Menikmati Semilir Angin Echo Beach di La Brisa Canggu Bali

Menikmati Semilir Angin Echo Beach di La Brisa Canggu Bali
3 years ago
Menikmati Semilir Angin Echo Beach di La Brisa Canggu Bali
la brisa front view | photo source : labrisa-bali.com

Saya memeriksa pesan whatsapp dari suami yang baru saja masuk. Isinya tentang mundurnya jadwal penerbangan saya dan rombongan kembali ke Jakarta. Dengan perubahan ini, berarti kami punya waktu lebih dari cukup untuk mampir dulu ke satu tempat, menikmati makan siang, sebelumnya akhirnya bersiap ke bandara internasional Ngurah Rai.

Sebelum berangkat ke Bali 4 hari yang lalu, saya sempat mencatat satu tempat untuk dikunjungi di seputaran Seminyak di hari terakhir berada di Bali. Tapi rencana tinggal rencana. Minggu pagi itu saya justru pergi ke tempat lain, bertemu beberapa teman, lalu balik ke Kaum Villa, tempat saya menginap. Dan karena bertambahnya barang bawaan, akhirnya acara packing pun harus dikerjakan kembali.

Seharusnya sih cafe yang sudah saya tandai itu bisa saya kunjungi tapi ternyata usulan dari adik ipar lebih menarik lagi dan jalurnya lebih dekat ke bandara. Namanya La Brisa yang mengklaim dirinya sebagai An Oasis By The Sea. Sebuah beach club yang berada di Echo Beach. Salah satu pantai di seputaran Canggu yang belum pernah sekalipun saya kunjungi.

baca juga : menjelajah rasa dan keindahan alam bebek joni restaurant ubud bali

Disambut Semilir Angin Echo Beach dan Halaman Depan yang Begitu Memesona

Hembusan angin yang cukup keras menyambut kami sesaat setelah turun dari mobil sewaan yang kami tumpangi. Pohon-pohon tinggi tampak melambai-lambai membisikkan semilir angin hingga menyentuh wajah yang sesiangan itu mulai dibanjiri oleh tetesan keringat. Cuaca panas memang sedang menerpa Bali setelah hampir seharian kemarin didominasi oleh hujan. Sumuk kalo orang Jawa bilang. Alih-alih pengen ngomel karena panas, saya malah terdiam melihat satu pemandangan yang lain dari biasanya di depan mata.

Beberapa petugas menyambut kami dengan ramah. Setaralah dengan ramahnya satpam BCA yang terkenal sangat friendly dan welcome dengan siapapun yang datang. Mereka meminta kami untuk scan aplikasi Peduli Lindungi lalu mencuci tangan di sebuah wastafel berwarna rose gold yang terpajang cantik dikelilingi oleh dekorasi kayu. Duh, baru disini aja, saya sudah merasakan vibes high-estetic yang menyenangkan hati. Papan kecil bertuliskan No Mask No Service langsung mengalihkan perhatian saya. An appropriate reminder that must be taken for everybody’s sake.

Melangkah ke area receptionist berupa sebuah pondokan kayu tanpa dinding dengan dekorasi yang apik dan berseni, seorang petugas meminta kami menunggu untuk dicarikan tempat duduk yang pas. Gak lama. Bahkan sebelum saya selesai mengagumi dan berusaha merekam keindahan halaman yang lapang ini, 5 menit kemudian pun petugas ini menemani kami berjalan di sebuah jalan setapak yang terbuat dari kayu.

Tapi saya memutuskan untuk tetap di area depan ini untuk sementara. 5 menit tadi terlalu singkat untuk menikmati kepintaran dan taste of art La Brisa dalam mengolah tempat. Disini, di area sekitar 300 meteran ini, La Brisa berhasil merubah lahan berumput gajah, menjadi sebuah space yang instagrammable dan sangat indah untuk dipotret.

