Waktu memang tidak bisa diulang tapi momen selalu dapat diabadikan. Buku antologi “Pergilah yang Jauh Nanti Ceritakan di Sini” beranjak dari pemahaman yang semudah itu
Kembali ke Tema Perjalanan
Tak butuh waktu lama bagi saya untuk menampung kesepakatan dengan teman-teman agar kembali ke tema perjalanan untuk buku antologi ke-5. Buku ke-4 berjudul Budaya Nusantara dalam Cerita masih dalam tahap proof reading saat rembukan tersebut mencapai titik akhirnya. Ternyata benar dugaan saya, dari sekian banyak blogger dan author yang bergabung di Pondok Antologi Penulis Indonesia (PAPI) sebagian besar begitu antusias dengan premis yang dinamis ini. Apalagi kemudian ditetapkan bahwa destinasi wisata atau perjalanan tersebut bisa dalam atau luar negeri. Berbagai tempat yang sudah mengajak kaki ini melangkah dan meninggalkan setumpuk sentuhan jiwa yang layak untuk diulas dan dibagikan kepada khalayak.
Periode 3 (tiga) bulan pun kemudian ditetapkan sebagai masa penulisan artikel. 1 (satu) bulan untuk proses editing dan proof reading, dan ditutup dengan 1 (satu) bulan masa promosi, PO, dan proses cetak. Dari pengalaman-pengalaman menerbitkan 4 (empat) buku antologi sebelumnya, masa 5 (lima) bulan adalah rentang waktu yang cukup lega karena konsistensi akan waktu kerja (time frame) sering kali meleset. Terutama waktu untuk menulis. Ada yang disiplin tapi ada juga yang kudu disabarkan. Ada yang mantab tanpa revisi tapi ada juga yang bolak-balik galau dengan tulisan sendiri. Tapi semua saya nikmati dengan suka cita karena di balik kesibukan yang begitu menumpuk, memang tidak mudah untuk fokus menulis langsung jadi, menghadirkan rangkaian diksi terbaik untuk antologi milik PAPI. Khususnya bagi para kontributor yang memiliki kesibukan lain di luar menulis dan atau memang jarang menulis. Tidak seperti beberapa dari kami yang memang berprofesi sebagai blogger dan memang sudah memiliki platform sendiri sebagai wadah untuk berkarya serta rutin melahirkan goresan kata dan kalimat di akun masing-masing.
Pengumpulan tugas menulis menjadi semakin menantang karena sesuai standard (SOP) PAPI, buku antologi perjalanan wajib disertai dengan foto tentang tempat yang dibahas. Hasil jepretan dengan resolusi tinggi yang bisa membangkitkan visualisasi pembaca. Apalah artinya cerita perjalanan jika kita tidak menyertainya dengan gambaran indah dan bisa mengajak pembaca untuk “terbenam” dalam hasil jepretan paripurna serta rangkaian diksi yang mewakili tempat tersebut. Apalagi jika tempat yang menjadi topik bahasan adalah satu pengalaman baru bagi pembaca.
Baca Juga : Mencinta Budaya Lewat Buku Budaya Nusantara dalam Cerita
Baca Juga : Serunya Mengulas Tentang Kuliner Nusantara Lewat Buku Antologi Jelajah Kuliner Nusantara
Mengupas Isi Buku
Selain saya, antologi Pergilah yang Jauh Nanti Ceritakan di Sini menghadirkan Tri Suci AS, Novarty, Rifqy Faiza Rahman, Heni Hikmayani Fauzia, Indah Wibowo, Lina Martina, Raihana Mahmud, Wiwi Yuningsih, E3Trip (Siendy), Ika Patte, Moony Tan, O’ik Moehadie, dan Maya Surono. Sebagian besar dari kami adalah blogger sementara sisanya adalah para penulis yang sudah terbiasa bergabung dalam berbagai komunitas menulis yang produktif dalam dunia literasi. Beberapa bahkan banyak diantaranya sudah berpartisipasi aktif dalam kelahiran beberapa buku antologi PAPI, sementara E3Trip (Siendy), Novarty, Lina Martina, dan Wiwi Yuningsih baru bergabung di antologi ke-5 ini.
