Kami menyudahi makan siang yang cukup telat di Warung Wardani, Tuban, saat akan melanjutkan perjalanan ke Ubud. Perut kenyang, badan yang mulai kelelahan dan bangun terlalu pagi pada jam 03:30 wib tadi membuat kantuk sesiangan ini sudah tidak bisa dikontrol lagi.
Perpaduan antara kenyang, capek dan kurang tidur tampaknya mengalahkan semangat untuk menanggapi celotehan driver yang menjemput kami dari bandara I Gusti Ngurah Rai. Padahal banyak sekali pertanyaan yang ingin saya lontarkan. Terutama tentang kondisi Bali selama hampir 2 tahun belakangan ini.
Saya terbangun saat mobil mulai memasuki area Ubud. Sepi mendadak merasuk. Hening pun langsung terasa.
Saya melihat Ubud dengan kondisi yang sangat jauh berbeda.
Tempat yang tadinya penuh wisatawan dengan kehidupan meriahnya toko, resto, tempat hiburan saat itu terlihat bagai tak ada nyawa. Bahkan nyaris seperti kota kecil yang beranjak mati. Beberapa outlet dan tempat nongkrong yang biasa saya kunjungi terlihat tutup. Bahkan ada hotel yang sempat saya inapi dahulu, kemegahannya luntur. Bagian depannya mulai terlihat rusak dan tak terawat.
Rangkaian pemandangan yang sungguh melukai naluri. Sepi dan tiarap di setiap sudut.
Hati pun mendadak tambah sendu saat kami mencapai Pasar Seni Ubud. Terakhir saya kemari, sebelum wabah pandemi tentunya, tempat ini sesak dengan pengunjung. Pinggiran jalannya selalu padat oleh kendaraan bermotor dan para penjual emperan. Mobil sampai bahkan sering harus bersabar mengantri terutama pada saat ada kendaraan lain yang harus parkir di lahan yang sempit atau sekedar menurunkan penumpang.
Saya sempat mampir belanja camilan dan teman-temannya sebelum mencapai Alam Dania Cottage (Alam Dania). Dari sekian banyak sumber kegiatan, mini market sepertinya adalah satu-satunya sentra kegiatan yang masih bertahan. Masih terlihat aktif dengan tamu yang bolak-balik mampir.
baca juga : lezatnya nasi campur bali ala warung wardani
Alam Dania dan Sambutan yang Ramah

Hanya sekitar 10 menit dari mini market tadi, kami tiba di Alam Dania. Beberapa petugas berseragam tampak datang menyambut dan mengangkat beberapa koper yang kami bawa. Bli I Made Punia (Bli Punia), sang pemilik dan istrinya (Mbok Dani) begitu ramah menyambut kedatangan kami. Hospitality hangat yang harus dimiliki oleh mereka yang bergerak dalam bidang pariwisata dan jasa.
Gerbang masuknya terlihat tinggi dengan beberapa anak tangga yang cukup curam. Selepas gerbang tadi, kami langsung disuguhi cantiknya kompleks cottage yang sungguh memikat hati. Vibes liburan pun menjadi begitu komplit saat kami melewati beberapa rumah, taman, pura kecil, hingga sebuah lorong cantik yang membawa kami tiba di Villa #2 yang kami sewa untuk 3 hari 2 malam.
Selesai melongok sebentar ke semua fasilitas yang ada di dalam villa, kami menyempatkan diri mengobrol dengan Bli Punia. Setidaknya saling berkenalan sembari berbagi cerita perjalanan menuju ke desa Kelabang Moding dimana Alam Dania berada. Kemudian berdiskusi soal rencana jalan-jalan keesokan harinya.
Dari obrolan itu, kami akhirnya memutuskan menyewa mobil milik Alam Dania untuk rencana seharian jalan-jalan (setidaknya berkisar antara 8-10jam). Biaya sewanya Rp 550.000,- sudah termasuk penggunaan mobil selama 8 jam, bensin dan supir. Belum termasuk biaya parkir dan tiket masuk kawasan wisata. Dari perhitungan jarak dan waktu serta kondisi jalanan yang ada, sepertinya kami akan bisa meraih hingga 4 sampai 5 tempat seharian itu. Semuanya ada di Ubud dengan posisi yang tidak berjauhan.