Dari melangkah masuk, di sisi kanan terpajang sederetan perahu kayu yang dipasang tegak berdiri. Perahu ini disusun rapi sesuai dengan tingginya dan sentuhan rustik yang bikin setiap perahu terlihat memorable. Dengan lahan terbuka di depannya, rasanya setiap pengunjung wajib berfoto disini deh. Terkesan banget bahwa La Brisa ingin menampilkan nuansa pantai dan laut di tempat mereka. Cocoklah ya dengan konsep beach club.

Antara halaman depan menuju ke bagian tengah dari keseluruhan lahan, dibangun pagar kayu kecil-kecil yang dirangkai/diikat satu persatu dengan berbagai hiasan dan atau perlengkapan melaut serta pernak-pernik yang berhubungan dengan laut. Seperti jaring, biota laut, cangkang kerang yang disusun atau dirangkai apik, dayung perahu aneka warna dan lain-lain. Keren pake banget.

Melewati pagar yang keceh tadi, kita akan bertemu rumah putih atau broken white 2 lantai di kiri jalan. Terasnya penuh berlantai kayu yang dicat hitam dimana di salah satu spotnya dilengkapi dengan dekorasi juga serba kayu yang seperti ingin menunjukkan bahwa rumah ini adalah milik keluarga yang menggantungkan hidupnya dari melaut. Kesan itu semakin menjadi lengkap dengan tumbuhnya pohon-pohon kelapa jangkung sepanjang jalan dan tumbuh di sisi luar rumah. Ada satu tangga khusus di bagian luar untuk menggapai lantai 2 tapi sayang tempatnya tutup. Sepertinya sih bakal asih deh duduk-duduk di lantai 2 itu sambil bikin acara pribadi dengan teman-teman terdekat.

baca juga : menjadi saksi indahnya kintamani di the amora bali
Menikmati Semilir Angin Echo Beach di La Brisa Canggu Bali
wastafel yang cantik itu
Menikmati Semilir Angin Echo Beach di La Brisa Canggu Bali
perahu-perahu kayu rustik yang dipasang berdiri. ada di halaman depan la brisa dan tempat wajib foto bagi para pengunjung
Menikmati Semilir Angin Echo Beach di La Brisa Canggu Bali
pagar pembatas antara bagian depan dengan bagian dalam la brisa. Sentuhan dekorasi pantai dan laut menyempurnakan hijaunya alam yang dibangun oleh la brisa
Menikmati Semilir Angin Echo Beach di La Brisa Canggu Bali
salah satu foto spot yang istagenic di sebuah rumah putih yang berada tak jauh dari pintu masuk

Eco-friendly Deck yang Nyaman dan Asik

Menilik dan membaca rangkaian uraian tentang La Brisa di official website mereka, www.labrisa-bali.com, saya terkagum-kagum dengan konsep eco-friendly yang diuraikan di tautan tersebut. Jejak konsep yang sudah terasa saat melewati gerbang depan tadi. Mereka juga menyatakan bahwa La Brisa dibangun dengan menggunakan kayu yang diambil dari sebuah kapal yang sudah berusia 500 tahun. Kapal kayu yang dihiasi serta dikerjakan handmade and handcrafted. Jadi craftmanship nya bernilai tinggi dan tentu saja dijamin kualitasnya. Dan ini tuh terasa banget saat saya berkeliling dan memotret dari berbagai sudut. Kayu-kayu berkarakter kuat terpasang begitu kokoh di semua sisi.

OK. Let’s talk about the deck.

Kami mendapatkan meja yang lokasinya hanya beberapa langkah dari kasir bagian luar. Hembusan angin laut sangat terasa di sini. Bahkan deru air laut yang menghantam bibir pantai pun lumayan kencang terdengar. Mengakomodir dan menjalankan prokes yang ditetapkan pemerintah, terlihat baik meja maupun kursi yang disediakan ditempatkan cukup berjarak satu dengan lainnya. Tampak beberapa kelompok kecil tamu yang menempati area duduk yang jelas terpisah dari pengunjung lain. Semua crew La Brisa pun terlihat patuh menjaga jarak saat melayani konsumen dan selalu bermasker.

