Masih setia dengan cerita-cerita saya tentang Bali? Atau udah bosan?
Ih, jangan dong ya. Masih banyak nih setumpuk kisah perjalanan selama ngukur jalan di pulau dewata yang ingin saya gelar di blog ini.
Kebetulan. Dari kunjungan saya terakhir di minggu penutup Desember 2021, selama 4 hari 3 malam, saya sempat singgah di beberapa tempat. Bersyukurnya setiap tempat yang kami (saya, Fiona, Metty dan Gita) inapi serta singgahi, sungguh pantas dan menawan untuk saya tulis dan bagikan kepada publik, terutama bagi para pembaca setia blog saya.
Khusus untuk menginap kami tinggal di 2 tempat yaitu Alam Dania Cottage yang berada di Ubud selama 2 malam dan Kaum Villa di Seminyak untuk 1 malam. Satu pertimbangan untuk merasakan suasana yang berbeda dan kepraktisan dari segi jarak dan waktu untuk mencapai bandara.
Baca juga : Menyesap Indahnya Semesta dan Keheningan Bali di Alam Dania Cottage Ubud
Kenapa Villa Bukan Hotel?
Ya. Kenapa Villa?
Selama di Bali kami memang bersengaja tinggal di Villa. Alasannya gampang dan solid. Karena pandemi dan dalam rangka meminimalisir kontak dengan orang lain kecuali keluarga (kami yang berangkat).
Yup. Saat kami pergi (baca: nekad pergi) berlibur ke Bali, pandemi memang mulai menjinak (singa keles) tapi isu tentang Omicron mulai terdengar. Meskipun varian baru ini belum seheboh saat ini/saat saya mengetik artikel ini (Februari 2022). Kalo ditanya tentang kenekatan, jujur saya ungkapkan bahwa saya sempat ketar-ketir juga. Mengingat saya adalah penyintas dan punya cerita long covid yang efeknya masih menjejak di tubuh hingga saat ini.
Ijin suami pun rada seret, tidak selancar seperti biasanya. Dan itu saya pahami. Jadi saat exit permit nya keluar dan suami langsung membelikan tiket 2 minggu sebelum keberangkatan, saya mulai mempersiapkan diri dengan mengkonsumsi berbagai vitamin dan mengurangi berbagai kegiatan yang sering bikin saya harus memangkas waktu tidur.
Meski kami semua sudah lengkap vaksinnya dan hasil swab antigen negatif, membludaknya penumpang di bandara Soekarno Hatta, bikin saya gentar. Gak menyangka jika di liburan akhir tahun transportasi udara akan begitu padat seperti saat itu. Lebih padat dari yang terlintas di dalam kepala saya.
Selain alasan di atas, menyewa villa tentunya akan jauh lebih murah. Dengan 4 orang, jika menyewa kamar hotel, berarti kami butuh 2 kamar deluxe dengan biaya sekitar 600K/kamar. Jadi total biaya untuk akomodasi kamar saja kami butuh 1.200K/malam. Sementara di 2 villa tersebut di atas, kami mengeluarkan biaya sekitar 800K/malam. Selisihnya lumayan bener kan?
Alasan ketiga adalah privacy dan fasilitasnya. Dengan menyewa villa, kami mendapatkan hak menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada oleh kami sendiri. Ada kolam renang yang bisa kami gunakan kapanpun. Ada dapur untuk masak-memasak. Meskipun akhirnya nge-GoFood juga. Tapi setidaknya saat ingin ngemil, masak makanan instan, menanak air/nasi, semua bisa dikerjakan sendiri dan kapanpun kami suka. Kami juga bisa duduk-duduk di tempat yang lega dan nyaman karena memang luas villanya sama dengan rumah sendiri. Kami berempat pun bisa terus terkoneksi, berbincang dan melakukan beragam kegiatan secara bersama-sama.
Baca juga : Menjadi Saksi Indahnya Kintamani di The Amora Bali
Menikmati Kaum Villa
Kami tidak menentukan waktu khusus jam berapa harus sampai di Kaum Villa. Sesantainya aja.
Selesai beberes koper dan barang-barang belanjaan, saya mengajak Fiona untuk berkeliling Alam Dania Cottage sembari memotret. Saya pun menemui Bli Punia sang pemilik untuk menggali informasi lebih lanjut tentang cottage miliknya sembari mengorek berbagai tips dan trik dalam mengelola sebuah tempat penginapan. Siapa tahu kan mimpi saya untuk memiliki usaha sejenis di Bali untuk masa pensiun nyata terjadi. Aamiin Yaa Rabbalallaamiin.
