberatan. Sudah cukup lah ya, dulu pernah seragaman saat sekolah dan bekerja di sebuah perusahaan multi nasional di bidang properti. Seragamnya pun persis banget dengan karyawan bank. That was enough though.

Akhirnya, setelah bersabar menunggu antrian, saya pun memasuki halaman depan pintu masuk Candi Borobudur. Ada beberapa opsi tiket bagi pengunjung dengan harga yang berbeda-beda. Sesuai rencana, saya dan si bungsu membeli tiket terusan untuk ke Candi Borobudur dan Keraton Ratu Boko seharga Rp75.000,00/orang. Ini sudah termasuk dengan asuransi dan kendaraan yang mengantarkan pengunjung ke dan dari Keraton Ratu Boko dengan titik kumpul halaman depan Candi Borobudur. Seorang petugas berseragam kemudian meminta saya untuk berjalan menuju sebuah tenda dengan plang petunjuk yang tak jauh dari loket pembelian tiket.

Tak lama menunggu, salah seorang petugas tampak memanggil semua tamu yang hendak ke Keraton Ratu Boko. Bisnya lumayan besar dan langsung penuh terisi saat saya melangkah masuk. Perjalanan sekitar 20 menit melewati beberapa jalur yang cukup menantang pun mengantarkan saya hingga ke teras depan Keraton Ratu Boko.

Tentang Yogyakarta : Palka Art Craft. Rumah Mini Produk Kreatif di Prawirotaman Yogyakarta

Keraton Ratu Boko. Saat Keindahan Sejarah Terukir di Yogyakarta

Keraton Ratu Boko. Saat Keindahan Sejarah Terukir di Yogyakarta

Selama dalam perjalanan tadi, saya melihat deretan rumah penduduk yang tampak bersahaja dikelilingi oleh kebun. Jalan yang dilewati oleh bis pun tampak tidak begitu lebar. Saya sempat berdebar-debar saat bis yang saya naiki berpapasan dengan mobil lain. Butuh perhitungan dan kelihaian mengatur posisi kendaraan agar kendaraan tidak saling bersenggolan. Dan hal mendebarkan yang sama kemudian terulang saat bis harus menanjak, mengatur gas serta kecepatan tertentu untuk menggapai halaman depan kompleks Keraton Ratu Boko yang terlihat menjulang. Setidaknya (jauh) lebih tinggi dari jalur yang baru saja saya lewati.

Sejenak setelah turun dari bis, saya menebarkan pandangan. Di tengah area drop on and drop off tamu ini, ada sebuah pohon besar dan tua yang akarnya terlihat kokoh dan sudah mencengkram tanah. Di bawah pohon ini ada bangku-bangku panjang dengan ukiran besi hitam yang juga kokoh. Kemudian ada sebuah restoran dan sebuah cafe yang menyediakan kopi,ice cream gelato, minuman dingin, serta aneka camilan. Tersedia pula tenda-tenda kayu dengan beberapa dudukan yang mengajak kita nyaman untuk menghabiskan waktu.

Tidak ada batasan waktu bagi para pewisata untuk berada di kawasan Keraton Ratu Boko sebelum kembali ke Candi Borobudur karena bis antar jemput selalu terlihat ada di setiap 30 menit. Kebebasan ini memungkinkan kita untuk tenang bersantai tanpa harus terburu-buru. Setidaknya bisalah ya ngopi-ngopi dulu, menikmati serangkaian kudapan yang menyelerakan, sebelum kembali ke Candi Borobudur.

Saya kemudian melangkah masuk mengikuti petunjuk arah. Pintu masuknya ternyata berupa tangga batu dengan jumlah anak yang lumayan banyak (gak ikutan program keluarga berencana sepertinya). Berada di sebuah bukit yang lumayan menyita tenaga, saya sempat terengah-engah saat harus menjejak langkah satu persatu. Pemandangan di sisi kiri tangga memang cukup mengagumkan karena dari tangga dan area jalan kaki yang sudah rapi terbuat dari paving blok, kita dapat melihat kawasan hijau dengan banyak rumah yang dikelilingi oleh aneka jenis kebun. Saya memutuskan untuk berhenti sejenak dan membuang pandangan yang tampak cerah di bawah langit biru dan awan putih yang cantik berarak.

