
Malam pertama di kota Pontianak dan saya sudah kelaparan sedari sore. Menilik Google Maps saya mendapatkan nama RAJA UDUK dan TULANG RUSUK.KU sebagai referensi. Dua restoran yang jaraknya hanya sekitar 100 meter dari Hotel Golden Tulip di mana saya dan suami menginap
Hujan masih enggan berhenti saat saya terjebak di dalam kamar hotel Golden Tulip. Suami masih dalam perjalanan pulang dari Kabupaten Mempawah menuju kota Pontianak. Masih jauh tapi saya sudah kelaparan akut. Jadilah akhirnya saya turun ke ground floor dan nongkrong di sebuah resto milik hotel yang menghadirkan keindahan kota yang terjebak dalam kemacetan karena hujan tak berkesudahan.
Tadi rencananya, jika suami masih terlalu lama tiba, saya akan makan malam sendirian di resto ini atau melakukan pemesanan room service. Tapi saat mendapatkan pesan dari suami bahwa dia sudah dekat, rencana ini saya batalkan. Kami pun sepakat dengan rencana awal yaitu makan malam di restoran Raja Uduk dan Tulang Rusuk.Ku yang lokasinya sangat dekat dengan hotel.
Kuy lah. Melihat rating nya yang cukup bagus di Google Maps, semangat untuk mencicipi sajian terbaik di kedua restoran ini langsung menggebu-gebu. Saya membayangkan nikmatnya nasi uduk saat dikombinasi dengan iga panggang dan sambal terlezat yang mereka miliki. Sambal dengan kandungan jeruk yang melahirkan efek segar di indera perasa.
Kuliner Pontianak : Makan Enak di Warnas Etek Pontianak

Resto Kombo yang Tertata Apik
Sejatinya saat siang menjelang sore saya tiba di hotel Golden Tulip Pontianak, saya melewati kedua restoran ini. Ukuran restorannya yang besar melebar dengan tulisan penamaan yang besar-besar di fasad depan restoran, bisa langsung dilihat dari kejauhan. Parkiran motor yang memanjang pun seakan menandakan bahwa keduanya sedang dipenuhi oleh pengunjung.
Jadi saat malamnya saya berjalan kaki menuju kedua resto ini, masih lekat di ingatan saya bahwa kemungkinan besar saya akan bertemu dengan kepadatan pengunjung. Tapi ternyata pas saya masuk, ruangan masih lumayan lengang. Setidaknya tidak terlihat padat seperti parkiran sepeda motor yang berhimpitan satu sama lain dan beberapa mobil pribadi yang menutup bagian depan halaman parkir resto.
Tadi saat berdiri di sisi depan ini, terlihat fasad bangunan yang tersusun apik sedemikian rupa. Di dekat parkiran ada sederetan pot semen panjang yang diisi dengan tanaman yang hampir setinggi saya. Meski sempat didera hujan yang cukup heboh menjelang sore tadi, tampaknya saluran air/got yang berada di depan resto lumayan bisa menampung derasnya air hujan sehingga tidak terjadi genangan yang berarti.
Melewati tanaman depan ini saya disuguhkan oleh tata letak pengaturan ruangan yang apik. Tadinya saya pikir Raja Uduk dan Tulang Rusuk,Ku mempunyai pintu depan atau jalan masuk yang berbeda. Tapi ternyata mereka menyatu. Saat kita datang, area kanan adalah untuk Tulang Rusuk.Ku, sementara bagian kiri untuk Raja Uduk. Dengan demikian kedua jenama ini dihadirkan kombo dalam satu area resto yang sama.
Selangkah setelah melewati pintu utama saya melihat tulisan penyambutan yang bertuliskan “Awak Datang. Kamek Sambut” dan terpampang jelas berupa hanging lighting. Hadir dengan warna mencolok saat di malam hari. Kemudian ada beberapa standing banner yang menghadirkan menu-menu pilihan yang menjadi favorit pengunjung dan harga-harga khusus yang bisa kita lamati.