baca juga : mengagumi seni dan keindahan tembikar di serayu potterry & terracota, ubud, bali
Alam Dania dan Fasilitasnya
Beberapa langkah dari gerbang masuk tadi, kami langsung bertemu dengan pemandangan sebuah hunian yang sangat diperhatikan kebersihan dan keindahannya. Hati langsung adem melihatnya.
Di lahan seluas 1.200m2 ini berdirilah Alam Dania dengan 3 kamar deluxe dan 5 tipe villa berikut dengan sebuah kolam renang besar di salah satu sudut belakang. Pemilihan penamaan pun idenya sederhana sekali. Kata Alam diambil dari konsep back to nature, sementara kata Dania adalah nama dari anak ke-2 Bli Punia dan Mbok Dani.
Di sisi kanan setelah gerbang depan ada sebuah rumah atau kantor kecil tempat dimana Bli Punia bekerja dan mengurus semua keperluan administrasi cottage. Di sebelahnya ada bangunan 2 lantai yang digunakan oleh anak-anak dan beberapa petugas yang menginap. Ada juga 2 rumah dengan design khas Bali sebagai hunian khusus untuk Bli Punia dan istri. Sebuah pura dengan lahan sembahyang yang cukup lapang di dekatnya. Kemudian ada sebuah gazebo kayu yang kokoh dan cukup besar sebelum kami menelusuri sebuah jalan kecil menuju villa yang sudah kami pesan.
“Pura itu biasa digunakan oleh masyarakat sekitar sini Bu. Seringnya digunakan untuk upacara pernikahan,” jelas Bli Punia saat kami mengobrol banyak. “Dan ini juga saya persiapkan untuk anak-anak saya nantinya,” sambungnya dengan tatapan penuh rasa bangga.
Saya tersentuh. Layaknya orang tua pada umumnya, saya pun punya mimpi yang sama. Salah satu alasan ingin pindah ke Bali adalah menyiapkan tempat yang nyaman dan bisa jadi tujuan berlibur bagi anak dan cucu saya. Mereka pastinya suka, jika punya tempat tujuan mudik dengan hawa liburan setiap waktu.
Meskipun konsepnya terbuka, semua fasilitas menginap (kamar maupun villa) sangat terjaga privasinya. Setiap kamar dan villa dilindungi oleh dinding yang lumayan tinggi hingga tamu tidak perlu khawatir akan ada orang lain yang mengintip kegiatan kita di dalam.
Kami menyewa Villa #2 dengan 2 kamar tidur dan tempat tidur king size serta private pool yang berhadapan dengan sebuah hutan kecil.
Kamar utama berdampingan langsung dengan kolam renang. Dilengkapi pula dengan sebuah kamar mandi yang luas dan memiliki bathtub dengan batu-batuan alam di sekitarnya. Sementara kamar ke-2 (tempat saya dan Fiona tidur), juga sangat menyenangkan. Punya teras kecil dengan meja kecil dan 2 kursi kayu yang nyaman serta kamar mandi memanjang dengan shower di dalamnya.
Setiap kamar mandi dilengkapi dengan paket toiletries. Shower gel, shampoo dan conditioner nya malah disediakan dalam wadah batu yang besar banget. Jadi gak perlu khawatir akan kehabisan. Ngangkatnya aja butuh tenaga. Sementara shower cap, cutton buds dan lainnya disediakan di dalam sebuah kotak marmer. Selain itu disediakan juga 2 botol air mineral berukuran mini setiap harinya. Botol minum yang handy banget untuk dibawa jalan-jalan.

Villa #2 yang kami sewa luas bangunannya sekitar 50m2. Lebih dari cukup untuk menampung 4 tamu dewasa dan beberapa anak-anak di bawah usia 10 tahun. Bahkan mungkin bisa lebih banyak lagi dengan tambahan sewa tempat tidur lipat. Tapi tentu saja ini harus dengan kesepakatan dan atau ijin pihak manajemen cottage demi kenyamanan bersama.