Setelah 3 hari keliling Ubud dan Seminyak, saya jarang bertemu dengan wisatawan asing. Di La Brisa sebagian besar tamu malah berisikan mereka. Wisatawan domestiknya hanya bisa dihitung jari. Dan karena kami duduk tak jauh dari kasir, saya kerap mendengar tetamu bule ini berbicara dalam bahasa Indonesia untuk menyelesaikan pembayaran. Bisa jadi mereka-mereka ini sudah lama tinggal di Bali, terjebak aturan untuk kembali ke negara mereka, atau memang sudah punya usaha dan menetap di Bali. Dugaan terakhir sepertinya yang lebih nyambung.

Sambil menunggu pesanan makanan dan minuman disajikan, seperti biasa, saya menyempatkan diri berkeliling dan memotret. Tadi sebelum mendapatkan meja, saya melewati bangunan 2 lantai full kayu yang besarnya mirip seperti bahtera Nabi Nuh. Besar banget. Dan semua atau nyaris 90% unsur bangunannya berasal dari kayu. Dihadapannya, selain disediakan area nongkrong yang dilengkapi dengan payung pantai, ada 2 buah kolam renang yang lumayan besar. Cukuplah untuk pasukan bocah jejeritan sambil main air, saat akses ke pantai sedang tidak kondusif seperti hari itu.

Melahirkan kesan bahwa kita berada di pantai, disana-sini kita bisa melihat pohon-pohon kelapa yang bertubuh jangkung dengan bentuk badan pohon yang sudah melengkung. Kabarnya lengkungan badan pohon ini disebabkan oleh hembusan angin kencang yang menghantam pohon. Bener gak sih?

Berdiri persis di tengah-tengah deck, saya menemukan sebuah tangga yang menghubungkan bagian deck atas dengan sisi terluar La Brisa yang persis berhadapan dengan bibir pantai. Di sini ada barisan tempat duduk kayu yang panjang berderet. dilengkapi dengan bantalan duduk yang berwarna-warni. Tidak ada siapapun disana karena memang pengunjung sedang tidak diijinkan berlama-lama berada di area ini. Ombak terlihat cukup tinggi dan keberadaan angin yang begitu kencang bisa jadi penyebab di depan tangga tadi ada 2 orang security yang berjaga-jaga dan memberitahukan larangan ini. Kami hanya diberikan waktu untuk berfoto sebentar di sebuah space tak jauh dari tangga, lalu diminta segera naik kembali. Reasonable sih untuk kondisi saat itu. Demi keselamatan dan kenyamanan pengunjung pastinya.

Dan dugaan saya benar saat salah seorang petugas keamanan tadi memberikan jawaban kepada seorang perempuan bule yang anaknya ngotot ingin main air di pantai. “Sorry Mam, this area is closed at the time being, You can comeback about 5pm with a better situation,” jelas si Bapak yang ramah banget (meski mukanya rada serem). Ah sayangnya. Seandainya pesawat saya bukan jam 5 sore ini, kayaknya saya bakalan nongkrong di sini deh. Setidaknya menikmati bergelas-gelas minuman dingin sembari menyambut sunset yang jadi andalan keindahan La Brisa untuk melengkapi hari.

Kalau lihat foto-foto dari websitenya sih, di depan bangku panjang tadi seharusnya ada berderet puluhan bean bags dengan payung-payung pantai, buat bersantai duduk berleha-leha. Persis saat saya berkunjung ke La Plancha Seminyak. Bedanya adalah jika di Seminyak pantainya cenderung landai, luas dengan pasir putih yang tebal, di Echo Beach ini pasir pantainya terlihat lebih gelap dan garis pantainya juga lebih curam. Tampak juga di berbagai sisi batu-batu karang yang sudah berlumut, terbentang dengan cantiknya. Warna alam yang dimunculkan dari lumut itu bisa loh mengangkat tone khusus yang menggabungkan warna pasir, biru laut dan langit, serta putihnya awan.