Langkah saya kemudian terhenti saat di sebuah joglo ada sekawan seniman generasi lanjut, memainkan alat musik gamelan dan perlengkapannya serta seorang penyanyi yang melantunkan lagu-lagu jawa lawasan. Mereka mengenakan seragam lurik dan terdengar begitu atraktif di tengah keheningan suasana area awal Keraton Ratu Boko. Persis di seberang joglo tersebut ada sebuah taman besar dengan banyak dudukan dan kolam air mancur yang dikelilingi oleh banyak tanaman dan rumput dengan lingkungan yang bersih dan sangat terawat.

Saya menyempatkan diri untuk duduk di bangku besi di bawah sebuah pohon besar yang sudah disediakan sembari mengatur nafas sehabis jalan mendaki barusan. Banyak pohon besar yang tumbuh subur dan rindang, membuat acara ngaso jadi begitu nyaman.

Cukup capek juga ternyata yak. Adalah sekitar 100an meter jalan dalam kondisi menanjak.

Keraton Ratu Boko. Saat Keindahan Sejarah Terukir di Yogyakarta

Tentang Yogyakarta : Menyesap Rasa Otentik Italia di Resto Pizza Aroma Italia Yogyakarta

Setelah berhasil mengatur nafas, saya memutuskan untuk melanjutkan penelusuran. Kali ini saya melihat sebuah spot foto dengan tulisan “Keraton Ratu Boko” dengan huruf tegak berdiri dan cukup besar-besar. Di lantai, tempat berpijak, disediakan tiga titik yang pas untuk berfoto plus satu titik untuk tempat yang memotret berdiri. Arahannya pas betul. Spot foto ini jadi ciamik menurut saya karena komposisi dan sudut fotonya yang istagenic habis.

Selain tanaman atau dedaunan hijau yang tumbuh subur di belakang tulisan tadi, dari sini kita bisa melihat gerbang pertama Keraton Ratu Boko yang dilengkapi dengan hutan kecil di belakangnya serta langit luas yang menunjang keindahan foto. Dan menjadi semakin indah saat langit cerah berwarna biru dan awan seputih kapas yang tampak bergerak dengan luwesnya. Cantiknya kompleks Keraton Ratu Boko jadi sangat mengesankan dan benar-benar jadi surga fotografi yang pastinya adalah salah satu daya tarik dan alasan publik untuk berkunjung ke sini.

Dan saya pun mengantri. Baik untuk berfoto maupun membantu memfotokan beberapa pasangan yang ingin berfoto bersama.

Keraton Ratu Boko. Saat Keindahan Sejarah Terukir di Yogyakarta

Penemuan dalam Penjelajahan

Usai memotret di titik tulisan tadi, mata saya dihibur oleh luasnya sebuah tanah lapang dengan rumput gajah yang menghijau. Di tengah-tengah lapangan luas ini ada jalanan yang sudah dipasang konblok selebar sekitar tiga meter dan kembali dalam posisi mendaki. Meski tidak se-menukik jalur di awal tadi, saya tetap merasakan bagaimana kedua kaki menua ini berjalan terseok-seok.

Tanah lapang ini tampak bersih. Tak ada satu pun sampah yang saya lihat. Rumputnya terlihat sangat terurus.

Saya berjalan pelan sembari mengatur nafas, sesekali memotret dan dipotret. Saya kemudian bertemu dengan dua barisan tangga yang cukup landai yang kemudian mengantarkan saya ke gerbang pertama yang tadi saya lihat dari kejauhan. Gapura yang tersusun rapi oleh tiga buah paduraksa yang disusun berjajar. Berdiri di tengah paduraksa yang ada di tengah, saya berbalik dan kembali melempar pandangan ke arah tempat yang baru saja dilewati. Bukit yang baru saja saya lewati terlihat lebih indah. Dari ketinggian pertama ini saya mulai merasakan hembusan angin meski panas mentari tak berhenti menghujam kepala.

Jadi, bagi yang tak kuat dengan tajamnya sinar matahari, saya sangat usulkan untuk membawa topi lebar dengan lubang-lubang udara kecil demi kenyamanan plus kaca mata hitam untuk menghalau silau. Persis seperti apa yang saya kenakan saat itu.