Di sisi luar ada taman berbentuk L yang dikelilingi oleh berbagai tanaman yang tumbuh subur dan sangat terawat. Setiap pagi dan sore saya selalu menyempatkan diri untuk mengurai pandangan ke arah sini. Menikmati indahnya semesta dan keheningan yang tercipta di seputaran Ubud.
Semua saya rekam dengan baik di kepala agar nanti bisa saya jadikan contoh saat ingin membangun rumah pensiun.
Berbagai dekorasi juga menghiasi villa yang kami tempati. Ada beberapa lukisan, chandelier bertumpuk dari bahan bambu, rangkaian ikan besi yang sedang bergerombol berenang dan dipasang di atas dinding, meja makan kayu yang apik dan kokoh (sepertinya muat untuk 8-10 orang), dan tentu saja sebuah dapur kecil yang lengkap dengan semua peralatan dasar saat berlibur, seperti kompor, wajan, penanak air, gelas, cangkir, piring, sendok, garpu dan lain-lain.
Ada juga teh, gula putih, gula cokat, dan kopi untuk kita nikmati. Hanya saja rasa kopinya tidak klop dengan selera saya. Hingga akhirnya saya mampir lagi ke mini market untuk urusan yang satu ini.
Yang paling saya sukai dari bangunan Villa #2 adalah pintu berukir (gebyok) yang ada di halaman depan (gerbang menuju villa) dan yang terpasang di pintu masuk. Ukirannya tidak terlalu ribet dan banyak. Sederhana saja. Tapi tetap nyeni untuk menghibur indera penglihatan kita. Sentuhan kecil yang membuat rumah berbentuk kotak 1 lantai ini tidak terlalu kaku penampakannya.

baca juga : al diwan bali. menghadirkan pengalaman baru dari satu tempat yang jauh di mata



Menikmati Waktu Berharga di Alam Dania
Tak butuh waktu lama bagi kami untuk nyebur di infinity pool nya. Selesai merapihkan bawaan, saya langsung menilik kolam berbentuk kacang ini. Dengan kedalaman sekitar 1.50m, airnya terlihat sangat bersih dengan mesin perputaran air dan filter yang selalu menyala. Dengan sirkulasi air yang terus menerus terjadi, tentunya menjadikan kolam renang ini tak meninggalkan sampah yang mengapung.
Saya dan teman-teman seperjalanan berpuas-puas bermain ini di sore hari ke-1. Memotret dari setiap sudut dengan berbagai gaya suka-suka dan heboh sendiri.
Disalah satu sisi kolam renang ada 2 kursi santai rotan yang memanjang serta 1 buah meja kecil diantaranya. Pijakan kayu yang berada di bawahnya memastikan kita tidak terpeleset karena basah-basahan. Alam Dania juga menyediakan 4 handuk berenang untuk dipakai. Dan itu diganti keesokan harinya seperti handuk mandi yang juga berjumlah 4.
Saat berbincang dengan Bli Punia kemarin sore, pagi esoknya kami menikmati sajian floating breakfast dengan pilihan menu yang tidak begitu banyak. Agar bervariatif kami pun memesan american breakfast (roti bakar dengan scrambled eggs), pancake, omelet, buah-buah potong dan juice buah. Dasarnya perut karet dan biasa dengan heavy breakfast, kami pun menambah asupan pagi itu dengan mie instan/siap saji yang sempat saya beli kemarin. Lumayan juga loh ternyata. Mie kuah dan gorengnya pas banget dengan 2 omelet yang kami pesan. Pengennya sih nasi goreng tapi takut nanti kengantukan di jalan.
Saya pun semangat mengabadikan sajian khas ini. Setelah sekian masehi hanya mengamati dan melihat foto-foto banyak teman yang ber-floating breakfast akhirnya saya bisa memotretnya langsung. Dan itu seru betul. Heboh mulai dari layout setting bunga, piring dan gelas-gelas di dalam keranjang rotannya, membiarkan keranjangnya berenang sendirian, hingga beberapa take untuk ipar dan keponakan saya. Pagi pertama kami di Alam Dania jadi seru dan berwarna. Juice nya juga asik. Light and refreshing. Pas untuk saya yang tidak begitu suka dengan sajian manis.