baca juga : memanjakan mata dengan lautan warna di la planca bar & restaurant, seminyak, bali
Menikmati Semilir Angin Echo Beach di La Brisa Canggu Bali
deck sisi terluar yang saya foto dari step tertinggi tangga yang berada di tengah
Menikmati Semilir Angin Echo Beach di La Brisa Canggu Bali
bangunan 2 lantai yang besar dan kokoh. struktur kuat dari semen putih menyanggah bertebarannya kayu-kayu yang terpasang disana-sini
Menikmati Semilir Angin Echo Beach di La Brisa Canggu Bali
deck terluar yang saya foto dari sisi terdekat dari meja kami, banyak tali-tali kabel dengan lampu-lampu kecil yang bertebaran di area ini. pasti cakep banget nih pas malam hari

Hidangan yang Kaya Rasa

Saya pun bergegas kembali ke meja kami setelah puas mengitari deck dan merekam setiap sisi premises yang sarat mengundang kekaguman. Tak berapa lama pesanan kami pun datang satu persatu.

Untuk kunjungan pertama ini kami memesan makanan yang bisa dinikmati keroyokan seperti Chicken Wings seharga 90K, French Fries seharga 55K, Fried Calamari seharga 90K dan Di Mare Pizza seharga 140K. Sementara untuk minumannya saya memesan Lychee Iced Tea seharga 35K, Hot Chocolate seharga 40K, Orange Juice seharga 30K dan Lemon Iced Tea seharga 35K. Saya sempat memesan Orange Juice segelas penuh lagi karena tenggorokan benar-benar minta dimanjakan di tengah serbuan udara panas yang mendera. Selain harga-harga yang disebutkan diatas, kami dikenakan 10% VAT dan 7% service charge.

Dari rangkaian deretan menu yang saya intip via website, La Brisa menegaskan bahwa semua raw ingridients yang digunakan untuk setiap panganan yang dihidangkan adalah berasal dan merupakan hasil kerjasama dengan para petani dan produsen dari produk-produk organik yang ditumbuh kembangkan di Indonesia.

Again, setelah menikmati Signature Pizzanya The Amora Bali yang juga tipis dan kaya dengan keju Mozarella nya, kali ini saya menyantap pizza sejenis di La Brisa. Di Mare Pizza yang kami santap sesiangan itu mengandung garlic prawn, roasted peppers, capers, parmesan cheese dan tentu saja favorit saya, keju mozarella. Rasanya? Duh jangan ditanya deh. Saya langsung mingkem dan asik mengunyah sampai si pizza tandas tak bersisa.

Makanan yang lain gimana? Pokoknya ludes dan lancar masuk lambung kami dalam sekejap.

Selain rasa yang terjamin, koleksi ceramic plates nya juga cantik pake banget. Kecuali pizza yang memang ditaruh di atas piring kayu (yang menurut saya kurang besar sedikit). Ya ampun, mendadak saya teringat bahwa misi utama ke Bali dalam rangka menemukan dan memborong perangkat makan keramik dari Bali terpaksa saya batalkan kemarin siang. Alih-alih mampir ke beberapa outlet keramik yang berada di seputaran Jl. Danau Poso, saya malah mendapati beberapa dari mereka sedang tutup karena pandemi. Padahal sudah memimpikan bertemu keramik unik, antik dengan unusual shape sudah bertengger di kepala saya sebelum berangkat 4 hari yang lalu.

Mungkin ini jadi pertanda alam bahwa saya harus balik lagi ke Bali dengan misi khusus berburu ceramics tableware. Modus tiada akhir.

Menikmati Semilir Angin Echo Beach di La Brisa Canggu Bali
di mare pizza nya la brisa. one of the best thin pizza yang pernah saya rasakan. kelezatannya bahkan masih terasa di ujung lidah hingga saat ini
Menikmati Semilir Angin Echo Beach di La Brisa Canggu Bali
saya dan di mare pizzza dan orange juice yang mantab tiada dua

Kesan Khusus dan Istimewa Dari Saya Untuk La Brisa

Saya sudah ke beberapa beach club yang ada di Bali dan tersebar di beberapa wilayah yang jadi favoritnya wisatawan. Ada yang di Kuta, Seminyak, Nusa Dua, Uluwatu dan tentu saja Canggu. Ada yang memiliki infinite pool sebagai andalan, Tapi ada juga yang mengandalkan acara duduk-duduk nongkrong di atas colorful bean bags sebagai ciri khasnya. Intinya adalah ngobrol, makan, minum sepuasnya, bermain air di pantai hingga akhirnya menikmati indah goresan warna saat sunset tiba.

