Mengukir Kenangan Mengenakan Kebaya di Malioboro Yogyakarta

Mengukir Kenangan Mengenakan Kebaya di Malioboro Yogyakarta
Waktu tidak bisa diulang tapi momen bisa diabadikan

Saya sedang berleyeh-leyeh duduk di atas bangku pijat saat menemukan akun MEYARDI PICTURE di IG @meyardipicture. Saya langsung terkesan dengan keindahan photography yang mereka sajikan. Sebagai seorang narsistik sejati, radar saya langsung beredar. Iiihh keren-keren bener yak. Cuslah, kontak adik Ipeh, supaya mengatur janji agar kami berdua bisa pepotoan seperti di akun tersebut saat berada di Yogyakarta karena saya ingin mengukir kenangan mengenakan kebaya di Malioboro Yogyakarta.

Panci ketemu tutup. Ipeh juga ternyata punya ide dan pemikiran untuk hal yang sama. Apalagi setelah berulangkali liburan ke Yogyakarta, Ipeh tak pernah berhasil merayu suaminya untuk berfoto dengan baju adat Jawa di Malioboro seperti yang terpampang cantik di IG @meyardipicture itu.

Saya tersenyum penuh arti. Berarti misi sekali ini wajib sukses.

Saya kembali menyusur informasi lebih lanjut yang tertera lewat media sosial. Ternyata minat pewisata untuk berfoto dengan baju adat Jawa sangat lumayan jumlahnya. Bahkan saat saya ngobrol dengan Mbak Niken, salah seorang admin dari akun IG tersebut, di saat kedatangan kami, mereka harus melayani sekitar 400an tamu. Apalagi mengingat di hari itu jatuh pada akhir pekan, Sabtu, 7 September 2024.

Karena melihat antusiasme publik yang luar biasa, lewat obrolan lebih lanjut dengan Ipeh, Mbak Niken menyarakankan kami untuk melakukan booking terlebih dahulu. Saya setuju. Dengan melakukan pemesanan di awal, pengaturan waktu dandan, pemesanan becak sebagai alat transportasi selama kegiatan foto, dan alokasi waktu sang photographer, bisa tertata dengan baik.

Sesuai janji, kami tiba di lokasi pemotretan sekitar pkl. 08:00 wib. Itu pun ditambah dengan beberapa menit tambahan karena kami masih harus mencari titik ketemuan yang ditetapkan oleh Meyardi Picture. Alhamdulillah, meskipun sempat berjalan rada jauh dan ngos-ngosan, akhir kami bisa tersenyum gembira karena bisa melihat kumpulan anak muda memegang kamera DSLR dan segerombolan tamu yang mengenakan kebaya, beskap, dan jarik.

Kami diminta untuk menunggu sebentar agar Mbak Niken bisa berkoordinasi kembali dengan beberapa pihak yang terlibat.

Baca Juga : Pengalaman 24 jam Menyusur Kawasan Blok M Jakarta

Mengukir Kenangan Mengenakan Kebaya di Malioboro Yogyakarta
Tertawalah bersama dengan sahabatmu. Bahkan untuk hal receh yang mungkin saja aneh bagi orang lain

Biaya, Pengaturan, dan Proses Pemotretan

Beberapa hari sebelum hari H atau saat kami dalam perjalanan menaiki kereta api Dwipangga menuju Yogyakarta, kami menghubungi Mbak Niken untuk konfirmasi waktu yang kami pilih, setelah sebelumnya dia mengirimkan flyer yang berisikan informasi paket biaya pemotretan beserta rinciannya. Karena memang hanya berdua, kami langsung memilih paket untuk kuantitas tersebut.

Dengan total biaya Rp165.000,00 untuk 2 (dua) orang, kami akan mendapatkan fasilitas : sewa baju adat Rp25.000,00/orang (anak/dewasa), jasa foto sebanyak 20 soft files (Rp5.000,00/file), jasa transport becak Rp15.000,00 untuk 2 (dua) orang yang digunakan untuk PP dari titik awal pemotretan dan tempat penyewaan baju. Jika saya hitung sih sekitar 3 (tiga) kali bolak-balik. Ke tempat penyewaan baju, balik ke lokasi pemotretan, lalu kembali ke tempat penyewaan baju kembali. Jarak diantara kedua tempat sekitar 150 meter aja sih. Tapi cukup menggeh-menggeh jika kita sudah berpakaian lengkap terus harus berjalan kaki. Mamak macam awak nih bisa merepet sepanjang jalan.