Keasikan jadi photographer, saya malah lupa foto diri sendiri dengan floating basket itu. Selain karena segan berbasah-basah dengan menggunakan jilbab, waktu pun sudah terlalu mepet untuk segera jalan-jalan. Petugas hotel bahkan bolak-balik mengingatkan bahwa mobil dan supir kami hari itu telah siap dan lebih baik pergi lebih pagi agar bisa mencapai banyak tempat.
Saya sepakat. Cus lah segera siap-siap.
baca juga : berkunjung ke sun sang eco village di kerambitan, tabanan, bali. mendekat ke alam dan mencintai bumi
Kembali dari ngelencer ke air terjun Tegenungan, desa wisata Penglipuran, makan siang dan menyaksikan spot terindah Kintamani di The Amora Bali, lalu turun menikmati pemandangan sawah dan sejumput kopi serta teh di Alas Harum, kami disambut dengan ramah oleh Mbok Dani dan beberapa staff wanita yang sedang tekun menyapu villa.
Mbok Dani dengan ramahnya menawarkan kami untuk massage dengan rate Rp 150.000,-/orang untuk waktu 1 jam. Pas banget dah. Saya pun tak melewatkan kesempatan ini dengan menikmati pijatan lembut dari dari seorang therapist (lupa juga namanya) yang sudah berpengalaman bekerja di hotel berbintang. Duh releasing banget deh. Quality time yang apik dan sempurna untuk menutup hari ke-2 kami di Bali Punia.
Keesokan harinya sebelum kami check-out, saya menyempatkan diri merekam banyak sudut Alam Dania. Beberapa tempat yang sempat luput dari perhatian saya kemarin sore, pagi itu hadir sangat indah apalagi setelah semalam kami menikmati hujan yang cukup deras. Sentuhan basah justru, menurut saya, meninggalkan kesan adem, refreshing dan nyaman untuk direkam lewat kamera. Hijau tanaman pun agar lebih terlihat saat dalam kondisi lembab seperti itu.
Oia, selama 2 malam menginap di Ubud, kami terjebak di dalam villa karena hujan deras 2 hari berturut-turut. Rencana yang awalnya pengen hang-out dinner di beberapa tempat pun akhirnya harus dibatalkan. Demi perut yang bergejolak karena hujan dingin yang bikin laper, kami akhirnya memesan makanan lewat aplikasi GoFood. OK juga ternyata. Setidaknya banyak pilihan yang bisa dilihat. Di malam pertama kami memesan Nasi Ayam Betutu Kedewatan Ibu Adnyani, sementara untuk malam berikutnya sajian pizza dari Margarita Pizza. Semuanya nikmat dan ludes kami habiskan tanpa sisa.

Kesan Saya Untuk Alam Dania

BACA JUGA : SENJA DI BALI COFFEE SHOP AND GARDEN. TEMPAT NONGKRONG ASIK DI LAHAN TERBATAS DENGAN DEKORASI RUSTIK
baca juga : perjalanan di masa pandemi. siapa yang bertanggungjawab atas keamanan dan kenyamanannya?
Setelah hampir 2 tahun tak menikmati liburan jarak jauh menggunakan pesawat, waktu 4 hari 3 malam di Bali saat pekan terakhir 2021, tentunya jadi pengalaman yang ditunggu-tunggu. Apalagi buat saya yang rutin datang ke Bali setidaknya 3 kali dalam setahun, bertahun-tahun, sebelum virus Corona-19 menjadi bakteri penghambat bagi para pejalan dan travel blogger seperti saya.
Selain karena urusan pekerjaan, Bali punya magnet tersendiri di hati saya. Euforia “menikmati Bali” sudah terasa saat pesawat Boeing 737 seri 800 milik Lion Air mengudara dan meninggalkan bandara Soetta, hati saya dipenuhi oleh keriangan teramat sangat. Allah SWT dan semesta ternyata masih memberikan saya umur, rezeki, kesempatan dan kesehatan, hingga bisa kembali lagi ke pulau Dewata ini.