Setelah mencapai gerbang pertama ini, saya menikmati batu-batu besar yang tersusun menjadi lantai injakan atau pondasi. Dari titik saya berdiri saat itu dan menelaah beberapa referensi tentang Keraton Ratu Boko, saya kemudian membayangkan sebuah rangkaian jejak sejarah yang mengulas bahwa Keraton Candi Boko dulu adalah sebuah reruntuhan kerajaan yang dibangun pada abad ke-8 oleh Wangsa Syailendra yang beragama Budha. Saya malah berasumsi bahwa dengan tanah seluas sekitar 25 (dua puluh lima) hektar ini pastilah dulunya di sini, di tempat ini, ada sebuah kerajaan yang dikeliingi oleh banyak kehidupan di seputaran bukitnya.

Yuk mari kita lanjutkan perjalanan.

Sekian langkah dari gerbang pertama, saya kemudian bertemu dengan gerbang kedua yang terlihat lebih besar dan tentu saja lebih tinggi. Jika menilik secara visual dan susunan batu-batu besar yang dijadikan bentengnya, gerbang kedua ini lebih tampak sebagai gerbang atau pintu utama keraton. Dengan posisi yang lebih tinggi, ditambah dengan ukiran pada tangganya dan jumlah paduraksa yang lebih banyak, gerbang kedua ini tentu saja terlihat lebih megah.

Saya kembali berdiri di paduraksa tengah, berbalik, menghadap serangkaian tempat yang telah saya lewati. Dari sini saya menyaksikan indahnya gapura pertama tadi berikut dengan tanah lapang luas yang saya daki di awal. Di sudut kiri pandangan terlihat pohon-pohon jangkung yang tumbuh subur lalu beberapa bangunan tambahan yang diantaranya digunakan sebagai toilet.

Si bungsu memotret saya yang bolak-balik berjalan ke berbagai sisi gerbang utama ini. Menilik dari batu-batu besar yang menjadi materi utama, gerbang utama ini sungguh mengesankan. Setidak dalam pandangan saya pribadi yang menyukai bangunan lama serta cerita yang tersembunyi di dalam.

“Ini loh. Yang di tengah ini. Sudut favoritnya orang foto-foto,” teriak anak saya sekencang mungkin. Saya yang sedang berada di salah satu puncak tangga mencoba mendengarkan dengan hikmat. “Orang-orang tuh foto ini pas sunset loh Bun,” sambungnya lagi sembari menunjukkan beberapa shoot indah yang tersebar di media sosial. Saya tak bisa menahan decak kagum. Terlepas dari proses editing, saya yakin raw picture dari sudut ini dengan background semburat jingga yang cantik luar biasa.

Dari beberapa info yang kemudian saya dapat, hal ini bisa terwujudkan karena memang Keraton Ratu Boko di satu sisi menghadap ke Barat, arah terbenamnya matahari dengan area pandang yang begitu luas. Jadi no wonder jika kita bisa menyaksikan kesempurnaan sunset dari satu ketinggian sekitar 196 meter di atas permukaan laut.

Ah, seandainya saya punya banyak waktu lowong, saya akan menunggu waktu terindah untuk turut menikmati sunset tersebut. Karena sesungguhnya salah satu waktu yang menghanyutkan hati dan memberikan kedamaian adalah saat matahari perlahan jatuh ke peraduan sembari membawa ketenangan dan rangkaian warna yang menyempurnakan keindahannya.

Demi masa yang mengantarkan saya ke Keraton Ratu Boko, saya akhirnya tetap banyak berfoto di gerbang utama ini dari berbagai sudut. Meskipun tidak di waktu keemasannya, paling tidak sejarah perjalanan saya telah mencatat bahwa jejak kaki saya pernah ada di sini. Di sebuah wilayah kerajaan yang dulunya dipimpin oleh Ratu Boko yang dipercaya oleh orang banyak adalah ayah dari Roro Jongrang. Seorang perempuan yang sangat berpengaruh pada masanya.