Selain jasa dan biaya menyangkut baju, transport dan photographer di atas, saya yang memang gak bisa dandan dan tak pun punya peralatan lenong, akhirnya menyewa jasa MUA senilai Rp150.000,00. MUA ini adalah orang yang sudah jadi langganan Meyardi Picture. Rumahnya pun tak jauh dari tempat penyewaan baju. Jadi saat saya diantar oleh abang becak, si Mbak MUA, langsung menjemput saya untuk berdandan di rumahnya. Setelah selesai baru diantar balik untuk berganti baju. Sewa MUA ini sifatnya optional ya. Jadi kalau memang bisa atau sudah puas dengan dandanan sendiri, ya gak perlu lagi sewa MUA.

Ngapain pake dandan segala? Ya iyalah bray. Sayang kan. Sudah pakai kebaya yang cantik, jarik yang mumpuni, eh wajahnya gak terpoles. Hasil jepretan juga bakalan gak maksimal bukan? Khususnya buat wajah saya yang perlu dipermak maksimal. Mulai dari pipi yang tembem, alis yang gak seimbang (kek dua orang lagi musuhan), lipstik yang kudu pas, dan tentu saja shading pipi yang bisa mengakali kecomelan wajah emak-emak golden age ini.

Baca Juga : Keseruan Memainkan Kids Food Games di Aplikasi Culinary Schools

Yoklah. Balik ke bahasan utama.

Tempat berpakaian telah diatur di satu rumah tertentu. Meskipun sempit dan berada di dalam gang dengan rumah yang sangat padat, koordinasi dan ritme kerja tempat ini sangat terarah. Kita diminta menuliskan nama di sebuah buku tamu, agar bisa dilayani sesuai dengan waktu kedatangan dan atau urutannya.

Di dalam rumah, pelayanan tukar baju buat pria ada di bagian depan. Sementara untuk wanita ada di bagian dalam. Seorang petugas berseragam akan memanggil, mengajak kita masuk, dan membantu memakaian baju/kebaya serta jariknya plus sebuah bros tumpuk berwarna gold atau silver. Ada berbagai pilihan warna kebaya yang bisa kita kenakan. Polos hitam, polos merah, polos biru, motif bunga-bunga (ada yang dodotan), motif lurik, dan lain-lain. Jariknya langsung ditentukan oleh si pedandan. Wironnya sendiri sudah tertata dengan baik. Jadi tinggal dibentuk, diikat, kemudian ditutup dengan kain khusus untuk menutup perut dan jarik dengan rapi. Jika baju/kebaya dan jarik disediakan oleh mereka, jilbab diurus oleh masing-masing. Mereka menyediakan jilbab kain segitiga berwarna hitam saja. Dan itu harus dikenakan sendiri. Saya sendiri tetap mengenakan ciput sedada dan turban lilit seperti yang biasa saya kenakan karena jika menggunakan jilbab hitam kok keliatan warnanya terlalu tabrak lari.

Saya memutuskan untuk berkebaya beludru halus merah, sementara Ipeh berwarna hitam. Sebenarnya saya naksir dengan yang hitam itu karena tentunya akan memberikan efek langsing maksimal. Tapi kalau dua-duanya hitam kok rasanya kayak ibu-ibu pagar ayu, panitia penerima tamu nikahan, atau mau paduan suara. Gak seru ah.

Rampung urusan baju dan jarik, kita juga dipilihkan sandal sesuai dengan ukuran kaki. Kemudian bisa juga menyewa selendang seharga Rp5.000,00/buah selama pemotretan berlangsung.

Dari keseluruhan persiapan, ada yang penting banget ingin saya sampaikan. Mengingat bahwa baju dan kain yang kita kenakan itu sifatnya keroyokan, digunakan oleh banyak orang, ada baiknya jika kita mengenakan celana panjang leging dan dalaman atau manset lengan panjang. Ini menurut saya penting banget untuk diperhatikan. Apalagi saat pemotretan cuaca sedang sangat panas dengan sinar matahari yang terik nauzubillah. Kebayang dong bagaimana cucuran keringat yang menempel di baju dan kain tersebut?