Dan perasaan itu semakin lengkap saat sampai di Alam Dania. Tempat yang kami pilih dari sekian banyak referensi yang didapatkan dari berbagai sumber. Semuanya kami telusuri pelan-pelan. Mulai dari lokasi, tata keindahan, review dari para tamu yang pernah menginap, dan tentu saja harga yang pas atau sesuai dengan budget kami.
Pemilihan villa ketimbang hotel pun ada latar belakangnya. Selain demi keamanan karena tidak berinteraksi dengan tamu yang lain, pergi berempat dan tinggal di 1 villa tentunya lebih efisien dan efektif ketimbang memesan 2 kamar hotel. Apalagi kemudian bisa berpuas-puas berenang dan beraktivitas seperti rumah sendiri. Dengan rate berkisar Rp 800.000,-/malam, Alam Dania sudah menetapkan harga yang pas untuk berlibur di Ubud. Apalagi dengan lingkungan yang bersih serta pelayanan yang patut diacungi jempol.
Saya tidak punya koreksi mayor untuk penginapan yang sudah beroperasi sejak 2017 ini. Review jujur dari para tamu sudah cukup mewakili apa yang juga saya rasakan. Poin utama yang mendapat pujian untuk Alam Dania adalah soal kebersihan dan keindahan lingkungannya. Saya setuju banget untuk 2 hal ini.
Masukan yang ingin saya tulis adalah soal sandal rumah. Rasanya akan sangat membantu jika ada slipper sebanyak 4 pasang untuk masing-masing tamu. Suhu udara yang cenderung dingin di Ubud tentunya kurang begitu nyaman di kaki orang-orang yang berusia banyak seperti saya.
Kemudian soal air mineral. Saya berharap Alam Dania menyiapkan mesin dispenser untuk air putih, dingin dan hangat. Walaupun ada teko penanak air, water dispenser lengkap dengan galonnya akan lebih praktis karena kita gak perlu membeli air mineral botolan lagi. Jadi buat teman-teman yang akan menginap disini, jangan lupa belanja dulu air mineral berbotol-botol agar tidak perlu keluar lagi untuk membeli. Apalagi di dekat penginapan tidak ada mini market.
Teman-teman yang akan ke Ubud bersama keluarga, boleh hubungi Bli I Made Punia di telepon +62 361 9000 465, +62 812 395 5012 atau kirim email ke alamdaniacottage@gmail.com. Di tautan-tautan booking on-line juga bisa. Termasuk AIR BNB tempat kami memesan. Untuk memilih kamar bisa juga mengintip ke tautan resmi mereka www.alamdaniacottageubud.com
Galeri Foto














selalu suka liatin interior hotel di bali selalu detail dan keren, hawa-hawa lburan terpancar dan jad pengen liburan kesana buat nenangin diri
Buat saya Bali selalu menyenangkan dan ngagenin. Asiknya ga ada obat Mbak hahahaha
Wuih… Seru banget ya kak liburannya… Bali emang ngangenin ya.
Cottage nya luar biasa, interiornya penuh dengan cita rasa tinggi.
Makasih ya kak, foto-fotonya bener2 bikin mupeng…
Ngangenin banget emang. Apalagi Ubud. Tempat yang lebih tenang, damai dan jauh dari keramaian. Semoga suatu saat bisa nginap disini juga ya Mas.
Sore kak Annie,suka deh dengan review Alam Dania Cottage Ubud. Foto-foto yang menarik menyatu dengan alam ditambah lagi dengan kamar utama yang dekat kolam renang.Ai…suka aku! terus toiletriesnya itu loh dari batu kokoh,ciri khas alamnya ditonjolkan banget.Dengan biaya sekitar 800 ribuan per malam, sebandinglah dengan fasilitas yang diberikan
Alhamdulillah. Terimakasih untuk complimentnya Kak Dennise. Bali selalu punya sisi istimewa di hati saya. Gak pernah bosan terus bolak-balik kemari
Wisata ke Bali tetap menjadi primadona pengunjung, referensi vila danianya alami dan cocok dengan rate nya terjangkau, kualitas layanan mendunia
Foto-fotonya bikin terasa ikut liburan meski virtual. Terasa tentram gitu ya Mba kalau dekat dengan alam dan toiletries-nya bikin saya salah fokus, unik banget dari batu ^^ Cocok untuk liburan bersama keluarga sekaligus self-healing.
