Saya baru saja selesai membaca review tentang film Korea “Keys To The Heart” di blog Lendy saat memang sedang mencari tontonan apik bertemakan keluarga. Sudah lama rasanya tidak menyaksikan sebuah produk sinema yang sarat dengan sentuhan makna keluarga. Pucuk dicinta ulampun tiba. Kok pas banget dengan keinginan saya.
Minat pun langsung nyetrom. Cus buka Netflix dan mengaktifkan search engine dengan menggunakan judul filmnya. Sebuah karya sinema Korea dengan premis memaknai indahnya arti persaudaraan.
Seperti apa yang diuraikan Lendy di blog nya, Keys To The Heart beneran memang sebagus itu. Bahkan baru sepertiga waktu film diputar, saya langsung bergelut dengan beragam emosi yang bercampur menjadi satu. Gemas, sebel dan haru biru muncul tumpang tindih. Termasuk diantaranya rasa ingin tertawa terbahak-bahak di beberapa adegan lucu atau kebuntuan peristiwa yang bikin penonton gemas ingin terlibat di dalam scene.
“Impossible Is Not A Fact. It’s Opinion” (Muhammad Ali)
Quote inilah yang menjadi tuntunan hidup yang ditularkan oleh Jo-ha (Lee Byung-hun) kepada adiknya Jin-tae (Park Jung-min). Serangkaian kata bijak yang selalu Jo-ha gunakan saat dia bertemu orang-orang baru yang menanyakan tentang pandangan hidupnya.
Siapa sesungguhnya si Jo-ha ini?
Di fase-fase awal film diputar, penonton diperkenalkan lebih dahulu tentang sosok Jo-ha. Seorang lelaki di usia dewasa matang, mantan juara tinju Asia kelas Welter WBC dan masih melajang. Hidupnya bergantung pada dunia kekerasan dan kerja serabutan sana-sini. Menjadi petinju, sparing partner untuk digebuki oleh mereka yang juga mencari nafkah di arena baku hantam atau menjadi penyebar selembaran promosi di jalanan. Jadi gak heran jika Jo-ha selalu terlihat lebam disana-sini dan tidak banyak bergaul dengan orang kebanyakan.
Jo-ha merasa dirinya tak berharga karena sejak kecil dia sudah ditinggal ibunya yang melarikan diri akibat perlakuan kasar ayahnya. Dia pun hidup terpisah dari kedua orang tuanya, menggelandang, nomaden, mencari uang seadanya, hingga usia dewasa.
Jalan hidupnya tetiba berubah saat dia ditabrak oleh sebuah mobil mewah yang dikendarai oleh seorang wanita cantik bernama Ga-yool (Han Ji-min). Sepulang dari RS karena tabrakan ini, Jo-ha lalu diajak teman baiknya makan di satu restoran. Di restoran inilah tanpa sengaja Jo-ha bertemu dengan ibu kandungnya, In-sook. Salah seorang tokoh sentral dengan karakter kuat yang diperankan oleh aktris senior Youn Yuh-jung.
Pertemuan bersejarah ini sangat mengusik pikiran dan nurani Jo-ha. Jauh di dalam lubuk hatinya, Jo-ha sangat paham alasan mengapa ibunya pergi meninggalkan keluarga. Tapi di satu pihak, Jo-ha tidak menerima kenyataan mengapa ibunya tega meninggalkan dirinya pada ayahnya yang berakhlak buruk. Satu keadaan yang tentu saja membuat Jo-ha menjadi benci pada ibunya.
Namun meskipun besar dalam lingkungan keras, Jo-ha nyatanya memiliki hati yang lembut, gampang tersentuh dan sangat peduli pada orang-orang yang berada di sekitarnya. Terutama untuk keluarganya sendiri. Ibunya dan adik tirinya yang bernama Jin-Tae. Seorang lelaki berusia 20-an tahun yang mengalami autis tingkat dua.
Bagaimana dengan tokoh Jin-tae?
Jin-tae adalah adik Jo-ha dari ibu yang sama tapi ayah yang berbeda.