Nah sekarang soal proses pemotretan ya.

Saat kita mengkonfirmasi waktu kedatangan, koordinator tim akan langsung menentukan siapa photographer yang akan menangani kita. Ketika kami kembali ke titik asal dengan dandanan yang cantik molek, si tukang potret akan langsung mengarahkan kita. Lokasinya cuma seputaran situ aja sih. Tapi cukup estetik dan istagenic. Jalan masuk dan teras, selaras, trotoar serta zona pejalan kaki yang begitu lebar dan lapang, sudah cukup untuk menjadi spot foto yang ciamik. Cat putih yang disematkan ke tiang, dinding, dan lainnya, membuat photoshoot terangkat oleh warna background netral. Selain itu ada juga taman kecil, bangku besi panjang, shelter bis, sepeda ontel, dan masih banyak properti natural lainnya yang tersedia gratis di sepanjang jalan Malioboro.

Untuk berpose, berfoto, di area publik, kuncinya cuma dua aja. Langit cerah dan kudu tidak tahu malu. Gak usah jaiman saat take. Jangan pedulikan orang yang lalu lalang atau yang memerhatikan, mengamati kita. Bergaya saja sesuai arahan photographer atau pengarah gaya (jika ada). Tentukan action, postur, dan posisi sesuai dengan kepribadian sendiri. Kalo pas lagi nunggu di satu spot karena sedang digunakan orang lain, coba perhatikan gaya-gayanya. Siapa tahu kan jadi ide buat diri kita sendiri.

Pokoknya enjoy aja deh. Nikmati waktu pemotretan dengan hati riang gembira dan mood (suasana hati) yang cerah. Kesempatan kan ada photographer professional yang menangani kita. Cus. Maksimalkan prosesnya supaya bisa melahirkan foto-foto yang cetar membana sejagat raya.

Oia, untuk paket foto yang kami pesan ini, rentang waktu pemotretan adalah maksimum 1 (satu) jam ya. Meskipun photographernya banyak, tetap aja kan kudu gantian sama tamu yang lain. Saya dan Ipeh pun harus bergantian difoto lalu menyempatkan diri berfoto bersama dalam satu frame.

Semoga jadi memori persahabatan kita sepanjang masa yang Peh.

Nanti setelah selesai berganti baju dan kita menikmati makan minum terus duduk-duduk santai, kita akan disodorkan bertumpuk-tumpuk hasil foto di sebuah HP untuk kita pilih. Untuk setiap foto tambahan yang kita inginkan biayanya adalah Rp5.000,00/foto/file. Jadi dari 20 (dua puluh) lembar foto yang sudah masuk dalam biaya paket, kita harus membayar biaya tambahan untuk foto ke-21 dan seterusnya. Saya dan Ipeh akhirnya memilih sekitar 75 (tujuh puluh lima) foto. Kami pun dikenakan biaya tambahan senilai (75-20) x Rp5.000,00.

Proses pemilihan ini kudu dinikmati yak. Tak usah terburu-buru. Saya dan Ipeh malah makan siang dan minum dulu, bolak-balik melihat puluhan foto baru setelah itu memutuskan. Kami kadang tertawa – mentertawakan diri sendiri lebih tepatnya – mengulum senyum bahkan mengkritik pose yang seharusnya bisa lebih baik. Saling cela? so pasti. Kadang ekspresi gak keruan terekam dalam beberapa jepretan.

Baca Juga : Nongkrong Asyik di JABARANO Coffee Kuda Lumping Laswi Bandung

Kerjasama Lokal Para Penggiat Pariwisata

Saya dan Ipeh sempat berdiskusi panjang kali lebar saat kami kembali ke hotel untuk istirahat. Cuaca panas membahana, keringat yang mengucur dan menempel di badan, serta letih yang begitu terasa, membawa kami ingin bersegera mandi, berganti baju rumah, gegoleran, lalu ngobrol di teras depan kamar yang adem dan sejuk. Sudah tak terhitung berbotol-botol minuman dingin yang sudah melewati tenggorokan saya. Membalas cuaca panas yang gak ada obatnya. Yang pasti, ternyata, energi yang digunakan selama pemotretan tuh benar-benar terkuras habis. Saya pun, tadi, sempat tidur lelap dengan tenangnya. Saking capeknya kali ya.