Semua saling mengisi dan menawarkan rangkaian pengalaman menjelajah serta mencercah indahnya berbagai tempat dengan gaya menulis yang begitu beragam. Tidak ada yang sama. Publik pasti sudah awam dengan gaya bercerita blogger. Cara meramu setiap kata dan kalimat pun terlihat (lebih) santai dibandingkan dengan kuli tinta lainnya. Bagi penulis produktif dan sudah menerbitkan beberapa buku solo seperti Indah Wibowo, Ika Patte, Lina Martina, meramu artikel tentulah bukan perkara sulit. Sementara yang lain hadir memberikan warna tersendiri yang membuat antologi menjadi lebih meriah. Kata maupun kalimat spontan, luapan kegembiraan, decak kagum tiada putus, bahkan cerita unik, teracik dengan leluasa.
Beberapa destinasi wisata lokal yang diramu di dalam buku “Pergilah yang Jauh Nanti Ceritakan di Sini” diantaranya adalah Taman Purbakala Waruga – Minahasa Utara, Pantai Paal dan Pantai Pulisan – Likupang, Minahasa Utara, Paepira dan Desa Binangara di Sumatera Utara, Ungaran – Jawa Tengah, Nagari Bagonjong (Padang) – Sumatera Barat, Papua Barat, Magelang – Jawa Tengah, Makassar – Sulawesi Selatan, dan Kudus – Jawa Tengah. Sementara untuk destinasi luar negeri, buku antologi ini menghadirkan Dallas, Austin, Sendai, Hatyai, Oman, Penang, Da Nang, Hanoi, Jeonju, Melaka, Melbourne, Koln, Wuppertal, Prague, Viena, dan kota suci Mekkah.
Banyaknya tempat yang dihadirkan untuk buku antologi ini kaya warna, kaya sentuhan pribadi, hingga menjadikannya sebuah produk literasi yang istimewa. Bahkan saat menelusur setiap butir huruf, kata, kalimat, baris demi baris, saya begitu larut menikmati proses editing dan proof reading serta proses kreatif yang sama sekali tak menyentuh titik kebosanan.
Racikan diksi para kontributor semakin lama semakin “menjebak” saya pada pengetahuan tentang surga wisata tanah air dan negeri orang yang nun jauh di sana, bagai sebuah pengalaman baru. Apalagi, bagi saya pribadi, hampir sebagian besar destinasi yang dihadirkan teman-teman adalah topik atau destinasi istimewa yang tampaknya asyik untuk dijelajah. Tak cuma tentang tempatnya, bangunannya, atau lingkungannya tapi juga tentang berbagai kuliner yang melengkapi value dari destinasi yang bersangkutan.
Jadi ketika melewati berulangkali revisi dan diskusi berkelanjutan dengan Stiletto Book sebagai official publisher “Pergilah yang Jauh Nanti Ceritakan di Sini”, saya sesungguhnya melewati masa pembelajaran yang sangat berharga. Bagaimana untuk membaca dengan sepenuh hati dan konsentrasi, bagaimana mencoba mencerna dan mendalami apa yang ingin disampaikan oleh rekan-rekan penulis, lalu mulai memberanikan – meyakinkan diri – bahwa saya sesungguhnya bisa dan mampu (belajar) menjadi seorang book editor professional, book layouter, creative director, seperti yang saya impikan.
Mengupas isi buku antologi ke-5 komunitas Pondok Antologi Penulis Indonesia, lalu menuliskannya di sini adalah setitik dari ribuan proses yang akan dan ingin saya nikmati ke depannya, di masa pensiun yang tinggal selangkah lagi.
Baca Juga : Cerita di Balik Lahirnya Buku Antologi Ngelencer Yuk!!
Terima Kasih Tanpa Henti
Melahirkan sebuah karya tak pernah ada yang semudah membalikkan telapak tangan. Hari ini idenya moncer, esok harinya impian itu jadi. Semua berproses dan butuh banyak hal yang menyertainya agar sesuatu itu bisa berbentuk, menjadi sebuah kenyataan. Begitu pun dengan antologi “Pergilah yang Jauh Nanti Ceritakan di Sini”. Buku bancakan ke-5 dari komunitas Pondok Antologi Penulis Indonesia.