Keraton Ratu Boko. Saat Keindahan Sejarah Terukir di Yogyakarta

Melangkah Pulang dengan Sejuta Kenangan

Sebelum melangkah menuruni jejak yang telah saya lewati, saya menebarkan pandangan ke sisi dalam keraton yang sekarang berupa tanah lapang luas dengan rerumputan hijau dan rangkaian langkah sedari saya datang sekitar satu jam yang lalu. Saya mencoba menatap ke titik terjauh di dua sudut ini, hingga menyadari bahwa jika ingin benar-benar diukur, kita pasti bisa melihat betapa luasnya kawasan keraton yang dipercaya sudah ada sejak abad ke-8 masehi pada masa wangsa Syailendra (Rakai Panangkaran)yang beragama Budha hingga kemudian diteruskan dan atau diambil alih oleh serangkaian raja yang menganut agama Hindu.

Situs purbakala yang berada sekitar 3km dari kawasan Candi Prambanan dan berada Kabupaten Sleman ini, tentunya akan terjaga dan terus lestari di bawah pengelolaan yang profesional. Saya yakin pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dan seluruh masyarakatnya yang adalah pemangku kepemilikan, kepentingan, dan penjagaan Keraton Ratu Boko, akan saling bahu membahu menjaga keutuhan sejarah dan fisik Keraton Ratu Boko.

Saya pun ingin turut serta menjadi bagian dari hal di atas. Dengan mengukir kenangan lewat tulisan ini, mudah-mudahan cerita perjalanan tentang Keraton Ratu Boko yang saya kunjungi pada awal Agustus 2024, bisa terus dibaca oleh banyak orang. Khususnya bagi yang menikmatinya sebagai sebuah kisah perjalanan yang sarat memori sepanjang masa.

Saya pun melangkah pulang dengan sejuta kenangan dan ribuan senyuman yang terbawa hingga kembali ke rumah.

Keraton Ratu Boko. Saat Keindahan Sejarah Terukir di Yogyakarta

Keraton Ratu Boko. Saat Keindahan Sejarah Terukir di Yogyakarta

34 Comments Leave a Reply

  1. Waktu masih gabung dengan Kampret (Kompasiana Hobi Jepret) sering banget bikin event di Candi Boko

    dan hasilnya keren keren

    maklum sebagian anggota adalah fotografer profesional dan mereka menyengaja datang ketika sunset/sunrise

    sayang saya cuma bisa gigit jari karena gak bisa ikut

    • Memang Keraton Ratu Boko ini surganya fotografi Mbak. Terutama di saat sunset. Cakepnya luar biasa.

  2. Candi/Keraton Ratu Boko ini sempat populer bagi penggemar traveling dan penggiat fotografi. Pernah suatu waktu menjadi hits utk pelataran prawedding.
    Karena letaknya yg cukup tinggi jadi sajian pemandangan indah serasa memanjakan. Area sekitar juga begitu asri dengan hamparan pepohonan dan rumput menghijau

    • Nah betul banget ya Mbak. Asal bisa ngambil angle yang pas, hasil fotonya pasti ciamik betul. Apalagi jika yang motret adalah photographer professional. Duuhh dah kebayang deh keindahannya.

      Saya malah kepikiran bagus juga kali ya kalau ngadain pesta nikahan atau private party di malam hari dengan tema yang indah dan matang. Wooaahhh pasti keren luar biasa.

    • Ini di Keraton Ratu Boko Mas Adi. Sekitar 3km dari Candi Prambanan dan 20 menit berkendara dari Borobudur. Pas saya datang memang sedikit pengunjungnya. Mungkin karena bukan musim libur sekolah.

  3. Wah. Sayang banget nih aku. Pernah ke Candi Borobudur tapi nggak ambil tiket terusan ke Keraton Ratu Boko. Kayaknya emang kudu ke sana lagi dah. Menapak tilasi kehidupan masa lalu tuh seru.

    • Do that Mbak Yuni. Keraton Ratu Boko ini menurut saya sangat menarik. Meski kompleks bangunannya tidak semegah Borobudur maupun Prambanan. Saya malah pengen balik lagi pas sunset. Foto di sini dikala sunset tampaknya indah luar biasa.

  4. Membaca ulasan sejarah tentang Keraton Ratu Boko yang ditulis kak Annie Nugraha pada blog ini, serasa saya menyelami masa silam yang penuh kekayaan budaya. Semoga kita bisa terus menjaga kearifan lokal apapun itu yang menjadi ciri khas suatu daerah. Terimakasih tulisannya yang keren ini.