Jin-tae adalah lelaki berkebutuhan khusus. Dia menderita autis tingkat dua tapi memiliki skala kepintaran yang luar biasa serta daya serap akan kata atau kalimat dengan sangat istimewa. Contohnya adalah saat dia mendengar bahwa kakaknya, Jo-ha adalah seorang petarung, Jin-tae selalu mengenakan alat pelindung kepala setiap berada di dekat Jo-ha. Bahkan saat akan tidur sekalipun. Ketika ditanya apakah karena dia takut pada kakaknya? Jin-tae pun menjawab dengan kata “iya” tanpa ragu.
Jin-tae meskipun bentuk fisiknya tak ada kurang, dia cenderung “sibuk dengan dirinya sendiri”. Satu hal yang sering kita lihat dari mereka yang autis. Tapi meskipun begitu, Jin-tae mampu menjawab setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya atau perkataan orang yang ditujukan untuknya. Dia pun lihai bermain game. Jenis permainan apapun itu, dia selalu menjadi pemenangnya.
Di dalam film Keys To The Heart, tokoh Jin-tae juga diceritakan memiliki kemampuan khusus dalam bermain piano meskipun dia tidak pernah sekalipun mendapatkan pendidikan formal di bidang musik atau kemampuan untuk membaca partitur. Dia hanya meniru dari video yang dia nonton lewat handphone. Mengamati lalu mempraktekkannya langsung. Meng-copy dengan begitu sempurna.
Keistimewaannya di musik inilah yang mendorong ibunya untuk selalu berusaha agar Jin-tae bisa bermain piano yang sudah usang di rumahnya. Meski karena ini sang pemilik rumah harus mengajukan protes atas ketidaknyamanan yang disebabkan oleh permainan piano Jin-tae.
Tokoh In-sook. Ibu yang istimewa
In-sook, perempuan menjelang lansia, yang terus gigih bekerja demi menghidupi anaknya, Jin-tae. Layaknya seorang single mother, In-sook nyaris tak punya waktu untuk mengurus dirinya sendiri. Seluruh hidupnya digunakan untuk mencari uang, mencukupi kehidupan keluarga dan berinvestasi agar anaknya Jin-tae tetap hidup layak meski dirinya nanti sudah tiada.
In-sook menyimpan rasa berdosa terhadap anak sulungnya Jo-ha yang sempat dia tinggalkan saat kabur dari suami pertama, ayahnya Jo-ha. Jadi saat tanpa sengaja bertemu Jo-ha di restoran tempatnya bekerja, In-sook menawarkan Jo-ha untuk tinggal bersama dirinya. Apalagi setelah dia mengetahui bahwa anaknya itu tak punya tempat berteduh yang layak.
Ajakannya itu diterima dengan tangan terbuka oleh Jo-ha. Mereka pun tinggal bertiga dengan banyak keseruan dan penyesuaian yang ternyata tidaklah semudah membalik telapak tangan. Meski pada awalnya In-sook merasakan Jo-ha sangat menjaga jarak dengan dirinya, tapi akhirnya lewat berbagi tanggung jawab menjaga Jin-tae, Ibu dan anak yang sudah terpisah sekian lama ini menjadi dekat kembali.
Bahkan ada dimasa mereka menghabiskan waktu dengan makan bersama dan In-sook mengajak Jo-ha bicara dari hati ke hati, kedekatan mereka pun terbangun dengan sendirinya. Ibu dan anak itu pun melampiaskan rasa rindu yang sudah puluhan tahun tidak mereka rasakan.
Ada satu adegan lucu yang membuat saya tertawa terpingkal-pingkal. Yaitu saat ibu dan anak ini menikmati minuman anggur lalu sang ibu meminta anaknya untuk menari. Jo-ha pun langsung break dance dengan gerakan-gerakan yang bikin ngakak. Saya yakin, saat adegan itu direkam, banyak sineas yang berada di tempat shooting tertawa dan sangat menikmati adegan ini.
Waktupun bergulir.
Hingga di satu masa, In-sook meminta Jo-ha untuk menjaga adiknya karena dia akan bekerja di Busan selama satu bulan lamanya. Penjagaan ini diiringi dengan permintaan khusus agar Jo-ha berkenan mengawal Jin-tae dalam mengikuti sebuah kompetisi piano. JIka Jin-tae menang, makan Jo-ha berhak mendapatkan 10% dari total hadiah yang didapatkan.
Ga-yool. Sang pianis yang menginspirasi Jin-tae
Saya merasakan bahwa Keys To The Heart telah melakukan casting yang tepat untuk tokoh Ga-yool kepada Hang Ji-min. Seorang pianis cantik yang menjadi idola Jin-tae dalam bermusik.