Di tahap pertama, kesepakatan tentang premis, urun pendapat, berlangsung smooth, lancar tanpa hambatan. Tapi bagaimana kemudian buku itu angkat cetak (saat tulisan ini saya buat), tentu melewati proses yang tidak mudah. Tapi apapun yang terjadi selama 4 (empat) bulan berproses ada banyak dukungan yang datang terus menerus. Khususnya kepada saya pribadi yang bertugas menggawangi terwujudnya buku ini dan menjadi penjembatan antara komunitas dan Stiletto. Ada setumpuk kesabaran dalam menerima, mengelola, naskah hingga membangun komunikasi yang efisien dan efektif dengan publisher. Meski sudah berulangkali menjadi wadah dari 4 (empat) antologi milik PAPI sejak 2 (dua) tahun yang lalu, saya tentunya menginginkan agar setiap buku yang diterbitkan memiliki karakter kuat, visual yang indah, serta kualitas tulisan yang lebih baik dari buku sebelumnya.
Kalau bisa disimpulkan, sebagai founder PAPI yang menaungi teman-teman penulis dalam komunitas literasi, tentunya saya memimpikan bisa menghadirkan karya tulis yang membaik dan berkembang ke arah yang lebih mapan dari waktu ke waktu.
Kali ini, pihak pertama yang ingin saya haturkan terima kasih adalah Stiletto Book. Saya merasakan, di dua buku terakhir ini, mereka terus “diserang” oleh sekian banyak ide-ide liar yang tak berhenti berlarian di dalam benak saya. Komposisi foto, spasi, tata letak, jenis dan besar huruf, bahkan hingga layout yang terus saya coba dari tahap ke tahap. Tiap hari rasanya tak lepas dari diskusi hingga akhirnya menemukan kesepakatan saat proses editing berulang kali bisa diselesaikan, rampung lewat sebuah kesepakatan.
Kedua tentunya kepada ke-13 kontributor yang berkenan bergabung di dalam buku ini. Seperti yang telah saya dituliskan di awal, teman-teman inilah yang sesungguhnya menjadi lighter dari semangat saya. Meski tak semua disiplin dengan waktu dan mengakibatkan ada jeda atau penundaan dalam proses finishing, saya malah jadi belajar kembali soal kesabaran dan bagaimana mengatur skala prioritas agar ritme bekerja bisa diatur sedemikian rupa. Perihal yang menjadi pe-er adalah masalah foto. Saya mahfum bahwa tidak semua penulis mampu mengoperasikan kamera dengan baik, tapi dengan kesepakatan di awal bahwa antologi yang diterbitkan PAPI mewajibkan setiap kontributor untuk memperhatikan hal ini dengan baik. Tapi semoga, by the time, teman-teman penulis akan tidak melupakan hal penting ini.
Terima kasih terakhir dipersembahkan untuk para pembaca buku-buku karya Pondok Antologi Penulis Indonesia (PAPI). Karena tanpa mereka, para pembaca setia, PAPI tentunya bukan apa-apa dan siapa-siapa. Layaknya sebuah tangga, PAPI saat ini masih di tapak/anak tangga ke-5. Kami sedang menata langkah ke-6, ke-7, ke-8, dan seterusnya untuk mencapai lantai berikutnya. Hingga tiba masanya PAPI akan menjadi jenama publisher mandiri dan mampu menerbitkan buku sendiri dengan bendera milik pribadi. Turut serta secara aktif menjadi institusi yang kokoh berdiri menjadi bagian dari perkembangan dunia literasi di tanah air.
It’s truly an honour to be a tiny part of this anthology, Mbak Annie and friends. Prosesnya cukup menantang karena harus nenggali kenangan perjalanan sekaligus rasa yang ada kala itu. Kagum dengan beragam kisah yang bisa kita kumpulkan bersama. Buku kenangan yang sarat pengetahuan akan destinasi wisata dan budaya di dalam maupun luar negeri. Bravo, temans! 👍👏
PAPI pun bangga bisa mengajak Mbak Ika, seorang penulis hebat, untuk mau bergabung di buku antologi ke-5 ini. Dinantikan partisipasinya kembali di buku-buku selanjutnya Mbak Ika.
Rentang waktu 5 bulan, wuah terbilang lama tetapi juga gak bakal terasa pastinya itu, bisa untuk merampungkan buku keren ini dari 13 kontributor, yang tentunya pada puya kesibukan masing² ya.