Meninggalkan Alam Dania Cottage kami menikmati makan siang di Bebek Joni Restaurant baru kemudian meluncur menuju Seminyak. Saya sempat ingin mampir ke outlet keramik di seputaran Jl. Danau Poso. Tapi ternyata tidak menemukan outlet yang saya inginkan. Akhirnya kami melanjutkan tujuan ke Starbuck Dewata Seminyak yang rutenya searah menuju Kaum Villa.
Rampung menikmati hangatnya kopi sembari berkeliling di setiap sudut coffee store termegah dan terbesar di Indonesia ini, kami pun menelusuri Seminyak untuk sampai di Kaum Villa. Lokasinya seharusnya gak ribet. Tapi kok ya kami malah nyasar beberapa kali justru karena menggunakan google maps.
Paling parahnya adalah kami terjebak di sebuah gang buntu yang akhirnya memaksa kami untuk memundurkan mobil dalam jarak yang lumayan jauh. Gang nya mana sempit pulak. Padahal saat besok paginya saya naik taxi untuk ke satu tempat dan bertemu dengan teman-teman, saya menyadari bahwa posisi Kaum Villa hanya beberapa ratus meter dari jalan utama atau ring road yang dikelilingi oleh sekian banyak fasilitas umum. Ya ampun. Saya jadi tertawa sendiri.
Baca juga : Saat Desa Penglipuran Mengijinkan Saya Kembali
Karena konsepnya yang self-service dengan tidak adanya petugas penerimaan tamu, kami hanya berkomunikasi kepada pemilik lewat smartphone (WA). Sesuai intruksi, pihak pemilik sudah menyimpan kunci villa di satu tempat yang cukup tersembunyi dan itu ada password nya. Begitupun saat kami meninggalkan villa. Kunci dikembalikan lagi ke tempat yang sama saat kami datang tadi. Seru ih. Saya kok mendadak jadi Dora The Explorer. Ada teka-teki untuk bisa masuk ke rumah.
Villa ini betul-betul disetting private karena setiap unit tidak bisa dilihat dari luar. Semua ditutup rapat dengan dinding tinggi menjulang. Di sisi luar kita hanya bisa melihat pintu kayu dengan nomor unit yang besar-besar. Bahkan atap villanya aja cuma diintip sedikit saking tingginya dinding yang menjaganya. Ujung jalannya pun buntu dengan lebar jalur yang menguji kelihaian orang nyetir. Kalau mau keluar ya harus mundur dulu sampai ketemu satu sudut yang lebih luas untuk memutar.
Baru kali ini saya menginap di satu tempat berarea luas dengan akses terbatas. Kondisi yang sesungguhnya sangat cocok dengan mereka yang mengutamakan privacy seperti public figure misalnya. Atau terniat ingin mengadakan pesta atau acara yang hanya bisa dihadiri oleh kalangan terbatas atau orang-orang tertentu saja. Luas villanya juga mencukupi. Setidaknya sih bisalah menampung sekitar 50an orang.
Luas tanahnya sekitar 200an m2. Tidak ada sekat kecuali untuk 2 kamar tidur yang memiliki kamar mandi di dalam. Dekorasi kamarnya dibuat kembar dengan ukuran dan interior design yang bagai cermin di belah dua.
Saat pertama masuk, kesan pertama adalah kelegaan. Di satu sisi ada kolam renang ukuran sedang dengan dinding yang dipenuhi oleh tanaman-tanaman tinggi. Ada pijakan kayu berwarna hitam legam yang menopang 2 lazy bench dengan beach umbrella diantaranya. Di teras salah satu kamar, ada sebuah sofa berangka bambu dengan dudukan empuk dan bantalan yang banyak. Enak banget tuh buat ngobrol atau leyeh-leyeh sambil membaca. Di depan kamar yang satu lagi ada kursi bambu yang digantung dan rumah-rumahan tanpa atap dengan kayu yang dicat hitam. Asik juga buat nongkrong-nongkrong. Tapi tentu saja buat malam hari. Karena kalau siang, panasnya itu ampun-ampunan.