Ga-yool diceritakan sebagai perempuan yang luar biasa berkesan. Gadis ini mengalami kecelakaan fatal yang menyebabkan kakinya harus diamputasi. Dia pun akhirnya memutuskan untuk berhenti menjadi pianis.
Ga-yool sempat menolak tawaran Jo-ha untuk melatih adiknya dalam berpiano, tapi gadis yang baik hati ini kemudian tersentuh saat menyaksikan penampilan Jin-tae dalam memainkan piano di rumahnya. Tak hanya sekedar kagum, atas dorongan yang entah darimana datangnya, Ga-yool malah bermain bersama Jin-tae di piano dan lagu yang sama. Permainan duet mereka membuat semua yang hadir berdecak kagum dan bertepuk tangan tanpa henti.
Peristiwa ini semakin menjadikan Jo-ha tambah yakin bahwa Jin-tae sudah berada di tangan yang tepat. Kehadiran Ga-yool yang kerap dipuji cantik oleh Jin-tae nyatanya sudah memberikan energi positif bagi Jin-tae untuk berlaga di sebuah kompetisi piano.
Ga-yool hadir di saat kompetisi dilaksanakan dan memberikan dukungan langsung dengan sorot mata penuh kekaguman. Namun ternyata Jin-tae harus menelan pahitnya kegagalan. Dia tak meraih satupun penghargaan. Dan ini sungguh mengecewakan banyak pihak khususnya Ga-yool yang yakin akan kualitas Jin-tae. Ga-yool memprotes keras keputusan juri saat mengetahui bahwa Jin-tae tidak memenangkan kompetisi tersebut.
Kehadiran keempat tokoh tersebut di atas, kemudian dilengkapi oleh tokoh Soo-jeong yang diperankan oleh Choi Ri. Siapakah gadis ini?
Sekali lagi, tim casting Keys To The Heart sudah tepat sekali memilih perempuan cantik bernama Choi Ri untuk memerankan toko Soo-jeong. Gadis seusia SMA yang senang bermain game dan menghabiskan banyak waktu dengan bermain bersama Jin-tae. Berjam-jam kerjanya nongkrong di rumah Jin-tae. Tak bosan-bosan heboh bermain game meski tak pernah menang. Bahkan berulang kali emosi tanpa sebab.
Soo-jeong yang memang sedari kecil kenal dengan Jin-tae, sangat melindungi lelaki autis ini. Dia bersukacita makan bersama dan bercerita tentang mimpi-mimpinya menjadi seorang aktris yang terkenal. Hanya kepada Jin-tae.
Kehadiran Jo-ha tentunya menjadi pe-er bagi Soo-jeong. Awalnya dia apriori karena melihat tampilan fisik Jo-ha yang tampak garang dan kasar, tapi akhirnya Soo-jeong paham dan memuji kebaikan hati yang tulus dari Jo-ha.
Tokoh Soo-jeong, menurut saya, memberikan warna tersendiri bagi keseluruhan cerita Keys To The Heart. Sahabat Jin-tae ini, meski terkadang pandir, ternyata bisa “menghidupkan” hari-hari Jin-tae di rumah. Begitupun saat ibunya, pemilik rumah yang dikontrak In-sook, bersikap keras terhadap keluarga Jin-tae, Soo-jeong selalu membela sahabatnya itu. Meski ibunya berbisnis pub, Soo-jeong tak sedikitpun menunjukkan sikap pembangkang yang berlebihan atau berminat menjadi wanita malam.
Jalan Cerita yang Memorable
Kepergian sang ibu, In-sook, untuk bekerja selama satu bulan di Busan ternyata berbuntut kisah pilu.
Jo-ha tertipu. Si ibu, ternyata selama satu bulan tersebut dirawat di rumah sakit menyusul informasi dokter bahwa dia menderita kanker dan harus melewati serangkaian pengobatan. Keadaan ibunya parah dan sudah dalam situasi yang tidak tertolong. Jo-ha langsung merasa pilu dan gagal membuka diri serta membuka mata atas kondisi ibu kandungnya. Tangisnya kerap bercucuran tanpa bisa ditahan. Jo-ha terguncang luar biasa.