Sukses terus untuk buku antologi ke-5 ini ya Bu, semoga bisa menjadi amal jariyah yang tak terputus dan memberikan manfaat untuk pembacanya
Untuk mengelola sebuah antologi dengan belasan penulis memang butuh energi ekstra Fen. Apalagi jika sudah berbicara tentang konsistensi dan kedisiplinan waktu. Yuk miliki bukunya biar bisa menyelami setiap rasa yang diungkapkan untuk setiap tempat yang tak terlupakan.
Woow keren banget Mba Annie sangat produktif menulis buku ya. Bahkan saat ini sudah menulis buku antologi ke-5 dengan tema perjalanan. Jadi penasaran sama cerita di bukunya, pasti seru nih.,
Makasih untuk complimentnya Mas. Yuk miliki bukunya dan baca segitu banyak cerita tentang destinasi wisata dalam dan luar negeri.
Menarik nih. Aku tuh suka membaca ulasan atau artikel mengenai tempat-tempat wisata. Bisa jadi semacam rekomendasi saat nanti aku berkunjung ke tempat yang diceritakan. Apalagi bisa tempatnya memang sangat menarik perhatianku.
Iya Mbak Yuni. Setiap artikel pun dilengkapi dengan ulasan yang melibatkan rasa. Bener-bener bisa jadi referensi untuk para pejalan.
Aamiin… semoga makin banyak buku yang bisa dihasilkan PAPI ya, dan terus berkembang hingga jadi publisher sendiri.
Walau sekarang lebih banyak jadi penyimak saja di group PAPI, tapi saya senang dengan antuiasme para penulis di group ini.
Semangat terus berkarya buat para penulis, semangat terus juga buat mbak Annie menggawangi group ini
Aamiin Yaa Rabbalalaamiin. Semoga PAPI makin berkembang dengan karya-karya literasi yang istimewa. Saya menunggu partisipasi Mbak Nanik di antologi berikutnya ya. Seneng untuk selalu melihat Mbak Nanik jadi bagian penting dari komunitas ini.
Kereen. Salut luar biasa dengan totalitas para kontributor yang dengan waktu sedikit ini bisa merampungkan tulisan sampe jadi buku.
Alhamdulillah. Dengan komitmen, kedisiplinan, dan keinginan kuat agar buku ini lahir, membuat kami (para kontributor) bekerja dengan sepenuh hati. Semoga buku ini menjadi manfaat bagi orang banyak.
Salut dengan Mb Annie and friends yg beneran layak disebut aktivis literasi, menghasilkan karya sekaligus mempopulerkan spot wisata tanah air.
Alhamdulillah. Semoga dengan langkah-langkah kecil kami dan PAPI bisa menyumbangkan sesuatu pada dunia literasi tanah air.
Bukunya keren, Mbak Annie. Apalagi tema ini termasuk tema abadi, Mbak. Karena walau pergi ke tempat yang sama, tapi akan selalu jadi cerita berbeda. Termasuk diceritakan dari orang yang berbeda atau datang pada waktu yang berbeda.
Bener sekali Mas Bambang. Kekayaan dan keunikan diksi dari masing-masing penulis, tentunya memberikan sentuhan yang berbeda.
Wahh, mbak Annie memang rajin banget ya nulis. Udah rajin tulis artikel, rajin juga lagi nulis novel. Saya suka dengan premisnya yang seakan mengingatkan kita akan masa lalu sehingga bisa sambil mengenang selagi menulis.
Alhamdulillah. Semoga kedepannya saya bisa terus konsisten menulis ya Mbak. Baik untuk blog maupun untuk media cetak.
Selalu semangat mba…keren ini bisa nulis bareng sama banyak penulis semoga Pergilah yang Jauh Nanti Ceritakan di Sini” bisa jedi best seller dari judulnya aja orang2 menggelitik utk membaca
Aamiin Yaa Rabbalalaamiin. Makasih untuk supprotnya Mbak Utie. Semoga buku antologi ini menjadi manfaat bagi orang banyak.
langganan ke Stilleto Book ya Mbak Annie?