    • Rangkaian doa-doa sama yang meluncur dari mulut saya saat meninggalkan destinasi wisata sejarah yang satu ini Mas Wahid. Semoga terus lestari sepanjang masa.

  5. Keraton Ratu Boko jadi salah satu wishlist aku kalau balik lagi ke Jogya, selama ini selalu nggak keburu kalau kesana
    Aku melihat foto-foto temenku waktu menikmati sunset di Ratu Boko cantik banget viewnya
    seneng melihat kawasan Ratu Boko bersih, terawat seperti ini, semoga wisatawan nggak buang sampah sembarangan tiap kesana, supaya terlihat selalu bersih dan indah dipandang

    • Bener banget. Sunset adalah bagian terbaik untuk memotret dan dipotret di Keraton Ratu Boko. Saya juga pengen deh balik lagi di waktu sunset itu.

  6. Berkunjung ke Keraton Ratu Boko ini juga menjadi salah satu impian saya, tapi belum kesampaian hingga saat ini. Dan membaca tulisan ini saya makin semangat untuk segera berkunjung ke sini, karena tempatnya memang sebagus itu ya, kita pun bisa napak tilas tentang sejarah masa lalu, dan yang pasti banyak spot bagus buat foto-foto yang tidak bisa dilewatkan. :)

  7. Wuaaa luar biasa Mba Annie jalannya tangguh nih Sanggup menghadapi tantangan jalan yang nanjak alias naik turun sepanjang berada di Keraton Ratu Boko. Demi apa aku baru ngeuh kalau Candi Ratu Boko itu sesungguhnya keraton. Pas sekali langit sedang cantik-cantiknya jadi foto-fotonya kelihatan hidup sekali.

    • Hahahahaha. Sayang banget kalau gak disempatkan menjelajah Cha. Sudah jauh-jauh datang ke Sleman. Jadi puas-puasin motret dan dipotret.

  8. Indah sekali ya, Mbak Annie. Saya sudah pernah ke candi Borobudur, juga Candi Prambanan. Tapi belum sempat ke keraton Ratu Boko. Soalnya sudah kesorean, apalagi saya naik motor PP dari Kebumen ke Magelang. Semoga next bisa mengunjungi.

    • Banget Mas Bambang. Keraton Ratu Boko ini justru terkenal karena sunsetnya Mas. Saya lihat banyak sekali foto-foto cantik saat sunset di Keraton Ratu Boko. MashaAllah. Sayangnya saya datang di waktu yang berbeda. Jadi malah pengen balik lagi deh.

  9. Iya, saat ke Prambanan beberapa waktu lalu, saya juga menyempatkan diri mengunjunginya keraton Ratu Boko
    Emang cantik spotnya berasa pengen foto melulu

    • Meski candinya tidak sepadat Borobudur dan Prambanan, Keraton Ratu Boko punya ciri khas yang unik ya Mbak.

  10. 100 meter mengajak, kalau terus²an dan gak pemanasan bagian kaki, tentunya bisa bikin lelah.
    Apalagi kalo gak nyaman bagian alas kakinya, plus cuaca sekitar lagi engap alias panas, sudah kebayang dah hehe.
    Kalau udah terbiasa, nggak sih ya.

    • Nah itu hahahaha. Kalau soal nanjak aku musti ngos2an dah meskipun sudah mengenakan sepatu sneakers yang khusus untuk jalan jauh.

  11. Kak Annie seru banget bisa menghabiskan waktu berlibur bareng si bungsu ya. Udah kayak temen akrab banget. Ya Allah rasanya saya ngebayangin begini sama anak nantinya. Hehehe jangan pake seragaman sama ibu majelis taklim liburan ya. Wkwk

  12. Saya udah niatin banget, kalau suatu saat mau wisata candi, ajakin suami ma anak-anak aja. Abisnya kalau sama keluarga besar, maunya ke Borobudur melulu wkwkwkw. Makanya sampe sekarang saya belum pernah tuh ke candi-candi lain. Padahal oengen banget

    • Next trip kudu diniatkan Myr. Memang Keraton Ratu Boko tidak sepadat Borobudur atau Prambanan untuk jumlah bangunan candinya. Tapi di sini justru lebih nyaman dan tentram.