Walaupun telah berhasil membimbing adiknya dalam merintis karir sebagai pianis, Jo-ha tak bisa memaafkan dirinya atas kelalaiannya dalam memperhatikan ibunya. Dia bahkan tak curiga sama sekali, percaya bahwa tugas menjaga adiknya adalah benar-benar karena ibunya harus ke Busan. Padahal diam-diam ibunya sedang mendidik Jo-ha agar dapat menerima tanggung jawab sebagai wali dari Jin-tae setelah dirinya wafat.
Bagian demi bagian adegan kemudian membawa para penonton pada banyak cerita yang memorable, menyentuh dan menguras air mata.
Bagaimana Jo-ha hari demi hari semakin mengenal Jin-tae. Mengasuh, memahami semua kekurangan dan kelebihan Jin-tae. Termasuk ada di satu masa dia menyadari bahwa dari bermain piano, Jin-tae dapat menghasilkan uang yang cukup banyak. Lebih dari cukup untuk menyambung hidup.
Jo-ha kemudian juga mengajari Jin-tae bagaimana membela diri, menghadapi para pembully yang sering mengganggunya. Lelaki mantan petinju ini pun mendidik Jin-tae banyak hal agar mampu mandiri dan mengurusi dirinya sendiri.
Bagaimana dengan karir Jin-tae sebagai pianis?
Ga-yool ternyata tidak tinggal diam. Setelah tidak memenangkan kompetisi piano, Ga-yool meminta guru musiknya, yang kebetulan adalah ketua tim juri lomba, untuk memberikan kesempatan kepada Jin-tae agar tampil di sebuah konser musik. Sebuah performance yang menampilkan orkestra lengkap di sebuah panggung bergengsi.
Tak ingin melewatkan event yang memorable ini, Jo-ha sengaja menjemput ibunya dari rumah sakit dan membawa ibunya datang ke gedung pertunjukkan untuk menyaksikan kesuksesan Jin-tae bermain piano di tengah sebuah tim orkestra.
Sungguh mengharukan. Tak kuat saya untuk tidak menitikkan air mata.
Kesan Pribadi Untuk Keys To The Heart
Film yang beredar pada 2018 ini, benar-benar sebuah film keluarga yang patut disimak oleh siapapun karena bertabur pesan moral tentang bagaimana kita memaknai indahnya sebuah persaudaraan. Semua disampaikan lewat alur cerita yang rapi tanpa menggurui. Tidak ada tokoh protagonis pun antagonis. Konflik sebagai penguat kualitas cerita pun mengalir pelan dengan puncak masalah yang sangat menggetarkan jiwa.
Suasana dan nuansa shooting pun dibuat natural. Tak terlihat kemewahan atau dandanan heboh yang biasa terlihat menempel pada para aktrisnya. Semua tampil sederhana layaknya keluarga yang berada di kondisi pas-pasan meskipun tidak juga bisa dibilang merana. Jika Ga-yool sang pianis dikisahkan sebagai anak dari keluarga kaya dan berada, profil dia dan kekayaannya tidak diperlihatkan secara dominan dari keseluruhan bagian adegan.
Yang patut dapat pujian tinggi adalah bahwa Keys To The Heart berhasil memilih para pelakon yang sangat pas untuk memainkan beberapa peran.
Terbiasa menonton film dan drama Korea, saya tahu persis bagaimana kualitas acting dari Lee Byung-hun, Park Jung-min, Youn Yuh-jung dan Han Ji-min. Semua berkualitas A+ yang tak hanya mengandalkan tampilan fisik sebagai plus poin. Bahkan, setelah selesai menonton Keys To The Heart, mereka berempat ini semakin meninggalkan kesan yang istimewa di hati saya. Tak ada ragu untuk menonton mereka kembali di produk sinema lainnya.
Selain kekuatan casting, alur cerita tanpa cela serta “sederhana” dengan premis yang kuat, membuat Keys To The Heart menjadi film keluarga yang sangat menyentuh jiwa. Banyak shoot cantik dan bernilai lebih yang membuat kita termangu dan menyadari bahwa apapun kondisinya, kehadiran keluarga adalah bagian terpenting dalam hidup kita.