Diantara kamar ada service area yang luasnya sama dengan kamar. Ada dapur dengan ukuran memanjang yang dilengkap dengan kulkas 2 pintu, dispenser, kompor serta buffet kayu yang menempel di dinding. Di buffet ini disediakan banyak peralatan makan. Hanya saja untuk saya tinggi buffet nya sungguh terlalu. Untuk menggapai besi bukaannya aja, berjinjit pun saya gak sampe hahaha. Lawak bener yak. Atau memang oleh si pemilik ini memang disengaja karena ukurannya adalah tamu-tamu bule yang memang sebagian besar jangkung. Entahlah.
Menemani dapur ada kursi-kursi tinggi yang disusun menghadap ke dapur. Lalu ada sofa besar 3 seaters dengan coffee table dan TV layar datar. TV nya sih sudah digital ya. Tapi sayang semaleman kami tidak bisa connect ke satu saluran pun. Termasuk ke Netflix. Padahal harapannya, di tengah hujan yang deras malam itu, kami bisa kongkow-kongkow ngopi sambil nonton film-film berkualitas dari Netflix. Jadilah kami berkutat menikmati sajian seafood yang kami pesan lewat aplikasi on-line lalu sukses ngukur kasur sampai besok paginya.
Baca juga : Menikmati Semilir Angin Echo Beach di La Brisa Canggu Bali
Kita tengok kamarnya ya.
Seperti yang saya sampaikan di atas. Villa ini punya 2 kamar yang ukuran dan rancangannya persis sama.
Saat kita masuk langsung terlihat kasur king size dengan seluruh pernak-pernik dominan hitam putih yang terbuat dari bambu. Ada sofa kecil dan meja panjang serta kaca yang melengkapi tempat tidurnya. Sementara tempat penyimpanan/gantung baju berikut dengan shower room ada di belakang tempat tidur.
Shower nya berfungsi dengan baik. Air panas dan dinginnya gampang disetel sesuai keinginan. Hanya sayang amenities yang diberikan kurang lengkap. Cuma ada 1 botol. Entah itu sabun atau shampoo. Gak ada keterangannya. Tapi saya selalu siap dengan kemungkinan seperti ini. Bahkan jika menginap di satu tempat dengan bintang 5 sekalipun, ada amenities tambahan yang saya bawa dari rumah. Termasuk 1 buah handuk untuk berjaga-jaga. Karena kita tidak pernah tahu apakah liquid yang disediakan akan ramah di kulit kita. Dan apakah handuk yang disediakan terlihat bersih dan terasa lembut di kulit.
Di villa ini juga disediakan setrika colokan lengkap dengan mejanya tapi ada juga setrika uap yang penggunaannya lebih mobile. Lalu jubah mandi berwarna putih. Plus gantungan baju atau handuk berbentuk seperti tangga yang juga terbuat dari bambu. Gantungan ini selain ada di kamar tidur, juga disediakan di area dapur. Mungkin buat gantung lap-lap barangkali ya.
Review Pribadi Untuk Kaum Villa
Baca juga : Menjelajah Rasa dan Keindahan Alam Bebek Joni Restaurant Ubud Bali
Sesaat setelah melangkahkan kaki dari pintu masuk, villa ini memberikan kesan yang asik banget. Rancang bangunnya simpel dengan warna yang konsisten. Yang menurut anak saya beginilah seharusnya sebuah hunian itu dibentuk dan dibuat. Kita pun merasakan suasana lapang karena semua fasilitas yang ada itu pas, tidak berlebihan dan fungsional. Karena jika kebanyakan barang atau terlalu banyak sekat, tempat akan terasa sempit.
Villa ini tidak ada taman karena 95% area adalah bangunan. Jadi untuk melengkapi unsur hijau, terutama di area terbuka, sang pemilik menaruh beberapa pot dengan tanaman-tanaman yang cenderung kuat di suhu udara panas dan gampang dirawat. Di salah satu sudut kolam renang, ada beberapa pohon pisang dan tanaman tinggi lainnya. Lalu ada tanaman rambat di sisi luar atap rumah. Jadi memang secara konseptual, villa ini memang dibangun dengan kondisi pemanfaatan maksimal khusus untuk bangunan.
Susah juga sih mau menyelipkan taman di lahan terbatas seperti ini. Tapi kalau boleh saya usul, bisalah diatur tanaman rambat sepanjang dinding bangunan yang berseberangan dengan kamar atau yang berada persis di samping kolam renang. Selipkan dengan anggrek-anggrek gantung atau bunga-bunga yang bisa tumbuh secara vertikal. Cukup cantik kan untuk dilihat kalau ada berwarna-warni bunga di tengah unsur bangunan yang mengepung villa itu sendiri.