Seingat saya ada Mbak Carolina Ratri (blogger terkenal yang jadi kontributor blognya KEB) kerja di sana
Baca tulisan Mbak Annie ini bikin saya pingin solo traveling dan menuliskannya
Karena sampai setua ini saya cuma nyebrang pulau ke Lampung, Bali dan Madura
Selebihnya seperti katak dalam tempurung, cuma muter2 sekitar Bandung
Iya Mbak. Saya malah belum sempat berkenalan dengan Mbak Ratri. Beliau tampaknya adalah orang yang menjadi engine dari Stiletto Book. Langkah dan profesi yang ingin saya tiru untuk bekal di masa pensiun.
Yuk Mbak, jelajah nusantara dan ajak kaki untuk melihat dunia. Gak perlu jauh-jauh dulu. Explore Jakarta dulu mungkin. Destinasi terdekat dari Bandung.
Mbak gemes sama sampulnya. Covernhya aja udah bikin berimajinasi jalan2 ke manaaa gitu, apalagi baca kisah2 di dalam bukunya. Ooo ternyata gak cuma blogger tapi juga ada ibu2 penulis lain yang bergabung nulis ya. Travelingnya jauh2 eui, gak cuma di dalam negeri tapi juga ada yang ke luar negeri. Sukses ya mbak buat semua :D
Foto cover itu adalah hasil jepretan Lina Martina, salah seorang kontributor untuk buku antologi ini. Sebuah trem yang akan melintas saat beliau sedang traveling ke Melbourne bersama keluarga. Tone warna dan konsep fotonya terasa pas banget untuk premis buku ini.
Yuk Pril, kapan2 bergabung dengan PAPI dan menerbitkan buku bersama.
Keren banget mba, dari berbagai cerita perjalanan, diceritakan dalam satu buku, aku suka banget dengan cerita perjalanan wisata, seolah sudah ikutan masuk dalam perjalanan tersebut.. salut 👍
Tema perjalanan memang selalu menarik untuk diulas dan ditampilkan di sebuah buku antologi. Rasa dan pengalaman yang terurai manis menjadikan buku ini istimewa bagi semua yang terlibat.
Selamaatt dan Sukseeess untuk ka Annie dan sahabat-sahabat penulis semuanyaaa..
Ini karya yang ditunggu-tunggu pissan yaah.. Judulnya aja bikin melting.. so sweet moment harus dibagikan sii..
Kali ini sudut pandangnya lebih ke “Memetik Hikmah dari Perjalanan” gitukah, ka Annie?
Sekali lagiii, selamaattt atas launchingnya “Pergilah yang Jauh Nanti Ceritakan di Sini”.
Barakallahu fiik~
Lebih pada pengolahan rasa selama menjelajah lebih tepatnya. Gak hanya bercerita tentang tempatnya, bangunannya, atau kuliner yang dinikmati, tapi juga tentang rangkaian pengalaman yang tak terlupakan.
Terima kasih untuk apresiasinya ya Len. Semoga suatu saat Lendy bisa bergabung dengan PAPI dan menjadi bagian dari banyak buku antologi yang diterbitkan PAPI.
Aamiin.. Jadi penyemangat bangeett, ka Annie..
Tapi aku selalu happy siih sama buku-buku terbitan Stiletto.
Dari mulai cover sampai ke detail desain bukunya tuh bener-bener dikomunikasikan sampai kitanya sreg.
Sehingga pas promosiinnya juga bangga banget.
Covernya bener-bener representing bukunya bangeett..
Alhamdulillaah, legaaaa bisa menyelesaikan 2 judul.
Terlihat sederhana, tapi begitu memeras otak saat mengingat detail saat perjalanan.
Bagaimana agar setiap moment bisa diceritakan tanpa tertinggal.
Karena sayang, ini sebuah kenangan abadi (dalam bentuk buku) yang sayang kalau ada yang ketinggalan untuk diceritakan.
Skarang mari kita banyak explore lagi untuk diceritakan dalam buku berikutnya :)
Semoga dengan bergabung bersama PAPI, Suci bisa lebih mumpuni dalam dunia literasi. Menjadi bagian dari buku antologi juga mengajarkan kita untuk disiplin, konsisten dan bekerja dalam tim. Salut untuk Suci yang selalu bisa bekerja sesuai arahan dan menyelesaikan tanggung jawab tepat waktu.