Dengan tiket masuk yang beragam, setiap sore, dulu sebelum masa pandemi, beach club ini selalu sesak oleh pengunjung. Bahkan hingga tumpah ruah tak cuma oleh orang dewasa tapi juga oleh anak-anak yang jejeritan riang gembira.

Tiket masuk yang dibeli tadi dapat ditukar dengan makanan dan minuman yang tentu saja seharga tiket tersebut. Tapi mereka tidak mengijinkan kita (baca: para tetamu) untuk mereimburse selisih uang tiket tersebut jika ternyata apa yang kita belanjakan jumlahnya masih dibawah harga tiket. Biasanya sih angkanya nanggung jadi kita terdorong untuk nambah lagi supaya tidak berasa rugi.

Tetapi ada juga beach club yang tanpa tiket masuk tapi menentukan minimum pembelanjaan di angka tertentu. Ini yang kebanyakan terjadi. Uang tidak diberikan diawal, tapi pemilik tempat mempercayai pengunjungnnya untuk commit kepada ketetapan ini.

Yang lebih seru lagi, ada beach club yang mendahulukan tamu asing baru setelah itu tamu domestik. It happened kawan. Ngalamin sendiri soalnya. Di negeri tercinta dimana saya dilahirkan. Ah, segen rasanya kalau cerita ini. Something that actually I’d decided not to recall for the rest of my life.

Tapi setelah pikir-pikir, eh that’s not fair man. Incase of buried the memory, saya akhirnya “menandai” tempat ini dengan menyebarkan pengalaman pahit tersebut kepada banyak teman pejalan. Termasuk puluhan teman-teman bule yang juga addict main ke beach club.

Dan tak lama dari kejadian saya itu, ternyata tempat tersebut akhirnya kena batunya. Yang sidak bukan orang sembarangan pulak. Tapi teman saya yang memang anggota dewan dan duduk di komisi yang berhubungan dengan tetek bengek soal pariwisata. “Gue penasaran sama omongan lo Nie. Jadi gue buktikan sendiri,” Maknyes. Langsung dapat tegoran dong. Tak lama akhirnya tutup karena bule-bule pun banyak yang protes. We don’t accept racism. Yeaahhh.

Eh jadi ngelantur. Kita lanjut tentang kesan saya untuk La Brisa ya.

Setelah lama tidak nongkrong di beach club selama pandemi, jujur saya segan pergi ke tempat seperti ini di jam-jam siang. Panas kejengkang dan keringat bercucuran yang jadi salahdua momok dalam kenyamanan hidup, berputar-putar dalam pikiran. Tapi saat turun dari kendaraan tadi, keraguan saya malah langsung berubah jadi penasaran.

Memang sih angin panas laut di siang hari itu pasti tak terhindarkan. Namun setidaknya La Brisa menanam sedemikian banyak pohon yang menurut hemat saya, mampu mengurangi sentuhan langsung cahaya matahari. Dan unsur kayu yang dihadirkan disana-sini, tentunya sedikit banyak memunculkan rasa adem yang nyaman untuk duduk berlama-lama.

Mari kita buktikan.

Saya menyempatkan diri duduk di kursi kayu yang berada di pinggir kolam renang. Bener loh. Ternyata asik juga. Semilir angin yang menerpa wajah lebih memunculkan efek ngantuk ketimbang kepanasan. Banyaknya pohon-pohon kelapa ternyata mampu meneduhkan area tersebut. Bahkan terlihat banyak kelompok pengunjung yang leyeh-leyeh, tidur-tiduran di atas bantalan/dudukan sofa kayu. Yang pasti tempatnya memang dibuat agar kita bisa selonjoran dan bebaringan. Asik banget dah ah. Lagi-lagi, seandainya di hari itu saya tidak harus pulang ke Jakarta, cus yakin pengen ngaso di La Brisa sampe tempatnya tutup.