Dari obrolan kami berdua di teras kamar hotel ini, kami mengambil kesimpulan yang sangat melegakan dan mengagumkan. Berangkat dari profesi kami sebagai akademisi dan penggiat dunia kreatif, kerjasama yang terbangun diantara semua elemen yang terlibat dalam bisnis photography ini adalah satu ikatan yang luar biasa. Saling berhubungan, saling membutuhkan, dan saling mengikat satu sama lain.

Dari anak-anak muda yang kreatif dan membangun satu kesatuan, nyatanya bisa menghidupkan roda ekonomi masyarakat sekitar. Mulai dari para tukang becak, penjaga parkir, pengusaha makanan dan minuman, penjual mainan anak-anak, serta mereka – anak-anak muda – yang mendalami dunia pemotretan dan MUA. Rezeki didapatkan dari dunia pariwisata yang selayaknya mendapatkan dukungan terus menerus dari banyak pemangku jabatan di Yogyakarta.

Saya jadi ikutan bangga melihat sinergi yang terbangun diantara semua elemen generasi muda ini. Satu lagi perihal yang mengingatkan bahwa mencari rezeki di dunia kreatif itu luas banget. Dengan (mau) berkolaborasi, jejak pencapaian dan kesuksesan bisa terbangun dari sini.

Yuk lah. Saat teman-teman berwisata ke Yogyakarta, jangan lupa mengukir memori dengan berfoto di kawasan Malioboro ya. Selain bisa cuci-cuci mata sembari menikmati indahnya batik, kerajinan tangan beraneka rupa, beberapa produk budaya, masakan-masakan asli Yogyakarta, mengabadikan momen dengan mengenakan baju adat Jawa bakal terkenang sepanjang masa.

Untuk mendapatkan informasi lengkap, bisa menyusur dan berselancar di media sosial MEYARDI PICTURE @meyardipicture atau @gelemoraora.project, telepon 0881-2720-994.

Oia, selain paket untuk berdua, mereka juga menyediakan paket untuk 3-4 orang seharga Rp255.000,00/3 orang dan Rp280.000,00/4 orang, paket untuk 5-6 orang seharga Rp370.000,00/5 orang atau Rp395.000,00/6 orang. Semua paket meliputi sewa baju adat Rp25.000,00/orang, jasa transport becak untuk 2 orang, sesi foto 25 menit dengan jumlah jepretan 50-100an, soft files. Jika ada penambahan jumlah foto akan dikenakan biaya Rp5.000,00/file.

The Short Story of Sepeda

Semua foto di bawah adalah jepretan Mas Dimas dari Meryadi Picture kemudian saya kreatifkan lewat aplikasi Canva

The Short Story of Sepeda sengaja saya jadikan bagian cerita tersendiri. Di sesi foto terakhir saya dan Ipeh ini, kami berdua memanfaatkan sepeda ontel sebagai properti foto. Tantangannya lumayan asyik karena saya pribadi tak mau hasil foto-fotonya begitu-begitu aja. Standard atau sama dengan tamu-tamu yang lainnya. Apalagi kan spot fotonya hanya di seputaran Malioboro saja. Titiknya pun itu-itu juga. Sebagai orang yang sering nguprek-nguprek dengan keisengan, saya tertantang untuk melahirkan sesi foto yang tak biasa. Setidaknya bisa mengukir kenangan terbaik bagi kami berdua. Jarang-jarang kan bisa niat pepotoan pakai kebaya seperti saat itu.

Setelah beberapa menit, sembari menunggu giliran, mendadak terlintas di pikiran bahwa saya ingin membuat sebuah cerita pendek yang bersambung antara beberapa foto. Menjadi komik pendek dengan ide yang sederhana saja tapi tetap berhubungan dengan sepeda ontel. Karena terdesak dengan antrian, akhirnya ide berikut timbul moncer langsung ke kepala. Cus lah silahkan menikmati ya.