Di bagian tengah ada area pelayanan umum seperti kasir dan dapur. Juga ada penjualan es krim lalu satu rak kayu terbuka yang berisikan camilan-camilan seperti keripik dan lain-lain. Kehadiran keripik-keripik ini sesungguhnya saat menggoda karena pas untuk dinikmati bersama panggangan daging.
Ya ampun. Belum apa-apa saya sudah ngiler duluan dengan bayangan enaknya asupan yang akan saya nikmati.
Saya memilih duduk di area Tulang Rusuk.Ku karena di bagian ini relatif lebih sepi. Setelah memutuskan apa yang akan dipesan, saya kemudian menghamburkan pandangan dan memotret di hampir seluruh ruangan. Tentu saja berusaha dengan semaksimal mungkin tidak mengganggu atau memfoto pengunjung yang lain.
Beralaskan semen tanpa plester, semua furniture yang digunakan terbuat dari kayu yang sudah furnished. Ada beberapa wall mural dengan tulisan-tulisan tentang nasi uduk dan beberapa gambar tentang menu yang dihidangkan. Disajikan juga informasi tentang tautan media sosial dan nomor telepon yang bisa dihubungi jika ingin memesan atau membangun kerja sama.


Beragam Sajian yang Menyelerakan
Tergoda dengan tawaran iga panggang yang ada di standing banner tadi, saya langsung memutuskan untuk memesan Iga Dinosaurus ukuran M (150K/porsi), Cah Kangkung (7K/porsi), 2 Nasi Uduk Pasung (9K), Cah Tauge (7K/porsi), Es Teh Tawar (5K/gelas), Es Jeruk Kecil (8K/porsi), dan Sambal Jeruk (4K).
Nah, soal jeruk-jerukan ini saya mendapatkan informasi penting dari seorang teman yang asli orang Pontianak. Terkenal dengan keunggulan produk jeruknya, dia mereferensikan saya agar sepuas mungkin memesan aneka minuman dan per-sambal-an yang mengandung jeruk. Jeruk kecil untuk jeruk nipis dan teman-temannya. Lalu jeruk besar untuk jeruk yang standard biasa yang dijual hampir di seluruh pelosok perdagangan di kota Pontianak. Dan itu saya lakukan konsisten sepuas mungkin. Bahkan selalu menyediakan yang namanya “jeruk besar” di dalam kamar hotel. Pokoknya setiap mampir/makan ke resto, minumannya selalu jeruk. Baik itu jeruk kecil maupun jeruk besar.
Jadilah akhirnya saya memesan Sambal Jeruk dan Es Jeruk Kecil itu melengkapi semua rasa yang akan saya nikmati malam itu. Sambal jeruk untuk menemani nasi uduk dan es jeruk kecil untuk menahan rasa neg yang biasanya timbul dari daging panggang.
Saat semua menu terhidang di meja saya dan suami merasakan kuantitas pemesanan yang pas. Iga Dinosaurus ukuran M nya hadir dengan dua tulang besar-besar dengan kuantitas daging yang tebal dan empuk. Iga ini dihidangkan dengan potongan cabe merah dan jeruk nipis (jeruk kecil). Cah kangkung dan cah tauge nya tersaji biasa saja. Tapi yang pasti lama memasaknya pas betul. Kangkung dan tauge masih setengah matang dan krenyes-krenyes. Crunchy gitu.
Untuk nasi uduk pasungnya nih yang mengejutkan. Terbungkus daun pisang berbentuk kerucut, nasi ini ukurannya lumayan kecil. Saya dan suami yang sesungguhnya makan nasi dalam jumlah sedikit, ternyata harus menambah satu porsi lagi supaya pas di lambung. Jadi kalau kamu standard makan nasi adalah seukuran nasi padang bungkus, sepertinya jangan pesan nasi uduk tipe ini. Pesan aja yang biasa ya.
Sesuai apa yang disampaikan teman asli Pontianak tadi, sambal jeruknya ternyata top markotop. Paham bahwa saya gak bisa mengkonsumsi sambal pedas, pesanan sambal jeruk ini diatur tidak terlalu pedas alias pedas dengan level terbawah. Alih-alih mau menghabiskan nasi uduk sepincuk kecil tadi, saya malah asyik mengunyah daging iga yang langsung dicocolkan ke sambal jeruk. Daebak!!