Film pun ditutup dengan satu scene yang sarat makna. Jo-ha yang sudah terbiasa “mengasuh” adiknya, semakin memahami kondisi Jin-tae adiknya yang autis dan apa yang menjadi minatnya. Begitupun Jin-tae. Dengan hanya melihat Jo-ha dari kejauhan, dia sudah paham bahwa dia harus menuruti Jo-ha. Kakaknya itulah yang selanjutnya menjadi walinya dan bertanggung jawab akan hidupnya. Mereka pun bergandengan tangan, menyebrang jalan, menyongsong kehidupan masa depan bersama-sama.
Scene penutup yang sangat sempurna.
Saat membicarakan tenang keluarga, saya mendadak teringat dengan program belajar mandiri di rumah atau homeschooling yang beberapa tahun belakangan banyak dipraktekkan di masyarakat. Program ini biasanya dilakukan oleh para orang tua yang memiliki kualifikasi dan kemampuan untuk memberikan materi ajar kepada anak-anaknya dengan tetap mengikuti program merdeka belajar yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
Satu hal yang, menurut saya, cukup menantang. Karena untuk bisa mengikuti homeschooling, orang tua bukan hanya dituntut untuk paham akan program pendidikan, tapi juga disiplin dalam waktu dan mampu memahami unsur psikologi anak. Semua rincian tentang hal ini, banyak ditulis oleh rekan blogger saya yang memang membahas tentang home schooling.
Hal ini kemudian terhubung dengan sistem parenting, cara mendidik, yang diterapkan dalam keluarga. Apalagi jika itu menyangkut dengan anak-anak yang terlahir istimewa dengan berbagai keterbatasan yang harus ditangani oleh orang lain, mereka yang berada di dekatnya. Seorang teman narablog di Malang bergiat dalam sebuah komunitas sekolah parenting Harum, sebagai salah satu prasarana dalam ikut serta secara aktif dalam semua issue terkait dengan parenting di Malang. Kegiatan valuable yang patut dapat apresiasi, khususnya dalam bidang pendidikan.
Wah, cocok nih buat nobar di akhir pekan bareng keluarga. Saya paling suka genre film keluarga yang bisa meningkatkan bonding saat nobar….
APalagi film “Keys To The Heart” ini diperankan oleh aktor dan aktris ternama Korea yang sangat pas memerankannya…. Jadi gak sabar nunggu weekend
Worth watching pokoknya Mas. Salah satu film keluarga yang bagus menurut ku. Banyak pesan moral yang bisa kita ambil dari film ini.
Bu, ini bikin berurai air mata, ngga? hihii
saya suka dibuli kalo pagi-pagi masuk kantor dengan kondisi mata bengap :D
Dikira habis menangis meratapi nasib sendiri.
Tapi kalo banyak humornya tergoda juga nih pingin nonton.
Apalagi semua dibikin natural, ya. Keliatan tuh foto kedua dari akhir segala sendal sepatu masuk rumah, hahaa
Nonton, deh, ah :D
Beragam rasa pokoknya Ci. Sedih, gembira, lucu dan gemesin juga. Bercampur aduk. Tapi semuanya justru bikin film ini menarik dan menghadirkan banyak pesan moral yang luar biasa. Nonton Ci. Worth watching banget.
Duh, jadi inget adekku yang udah merantau ke Jakarta, jauh-jauh hari sebelum pandemi. Keys To The Heart ini mau nggak mau ngingetin aku sama serial Keluarga Cemara yang nemenin masa tumbuh kembangku di era 90an dulu. Karena serial ini juga aku jadi suka sama film maupun serial bergenre keluarga. Baca review ini jadi penasaran juga sama Keys To The Heart.
Film bertemakan keluarga memang selalu menyentuh ya Mbak. Nontonnya itu selalu membawa kita pada kehidupan sehari-hari. Ngingetin kita akan makna keluarga.
Film ini ada di Prime/Hotstar ga ya? Soalnya engga langganan Netflix. Penasaran pengen nonton, soalnya ada piano-pianonya. Haha…Selalu suka kalau film ada adegan main pianonya. Sering gitu ya, seseorang menyembunyikan sakitnya, supaya engga merepotkan keluarga. Duh…kayak apa rasanya kalau kejadian di keluargaku.
Kalau itu saya kurang paham Mbak Hani. Tapi biasanya sih Netflix kalau sudah mengambil hak siar, biasanya produk sinema tersebut tidak ada live streaming yang lain.