Bangunan di Bali itu sebenarnya banyak yang mirip ya. Tapi semua terkesan unik dan memiliki daya tarik sendiri. Tidak bosan saya memandang semua fotonya. Yang ngambil pintar cari angelnya hehehe
berasa ada keseimbangan di tempat ini, semua unsur dari air dan tanah pun ada. cocok emang buat staycation nenangin pikiran. Bisa manja berenang sambil nikmati floating breakfast terus dengar kicauan burung. Abis itu jam siang bisa jalan-jalan di sekitar Ubud ke cafe-cafe lucu.
Kenapa sih kamar di sana aku suka lihat pake kelambu… berasa honeymoon *eh
Betul nian Ded. Tadinyo mereka memang ado yoga yang bikin suasana lebih terasa Ubud banget. Tapi semenjak pandemi, kegiatan itu tutup. Padahal pengen nyoba.
Itu kelebihan private pool villa Ded. Apalagi kalau ngajak rombongan. Waaahh puas nian nginep di villa tipe ini.
Daku memahaminya bila Bu Annie malah jadi gak banyak foto narsisnya haha, karena memang lokasi yang apik ini mah jadinya ingin pemandangan landscape, kuliner, suasana, begitupula kamarnya yang bakal jadi banyak di jepret.
Bali, salah satu tempat impian yang pengen banget saya kunjungi sejak dulu, sayangnya hingga kini belum kesampaian menginjakkan kaki ke sana. Doain semoga secepatnya saya bisa ke Bali dan menikmati keindahan alamnya yaa, Mba, amiiin
Villanya membuat betah yang menginap di sana ya Bu. Namun saya cukup kaget nih dengan lukisan yang ada di dinding kamar utama. Duh saya pengen banget merasakan floating breakfast nih
wah, seru banget liburannya. Semoga ada kesempatan materi juga menginjakkan kaki bersama keluarga kecilku di pula dewata ini.
baca tentang Bali dari tulisan Mbak Annie, serasa melihat pulau dewata beneran
pulau yag sangat indah karena dihuni dewata beneran, bukan sekadar kiasan
Setiap tempat di Bali, baik penginapannya, destiasinya selalu membuat pengunjung berdecak kagum. Budaya yang menyatu dengan masyarakat, alam yang lestari menjadi salahs atu daya tarik tersendiri juga. Ini Villa luas juga ya, 1200 m2, dan fasilitasnya bagus, unik
wow untuk villa yang menurutku viewnya oke dan looks mewah gini ratenya segitu sih memang worth it bangetttt ya mba, postingan ini aku keep ah buat referensi kalo nginep di Ubud
Bali itu emang keren banget, susananya itu asri sekaligus modern, kotanya 24 jam hidup terus, penginapannya bagus-bagus. Apalagi lokasi ini bikin mupeng kaya ibu bisa foto2dari berbagai sudut.
Wah pasti betah banget nginap di Alam Dania ini, lingkungannya hijau asri banget, apalagi ada privat poolnya juga.
Soal air mineral atau ketersediaan dispenser, semoga ada perbaikan ya dari Bli Punia, apalagi cottage nya ini jauh dari toko
Kangen banget jalan-jalan ke Bali nih. semoga tahun ini ada rejekinya supaya bisa bawa keluarga kecil ku ke Bali. hihi.
Yang udah pernah ke Ubid pasti susah moveon ya sama tempat ini, beneran cantik banget pemandangan yang disuguhkan.
Semoga next bisa kesana juga
Suasana alam Dania ini begitu indah, asri dan sejuk banget. Lihat foto-fotonya aja terasa adem. Apalagi kolam renangnya juga pas bersebelahan dengan kamar. Bisa puasa mandi, hehe.
Pastinya asyik banget ya Mbak bisa liburan bareng keluarga dan nginap di salah satu Villa yang ada di Ubud ini. Bisa jadi referensi juga nih kalau liburan ke sana.