Asiknya lagi, La Brisa bukan hanya eksis sebagai beach club atau cafe and resto aja. Mereka memantabkan diri sebagai one of the best lifestyle destination venue in Bali. Dan itu sungguh keren pake banget. Di sini kita bisa mengadakan dan menghadiri beragam event seperti La Brisa’s Farmers Day setiap Minggu, live music, atau acara-acara lain yang tentu saja membuat semarak hadirnya La Brisa di Canggu Bali.

Yang punya rencana berlibur ke Bali sempatkan main ke La Brisa ya. Jangan lupa nyobain pizza dan chicken wings nya. Kalo berbanyak, pesan 2 porsi sekalian. Ngajak anak-anak juga seru karena kolam renangnya relatif cetek. Kebersihannya sangat terjaga pulak. Dijamin bocah-bocah bakal ogah disuruh istirahat.

Yang paling penting juga adalah banyak banget spot-spot foto yang istagenic. Mulai dari area penerimaan tamu tadi sampai ke pinggir pantai. Seru tanpa jeda untuk mengisi feed media sosial kita.

Mbali yuk!! Dan jangan lupa ajak saya ya.

Galeri Foto

Menikmati Semilir Angin Echo Beach di La Brisa Canggu Bali
tempat nongkrong yang ada di bibir pantai
Menikmati Semilir Angin Echo Beach di La Brisa Canggu Bali
fried calamary. Gorengannya crunchy dengan mayonaise yang enak
Menikmati Semilir Angin Echo Beach di La Brisa Canggu Bali
chicken wings. berharap isinya bisa lebih banyak
Menikmati Semilir Angin Echo Beach di La Brisa Canggu Bali
kolam renang yang menyenangkan itu
Menikmati Semilir Angin Echo Beach di La Brisa Canggu Bali
salah satu sudut dari rumah putih yang berada di tengah. di belakang saya ada tangga kayu yang membawa kita ke lantai dua
Menikmati Semilir Angin Echo Beach di La Brisa Canggu Bali
derasnya hembusan angin yang menyentuh wajah. anak saya (fiona), adik ipar saya (Metty) dan keponakan saya (gita) sedang berjuang menghafal eh mengamati menu yang berderet sangat banyak
Menikmati Semilir Angin Echo Beach di La Brisa Canggu Bali
reception area. titik kesibukan di awal berkunjung
Menikmati Semilir Angin Echo Beach di La Brisa Canggu Bali
kolam renang terlihat dari kejauhan. di belakangnya ada sebuah rumah 2 lantai yang berukuran grande seperti bahtera nabi nuh. sebuah daya tampung yang gak main-main
Menikmati Semilir Angin Echo Beach di La Brisa Canggu Bali
rumah putih di bagian tengah dari keseluruhan area. banyak sudut-sudut cantik yang instagramable disini.
Menikmati Semilir Angin Echo Beach di La Brisa Canggu Bali

18 Comments Leave a Reply

    • Dan ini karena di Bali. Entah kenapa wisatawan asing tuh lebih diprioritaskan dalam perkara apapun. Mungkin karena harga dan belanja untuk mereka lebih banyak ketimbang wisatawan domestik kali ya. Seperti di cafe atau resto, pas nongkrong, bule pesannya liquor yang ratusan ribu harganya. Sementara kita-kita cuma pesan minuman yang puluhan ribu hahahaha.

  1. Aku paling benci baca artikel ginian. Bikin mupeng…
    Pemandangan pantai aja udah bagus banget, ditambah lagi bali yang adem. Terus beach club nya juga keren banget, echo banget.
    Fix, ini aku catat di wishlist ku kalo ke Bali.
    Makasih kak Annie… Foto-fotonya gak ada yang B aja, semuanya baguussss

    • Hahahahaha. Maapken. Secara ya saya paling seneng bikin liputan traveling yang lengkap dengan foto-fotonya. Tapi semoga dengan begini Mas Taufiq jadi tambah semangat jalan-jalan. Terutama menjelajah Bali yang gak pernah kehabisan tempat cantik untuk dikunjungi.