Keys To The Heart film bertema keluarga yang sangat menyentuh jiwa. Ingin rasa menonton di akhir pekan ini bersama keluarga, ah…
Aku udh lama gak sempet nonton lagi. Terakhir nonton film tema keluarga kapan ya.. yang pas keluar film korea pharasite..bagus juga itu.
Wah udah lama banget berarti. Parasite tuh muncul sebelum pandemi. Mungkin sekitar 3-4 tahun yang lalu
Saya ikut meneteskan air mata saat tahu ibunya ke Busan bukan untuk bekerja, tapi sakit dan perawatan
Seandainya saya di posisi itu, pasti sedih banget.
Film keluarga yang beneran sangat menyentuh ya…
Bener banget teh Okti. Makanya, saat tahu ibunya sebenarnya diopname untuk pengobatan kanker, sang anak langsung tertekan luar biasa.
Wah kalau menonton film keluarga seperti ini memang bikin hati hangat ya mbak
Ceritanya mengakat kisah keseharian dengan bumbu humor
Galfok nih templatenya baru ya, hehe lama gk berkunjung :D
Wah ada yang drama ini, aku belum neku kyknya di Netflixku, tapi belakangan emang lg males nonton, cuma nonton 1 aja yg ongoing di platform sebelah.
Darma akeluarga kyk gini kyknya bakal banyak meweknya ya, apalagi kalau aktor yang dipilih oke banget memerankannya. Tandain dulu buat next ditonton :D
Ini masih akan dikotak-katik lagi nih Sar. Biar jadi lebih cakep tampilannya. Semoga
Film keluarga seringnya bikin mewek. Yang ini juga begitu. Siapin tissue sekotak kalo mo nonton
Wajib nonton nih, Keys To The Heart
Film dan drama yang diperankan Lee Byung-Hun selalu mantap, gak ada yang mengecewakan
Maklum aktor kelas A, sehingga pasti milih dengan njlimet
Bener Mbak Maria. Byung-hun, menurut saya, selalu main di produk sinema yang jempolan naskahnya. Kadang jadi jagoan gedebak-gedebuk tapi oke juga main di drama mellow
Jika membaca tulisan yang ada kata “ibu”, seolah aku selalu merindukannya, tak ada pahlawan sejati ini yang akan menggantikan. Jasa dan upaya untuk memperjuangkan kita sejak kecil hingga sekarang adalah hal berharga dalam hidupku.
Karena itu surga berada di bawah telapak kaki Ibu ya Mas.
Momen yang pada pakai topi kerucut lucu banget.
Memang deh Lee byung-hun aktingnya selalu memikat, walau yang tayangan ini daku belum menontonnya.
Masih menyimak review aja dulu.
Byung-hun sudah aktor kelas A ya Fen. Perasaan gak ada deh film atau dramanya yang gagal. Selalu bagus untuk ditonton
Wah, rame kayaknya ya film ini. Aku belom pernah lihat. Film keluarga, apalagi film Korea, gak pernah gagal deh dengan pesannya yang bisa jadi reminder buat kita semua. Walopun biasanya bikin mata berkaca-kaca. Kudu nonton nih.
Nonton Mbak Nia. Salah satu film Korea terbaik yang membahas tentang keluarga dan konfliknya. Mengharu biru tapi ada juga ketawanya.
Seneng banget sama semua karakter di Drama Keys To The Heart ini.
Tampak memang kehidupan sehari-hari tuh ya.. begini konfliknya. Manalah si kakaknya ini ganteng, kekar sekaligus pin-pin-bo.
Wkkwkw.. Ya ketawa, ya nangiss.. ya Allah..
Gak kuat banget kalo uda menyentuh ke hati. Kece keren parah sii.. Film Keys To The Heart.
Sejak nonton Film Keys To The Heart ini, aku jadi di jajaran fans Park Jung-min. Dimana dia juga aktor yang jarang banget main drama, sukaknya fiilllmmm melulu.
Nontonnya kadang ketawa, kadang terdiam, tetiba sesenggukan. Komplit banget rasanya.
belum sempet nonton Keys to the Heart, kukira series ternyata film. bisalah abis ini nonton di tele hihi
baca review dan sinopsisnya worth banget kayanya buat ditonton.
emang film genre drama keluarga yang angkat tema inklusi gini suka punya value pas ditonton tuh.. gas lah nonton hihi
Worth watching pokoknya. Genre drama bercampur komedi tapi tidak berlebihan.