Oia, sebagai penyuka Canva dan nganva (aktivitas mengulak-ngulik Canva), akhirnya komik pendek ini saya kombinasikan dengan aplikasi ini. Saya menggunakan element text bubble dan drawing. Karena masih belajar drawing di tahap awal, saya masih menggunakan manual drawing dengan spidol berwarna putih aja. Jadilah saya terpekur berjam-jam karena penasaran dengan hasilnya.

Mengukir Kenangan Mengenakan Kebaya di Malioboro Yogyakarta

Mengukir Kenangan Mengenakan Kebaya di Malioboro Yogyakarta

Mengukir Kenangan Mengenakan Kebaya di Malioboro Yogyakarta

Me, Myself, Photo Shoot, and Canva

Mengukir Kenangan Mengenakan Kebaya di Malioboro Yogyakarta

Blogger, Author, Crafter and Photography Enthusiast

annie.nugraha@gmail.com | +62-811-108-582

18 thoughts on “Mengukir Kenangan Mengenakan Kebaya di Malioboro Yogyakarta”

    • Hahahahaha. Jeng Yah ado pulok shooting di Malioboro hahaha. Yok Ded samo-samo yok ke Yogyakarta nyo. Aku seneng nian mun pacak difotoin samo Deddy (ado udang di balik batu) hahahaha.

  1. Menarik banget nih jasa fotografinya. Aku yang amat sangat jarang menggunakan kebaya, jadi pingin memory makai kebaya. Bisa berdua dengan mbak luluk nih. Ahay.

    Reply
  2. Aku ga pede sendirian, pak suami bukan model suka pepotoan, jadi aku mesti call a friend juga nanti kayak Mbak Annie hihihi biar bisa pepotoan mengenakan kebaya di Malioboro Yogyakarta.
    Harga berdua murah ini, untuk soft file standar street fotografer harga segini. Terus MUA juga harga hemat, aku juga mau pakai secara aku dandannya ngasalll.
    Keren aslii Mba Annie, apalagi kalau dah dibikin story pake Canva, hahaha. Seru banget sih kalian berdua. Dapat baget ekspresinya

    Reply
    • Naaahh Mbak Dian kan ada banyak temen dari sekolahan tuh. Cus Mbak pergi bareng terus bikin foto rame-rame. Ada loh rombongan ibu-ibu dan bapak-bapak dari kantor mana gitu. Bikin barisan rame betul. Fotonya ada yg kek orang lagi paduan suara gitu Mbak hahahahaha. Tapi seru deh.

  3. Aku naksir selendang jumputannya iiiih. Asesoris tapi menarik mata banget. Lucu juga tuh punya beberapa warna, kebayanya sama kan gpp juga.
    Komiknya lucu banget. Eh…gimana…gimana…jangan nyopet tengah jalan? Pinggir jalan aja…wkwkwkw…
    Keren Yuk Annie. Aku engga pe-de lah…

    Reply
    • Hahahaha properti kostumnya bagus-bagus memang dan keliatan terjaga kebersihannya Mbak. Waktu dipake gak mleket di badan. Semua simpel dan cepat waktu dipake. Sat set sekitar 10 menitan langsung selesai. Kudu cobain Mbak Hani. Seru maksimal.

  4. Duh Mbak Annie, selama ini saya suka bingung dengan penyewaan baju adat untuk berfoto ini

    Jadi paham sesudah Mbak Annie sharing pengalaman

    Ternyata asyik ya?

    Berfoto di Malioboro dengan pakaian yang kita pakai sih biasa. Jadi istimewa ketika berfoto dengan pakaian adat lengkap dengan riasan yang bikin tampil sempurna

    Reply
    • Praktis banget sebenarnya yang di Malioboro ini Mbak. Karena konsennya lebih ke kostum. Gak sanggulan. Jadi sat set make kebaya dan jariknya.

      Beneran deh. Pas ke Yogya, jangan lupa pepotoan seperti ini di Malioboro. Seru dan memorable.

  5. Lengkap banget infonya, seharga2nya juga ada. Jadi tahu kalau pepotoannya maksimal sejam. Mungkin kalau mau lebih nambah biaya yaa.
    Nyesel pas terakhir ke Yogya gak poto keluarga pakai kebaya. Semoga ada kesempatan lagi nanti bisa ke sana dan berpoto2 buat kenang2an :D
    Jariknya itu lho gemeeess.