Oia, tadi, pas semua pesananan datang dan sebelum nambah Nasi Uduk Pasung satu porsi lagi, saya sempat berpikir ingin menambah satu menu bebek goreng dengan nasi uduk 1/2 porsi. Karena entah kenapa saya merasa bahwa apa yang sudah terhidang ini belum maksimal. Apalagi mengingat bahwa saya sudah menahan lapar sejak tadi siang dan tidak ngemil apa pun. Tapi atas usulan suami rencana itu saya tahan dulu. Setidaknya setelah menghabiskan semua yang sudah dipesan terlebih dahulu.
Waahh untung banget. Karena dengan Iga Dinosaurus ukuran M aja rasa kenyang dan full stomach itu langsung terasa.

Kuliner Pontianak : Mengecap Lezatnya Sop dan Bubur Ikan di Resto Ahian Pontianak
Recommended Resto di Pontianak
Menyusur beberapa informasi tentang Raja Uduk dan Tulang Rusuk.Ku, saya mencatat bahwa selain di Jl. Teuku Umar, Pontianak, keduanya juga memiliki outlet di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Raja Uduk bahkan memiliki dua outlet lagi di Pontianak yaitu di Jl. Dr. Sutomo dan J. Sui Raya Dalam.
Saya tidak menemukan jejak literasi yang banyak tentang resto Tulang Rusuk.Ku kecuali sebuah tulisan kecil “Sedjak 1445” di tulisan yang terpampang di nama resto yang ada di fasad yang saya lihat tadi. Jika ini dihitung berarti resto Tulang Rusuk.Ku sudah berusia 580 tahun. Luar biasa.
Untuk Raja Uduk saya mencatat bahwa kedai ini sudah beroperasi sejak September 2011 dan dimiliki oleh Rizal Kurniady. Seorang pengusaha muda di bidang kuliner yang tampaknya sudah membangun kerja sama yang baik dengan jenama kecap Bango dan Unilever sebagai pelindungnya. Dalam beberapa pernyataannya, Rizal menyebutkan bahwa dia telah dengan konsisten menggunakan Bango sebagai salah satu bahan utama yang digunakan sebelum proses pembakaran dan proses ungkep segala sumber protein. Menurut Rizal, kualitas rasa Bango itu selalu konsisten. Kecap ini selalu melahirkan efek karamelisasi yang memunculkan kilau warna yang menarik.
Sebagai orang yang sudah malang melintang di bisnis pelayanan dan jasa, all about customers selalu menjadi fokus utamanya. Tak heran jika akhirnya Rizal dan Raja Uduk berkonsentrasi pada Word Mouth Marketing (promosi dari mulut ke mulut) dan sang pelanggan sebagai tenaga marketing bagi jenama mereka. Selain tentu saja memiliki standarisasi rasa plus meletakkan nilai tambah pada hidangan sebagai dua hal penting dalam bisnis kuliner.
Sayangnya saya tidak sempat mencoba salah satu hidangan yang ditawarkan Raja Uduk. Padahal tampaknya, saat melihat dari foto, semua menyelerakan. Tak heran jika dengan mempertahankan kualitas beras, kelapa, dan bumbunya, Raja Uduk sudah memiliki nama yang gemilang. Setidaknya terhitung sukses saat saya membaca artikel singkat yang dihadirkan oleh Unilever sebagai pemegang lisensi dari kecap Bango.
Poin penting yang ingin saya sampaikan bahwa tawaran sajian dari Raja Uduk dan Tulang Rusuk.Ku yang ada di Jl. Teukur Umar ini pantas untuk dihampiri saat teman-teman berada di kota Pontianak. Di jalan yang sama ini juga, ada beberapa restoran lain, sederetan cafe, tempat oleh-oleh, dan kedai ngopi yang tampak asyik untuk dicoba.

Kuliner Pontianak : Menikmati Es Krim Angi yang Tersohor di kota Pontianak