Satu hal yang lumayan mengganggu pemandangan adalah cat dinding yang banyak mengelupas disana-sini. Dan itu merata di hampir semua dinding. Sudah waktunya dicat ulang menurut saya. Lalu banyak sudut-sudut yang perlu dibersihkan dengan lebih teliti lagi agar banyak sisa-sisa kotoran lama yang tertinggal. Khususnya di area dapur. Ada baiknya dapur ini direnovasi agar bau-bau yang muncul akibat lembab atau dari sisa-sisa makanan bisa dihilangkan. Unsur kayu yang berada di bagian bawah kompor itu sesungguhnya mengundang bau. Bisa awet jika proses pembersihan konsisten dilakukan oleh orang yang mau bekerja secara detil. Dan ini terlewat diperhatikan oleh Kaum Villa.
Kolam renang juga terlihat seperti tidak terawat. Saat saya datang, banyak sekali bertebaran sampah-sampah tanaman yang mengapung. Ini adalah salah satu konsekuensi saat membiarkan aneka tanaman tumbuh persis di samping kolam. Tadinya sore itu saya ingin berenang. Tapi karena petugas kebersihan kolam tidak bisa datang pada hari itu, niat inipun terpaksa dibatalkan. Saat saya celupkan tangan pun airnya meninggalkan efek lengket. Jadi kemungkinan besar tidak ada filter atau vacuum cleaner khusus kolam renang yang terpasang. Sehingga airnya tidak otomatis berputar dan tersaring dengan baik.
Selebihnya sih tidak ada yang perlu dikoreksi. Meski jalan masuknya sempit dan hanya muat untuk 1 mobil, lokasi villa ini cukup strategis. Sekitar 200 meter dari villa, ada sebuah jalan utama yang lengkap fasilitasnya. Ada banyak resto, mini market, toko oleh-oleh atau handicraft, dan fasilitas umum lainnya. Saat kami memesan makanan on-line pun, tidak ada satupun pengendara yang bertanya ulang tentang lokasi kami. Jadi asumsinya, tempat ini gampang diraih dan ditandai. Kecuali oleh kami berempat yang sempat nyasar sehari sebelum. Ehh plus Bli Nyoman yang mengantarkan kami.
Galeri Foto
Aduh namanya Bali pasti selalu indah ya Mbak… Kaum Vila ini minimalis modern banget ya mbak, bikin kita nyaman dan betah pastinya. Ditambah tanaman dkt poolnya, jadi terlihat teduh dan sejuk ya. Kayaknya enak tuh main ayunan di situ mbak. Heheheh
Asik memang kalau bisa nginep rame-rame karena villanya sangat menjaga privacy
Suasana hitam putihnya itu bikin jatuh cinta kalau buat saya. Mungkin gak akan cukup semalam saja. Pengen nambah dan kalau bisa sebelahnya hahaha…
Perabot dengan warna hitam putih emang banyak saya koleksi juga
Menurut anak saya, yang menyukai design interior, hitam putih memang pilihan paling mudah dan gampang untuk setting furniture dan hal-hal lain yang mendukung. Kesannya juga bersih.
Wow… Asyik banget ya villa nya. Asri, sejuk dan private. Kalau ke pulau dewata, insyaallah mampir deh ke sini. Makasih ya kak Annie sharing nya
Semoga bermanfaat ya Mas Taufiq
Saya setuju Bun, lebih baik meminimalisir berjumpa dengan orang lain. Kalau di Villa setidaknya sudah ketahuan hanya keluarga. Lagian kalau dihitung lebih murah dengan villa ya kenapa tidak. Toh, villanya cantik seperti ini, ya alhamdulillah. Jadi bisa buat ide rencana berlibur bersama keluarga nih, saat ke Bali nginep di villa saja.
Iya Mbak Lita. Kita juga merasa aman dan nyaman ya. Apalagi dalam kondisi pandemi. Sebisa mungkin meminimalisir kontak dengan orang lain. Kebetulan memang Bali tidak begitu rame. Jadi kami bisa memilih tempat yang minim wisatawan
villanya asyik banget mba, bisa betah berhari hari kalau suasananya kayak gitu. seneng bisa baca tulisan mba tentang liburannya ke Bali, paling ga jadi traveling virtual buat saya yang ga kemana mana ini. sehat selalu ya mba sekeluarga.