    Reply
  6. Mbaaaa, aku keketawaan bacanya. Mulai dari yang pose ala ala ngomongin bapak-bapak yang celananya mlorot. Kirain sampe situ. Eh, taunya ditambah sama tutorial naik sepeda. Wkwkwk.

    Dari cerita Mba Annie, kebayang banget bagaimana kerjasama Meyardi Picture sehingga bisa ngasih kenyamanan pengunjung karena menetapkan sistem antrean FIFO alias first in first out. Kan jadinya nggak ada yang ngambek karena merasa sudah antre duluan tapi disikut sama pengunjung yang datang belakangan dan saking antusiasnya berujung potong antrean. Demi apa, kalau kejadian di aku, biasanya mood ku buat senyum langsung mlorot berasa naik perosotan anak TK.

    By the way, Mba Annie sama Mba Ipeh cantik bangeeettt difoto pakai kostum adat ala Jawa gini. Senang banget dapat pesan sama catatan juga nih buat para hijabers biar bisa menyiapkan kerudung yang sesuai buat dipakai bareng sama kebaya pilihan dan disiapkan sedari awal. Asiknya, ada layanan MUA juga yang lokasi ngedandaninnya pun dekat sekali.

    Terasa betul kalau bisnis fotografi yang digerakkan Meyardi Picture ini saling bersinergi sama pebisnis lainnya biar merasakan keuntungan bersama. Hmm … sebenarnya aku sudah beberapa kali menemukan rekan sesama content creator yang pose ala ala kebaya Jawa di Jogjakarta begini. Tapi aku baru kebayang proses dan segala rupanya secara mendetail lewat cerita Mba Annie. Jadi pengen juga deh. Kayak kurang greget aja, sering ke Jogja tapi belum icip foto pakai kebaya khas Jawa.

    Reply
    • Hahahahaha. Kebetulan saya lagi ngoprak-ngaprik aplikasi Canva dengan elemen drawingnya. Bikin ketagihan ih. Kita jadi bisa bereksplorasi dengan foto-foto yang kita punya agar tidak terlihat polos begitu aja.

      Bener banget Cha. Berpose dengan street photography di Malioboro ini bener-bener meninggalkan kenangan yang tak terlupakan. Apalagi dipakaikan kostum yang bakal jarang (banget) kita kenakan. Proses motretnya jadi asik dan menyenangkan. Kapan deh pas Acha ke Yogyakarta, jangan lupa ke sini ya. Mendukung dunia kreatif anak-anak mudah Yogyakarta yang memanfaatkan keahlian mereka untuk mendulang pendapatan.

  7. Pas leberan tahun 2023, adik saya sekeluarga lebaran di Kebumen, Mbak. Kami lalu ke Yogya. Nah, itu memang sudah banyak yang foto-foto pakai baju adat jawa. Bahkan penyedia jasanya ada di sekitar Malioboro juga. Dan seru ya, Mbak Annie bisa mengabadikan momen bersama. seru dan jadi kenangan manis ini.

    Reply
  8. Ka Anniieee.. kali ini sumpah all-out sekaliii..
    Apakah karena bersama ka Ipeh yang memang bestie bangeett?
    Brasaa dapeett banget posenya sama kata-katanya.
    So FUN tho…

    Ternyata semua biaya kalau di total bisa sampe 500rb juga yaa..
    Tapi hasilnya beneran memuaskan sii..

    Ini pesannya via wa ke nomer yang tersemat di atas yaa, ka Anniee?
    Pingiin iih.. aku dulu nikah pengeeen banget pake kebaya kutu baru bahan beludru. Tapi karena ditawarin manik manik payet yang luar biasa rameee.. aku milih ini.
    Jadi masih berasa masih pingin pake kebaya kutu baru yang belum kesampaian.

    Reply
  9. Lucu dan gemes banget foto-fotonya…
    Aku juga tar kalo ke jogja lagi mau foto pake baju keraton gitu ahh
    Padahal dah pernah liat yg pada foto pake seragam hitam gitu tapi baru ngeh sejrg jadi trend hihi lucu banget

    Reply

Leave a Comment