  13. Wah, ini informasi terbaru mengenai wisata Candi Borobudur yang di bundling sama Keraton Ratu Boko.
    Rasanya vibesnya beda kalo yang moto ka Annie.
    MashaAllaa.. persis vibes majalan mahal ato versi kartu pos, kalo jaman dulu. Hehehe..
    Pencahayaan, angle sampe ke modelnya juga serasa alami, berpadu dengan latar vintage.

    • MashaAllah. Tempatnya juga photogenic Len. Jadi setiap sudut tuh cakep banget buat dipotret. Aslinya sih fotonya tuh buanyak buangets. Sampe bingung mau menampilkan yang mana hahahaha. Semoga yang aku hadirkan di sini adalah pilihan terbaik dan mewakili keindahan Keraton Ratu Boko secara keseluruhan.

  14. Dulu Saya waktu ke Ratu Boko udah sore hujan pulak heuheu jadi gak bisa pepotoan ternyata Ratu Boko kalau cuaca cerah bagus banget ya apalagi spot fotonya ciamik semua jadi pengen berkunjung ke Ratu Boko lagi

    • Wah sayang banget ya Yu. Padahal setiap sudut Keraton Ratu Boko tuh cantik banget. Apalagi kalau motret pas sunset. Waktu yang sungguh sempurna.

  15. Wah jauh juga ya Mba dari Borobudur ke Ratu Boko..bisa 1,5 jam itu. Kalau saya dulu ambil tiket Prambanan-Ratu Boko. Jadi dari Prambanan naik shuttle..5 km saja perjalanannya tapi rutenya memang menantang. Dan terbayar dengan keindahannya. Mesti waktu itu belum menikmati semua karena masih dalam tahap renovasi. Dan nyesel karena mesti buru-buri balik lagi ke Prambanan.
    Anak saya pernah bareng rombongan sekolah sore njujug ke Ratu Boko..lihat sunset dan dinner..bagus banget katanya…bikin saya pengin ke sana lagi hihi

    • Sekitar 20-30 menit dari Borobudur, Yang mungkin bikin melambat adalah karena naik bis jadi cenderung kurang lincah. Kalau naik kendaraan pribadi, bakalan lebih cepat.

      Nah bener banget Mbak Dian. Keistimewaan Keraton Ratu Boko adalah saat sunsetnya. Lihat dari banyak postingan di medsos, rata2 memang menikmati sunset sembari makan malam di restoran yang di pintu masuk itu. Posisi restonya strategis banget. Sementara kalo untuk foto titik tercantiknya adalah di gapura ke-2. Posisinya lumayan tinggi. Jadi bisa menangkap spot terindah.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

About Me

Annie Nugraha adalah ibu dua orang anak yang saat ini tinggal di Cikarang, Kabupaten Bekasi. Hobinya membaca, nonton berbagai genre film dan drama serta mengulik beragam dunia kreativitas. Selain mendalami dunia tulis menulis, Annie Nugraha juga adalah seorang pengajar, crafterwire jewelry designer dan pembelajar aktif di dunia photography.


Annie Nugraha dapat dihubungi via email annie.nugraha@gmail.com, atau  WA +62-811-108-582. Profilnya juga bisa dilihat di IG : @annie_nugraha, @annie_nugraha_handmade_jewelry
(untuk menampilkan karya-karya perhiasan handmade milik Annie) dan @pondok_antologi (untuk jejak langkah di dunia publishing dan literasi)

Blog ini adalah sebuah legacy. Warisan bagi siapa pun yang sempat mengenalnya. Sebuah kenangan tak bernilai jika di satu masa hanya tulisan-tulisan inilah yang menjadi bukti bahwa dia pernah hadir dan ada di dunia.

Don't Miss

Memanjakan Rasa Mengademkan Hati dengan Masakan Rumahan di Geblek Pari Yogyakarta

Memanjakan Rasa Mengademkan Hati dengan Masakan Rumahan di Geblek Pari Yogyakarta

Masakan rumahan itu – menurut saya – gak pernah ngebosenin. Selalu pas
Menyusur Cerita Lawas Pasar Tradisional Beringharjo Yogyakarta

Menyusur Cerita Lawas Pasar Tradisional Beringharjo Yogyakarta

Pagi mulai merangsek naik menuju tengah hari, saat saya dan Ipeh melangkah