Alhamdulilah. Semoga bisa mengobati kangen traveling ya Mbak Atik.
Sepakat mbak Annie. Di tengah pandemi seperti ini emang KLO bisa social distancing ya dengan orang lain
KLO berlibur emang enaknya sewa villa biar bisa privacy
Apalagi KLO villanya senyaman Kaum Villa ini
Betul Mbak Dian. Social distancing is a must. Di tempat wisata pun kami menerapkan hal ini.
Kalau kak Annie yang review tentang Bali aku kok betah ya membacanya,,he he he. Villanya kak walaupun tidak begitu luas hanya 200 m tetapi nyaman banget ya.Aku suka deh dengan sofa bambunya.Bisa lenyeh-lenyeh tuh ka lebar banget lagi. Happy holiday kak Annie
Alhamdulillah. Semoga gak bosan dengan tulisan traveling saya ya Kak.
Bali tidak pernah besan untuk dibaca ceritanya, apalagi kalau mba Annie yg menuliskannya. Detail dan serasa ikutan jalan-jalan.
Kaum Villa Seminyak nyaman banget untuk istirahat, sayang fasilitas yg ada tidak siap digunakan krn agak kurang perawatan pada hari berkunjung itu ya mba. Semoga jadi perhatian pemilik Villa dalam menyambut tamu berikutnya..
Betul. Saya juga meninggalkan pesan tentang kebersihan dan cat dinding itu. Semoga jadi masukan positif bagi pengelola dan pemilik villanya sendiri
Asyik banget tempatnya, walau berkali-kali nyasar saat ngikuti panduan GMaps, tapi lega juga ya akhirnya ketemu tempatnya. Udah sampai, mesti cari kunci dilokasi tersembunyi pula.
Cat dinding yang mengelupas dan juga kebersihan kolamnya semoga jadi perhatian buat pemiliknya ya. Kalau rimbun banget tanaman di sisi kolam tuh, emang mesti rajin bersihin karena pastinya sering ada dedaunan kering yang jatuh ke kolam
Iya Mbak Nanik. Tempat yang asik sebenarnya. Apalagi pas besok paginya saya keluar untuk ketemu teman-teman, ternyata lokasinya itu gak sulit buat digapai. Banyak fasilitas umum juga.
wah kalo Mbak Annie nulis tentang traveling, serasa ikutan deh
masuk vila dan menikmati fasilitasnya
tiduran sambil merasakan semilir angin, duh pastinya jadi mager
malas pulang :D
sebulan tinggal di Ubud kayanya gak cukup ya?
emang seru banget jalan-jalan ke Bali ya apalagi Vila-nya aman dan bersih seperti ini jadi makin adem buat refreshing bersama keluarga ya
Seminyak memang banyak banget villa kece tapi ratenya terjangkau, mba ini aku keep ah postingannya, nanti kalo staycation ke Bali aku pengen coba juga nginap disitu ah, suka banget sama nuansanya relaxing dan bali banget
Nyaman Villa nya ini.
Apalagi memang lebih leluasa menginapnya di villa kalau sama-sama keluarga.
Selain karena orang²nya sudah diketahui, sehingga lebih nyaman, plusnya meminimalisir kontak dengan banyak orang juga sih ya.
Iiiiih, keren dan assyik banget tempatnya Kak. Jadi mupeng berlibur ke sana. Bali selalu memikat :D
kayaknya hampir semua penginapan di Bali emang bagus-bagus yaa. duh jadi kangen ke Bali. semoga akhir tahun ini pandemi mulai melandai..
Tiap jalan-jalan ke blog ini, mata rasanya seru deh. Lihat-lihat foto cantik, tempat asyik. Iya, jadi kepengen traveling juga jadinya. Mbaaaak, aku mupeeeeng. Dan Bali, wow, gak pernah gagal membuat terpana ya. Tempatnya indaaaaah. Aamiin 2022 semoga bisa jalan-jalan ke Bali. :D
Menyenangkan selali sepertinya. Nggak usah ke mana-mana, menikmati suasana villanya saja sepertinya sudah asyik ya. Sayangnya kolam dan dapurnya yang kurang diperhatikan kebersihannya. Mungkin dampak pandemi yang bikin villa sepi pengunjung berpengaruh ke perawatannya.