Ketemu lagi kita di karya-karya berikutnya ya Ci. Jangan lelah untuk tetap produktif bersama PAPI.
Doyan banget bikin antologi ya, Mbak. Kalau tema perjalanan begini, pasti penasaran bacanya karena banyak wawasan baru dari sudut pandang baru.
Wow… gak terasa PAPI sudah lahiran anak kelima ya…
Salut deh buat para penulis-penulis hebat di sini. Jadi pingin baca nih. Btw, koper nya luar biasa indah….
Ayok Mas. Ditunggu loh partisipasinya di buku terbitan PAPI
Terlihat sekali totalitas dan profesionalisme dari setiap kontributor nya mengingat dalam waktu sebentar saja proyek ini sudah berjalan dengan bagus.
Proyek antologi bisa jadi penyemangat untuk terus berkarya ya. Meski saya yakin kalau tujuannya (proyek ini khususnya) bukan komersil, tapi saya harap dunia industri percetakan buku dan para penulis (pengarangnya) selalu sehat sejahtera. Aamiin…
Betul Teh Okti. Lewat antologi, sesama penulis akan saling mendukung dan bekerja sama. Dengan harapan bahwa lewat tim kecil ini, PAPI dan para kontributor bisa mempersembahkan karya tulis di dunia literasi tanah air tercinta. Yok Teh, jika berminat bergabung bisa langsung hubungi saya.
Terimakasih karya antologinya Kak Annie
Udah lama saya, dan mungkin banyak orang lain, ingin traveling
sayang, hanya jadi keinginan belaka
dengan membaca buku ini, kita ikut traveling melalui teman-teman kontributor buku ini
daku juga kepingin traveling Ambu,
cuma masih belum berkesempatan untuk sekarang ini (karena #soksibuk, hihi)
karena memang dengan traveling akan banyak kisah dan pengalaman yang bisa diutarakan
InshaAllah Mbak Maria. Semoga buku ini jadi manfaat bagi orang banyak. Jadi sumber inspirasi meski hanya secuil dari luasnya dunia literasi tanah air.
Wow, keren banget! Salut sama penulis-penulis di Pondok Antologi yang selalu konsisten menghasilkan karya berkualitas. Jadi penasaran sama cerita-cerita di antologi ke-5 ini. Pasti banyak kisah seru yang bisa menginspirasi.
Semoga satu hari nanti bisa kontribusi di dalam buku Antologi ini, yuk.
Ayok Ded. Kapan nulis untuk antologi di PAPI. Aku tunggu nian tulisan Deddy yang luar biasa apik dan menginspirasi.
Wah, produktif sekali mbak Annie
Salut dengan kreativitas Penulis Pondok Antologi
Mampu menghadirkan banyak kisah inspiratif dalam sebua buku antologi
Alhamdulillah. Semoga buku ini juga menjadi manfaat bagi orang banyak. Khususnya para pembaca.
Project nya menarik begitupun tema buku antalogi yang dihadirkan. Menyiratkan pesan dan makna mendalam untuk ga usah khawatir, berpegian lah kan ditemui sejuta pengalaman untuk kembali nanti bisa diceritakan
Untuk bisa menyusun karya seperti ini tentunya butuh effort dan konsisten agar bisa rampung :)
Bener banget Mbak. Setiap karya ada proses kreatif yang tidak mudah. Tapi alhamdulillah semua kontributor bisa menghadirkan karya literasi yang inshaAllah membawa manfaat bagi banyak orang.
Semakin saya penasaran dengan buku antologi ini karena ternyata menyertakan foto-foto di dalamnya. Iya, sih, cerita perjalanan kalau tanpa foto tuh kayak makan sesuatu tapi ada rasa yang kurang. Meski sebagus apapun ceritanya. Tetap akan lebih berasa kalau ada foto-fotonya
Well written Myra. Untuk sebuah artikel perjalanan, menghadirkan foto tentang tempat yang dibahas jadi satu pelengkap yang menyempurnakan.
Masyaa Allah, keren mbak. Paling suka aku membaca artikel perjalanan, apalagi dilengkapi sama foto-foto berwarna yg kayak ngerasain melihat sendiri suasana di sekitarnya