  2. Ka Annie ceritanya seru banget.Kagum aku dengan foto spot yang ada disini terutama saat memasuki halaman depan La Brisa di pajang perahu-perahu kayu rustik yang ternyata dari kayu kapal yang usianya 500 tahun. wow…wow…membayangkan betapa nyamannya menikmati liburan disana ya kak. Apalagi foto di deck viewnya ke pantai.
    Terus ditemani oleh pizza dan orange juice, angin sepoi-sepoi, ahh kok jadi berhayal ya kak. Ngayal dulu deh siapa tau nanti kesampaian kesana

    • Aamiin YRA. Semoga suatu saat Kak Dennise dan keluarga bisa menginjakkan kaki di La Brisa Bali. Highly recommended pokoknya Kak. Bali terasa istimewa saat berada disini.

  3. No Mask No service

    harusnya di semua tempat (toko/minimarket/supermarket dll) memasang pengumuman ini ya?

    karena aneh banget, pandemi belum usai, malah angka penderita melonjak

    bahkan pemerintah memberlakukan PPKM, orang2 di sekitar saya udah gak pake masker

  4. Angin yang menerpa terasa kencang, karena hembusannya mengibarkan (haddeh bendera kali berkibar, hehe) apa yang ada.

    Berasa itu kencengnya angin, tapi bikin adem juga ya karena suasana pantai.
    Dan tertarik sama perahunya, yang daku setuju jadi spot berfoto, karena unik

  5. Tempatnya keren banget sih, Mba. Foto-foto makanannya juga bikin nelan ludah. Sungguh menggoda dan seolah memanggil-manggil saya untuk segera ke situ juga

  6. Kak Annie selalu deh keren foto dan ceritanya hehe.. Tempat ini keren banget ya kak.. Suka banget sama nuansa naturalnya..ciri khas tempat2 wisata di Bali..

  7. Saya belum pernah ke beach club. Pertama, nggak tau harus nyiapin dompet berapa. Kedua, takut ditolak karena saya WNI :))

    Tapi review La Brisa ini cukup menenangkan. Mungkin akan ke sana kapan-kapan :)

    • Ada beberapa cafe dan beach club yang menolak KTP Mbak Vicky. Saya pernah ngalamin ditolak sama cafe yang berada di Kuta, persis di depan Ground Zero, yang akhirnya dibom itu. Yang La Brisa ini KTP berlaku kok Mbak hihihihihihi. Aman dan damai. Prokesnya juga bagus.

  8. MasyaAllah tempatnya unik, asyik, instgramable banget, dan ecofriendly abis. Istilahnya oase di tengah pantai ini keren. Padahal oase biasanya di gurun pasir. Jadilah buat orang penasaran. Duh, ada kolam renangnya lagi. Makan, renang, dan menikmati pemandangan kece, akh, nikmat Tuhan yang mana lagi yang harus didustakan. Seru banget Bun. Semoga saya juga bisa berkunjung ke sini suatu saat, aamiin.

    • Sejauh saya berkeliling nyobain beberapa beach club, sepertinya La Brisa sekarang bertengger di nomor teratas. Dan saya pengen balik lagi, sengaja pengen datang di weekend supaya bisa lihat sunday’s marketnya. Tapi tentu saja nunggu situasi sudah kondusif ya.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

About Me

Annie Nugraha adalah ibu dua orang anak yang saat ini tinggal di Cikarang, Kabupaten Bekasi. Hobinya membaca, nonton berbagai genre film dan drama serta mengulik beragam dunia kreativitas. Selain mendalami dunia tulis menulis, Annie Nugraha juga adalah seorang pengajar, crafterwire jewelry designer dan pembelajar aktif di dunia photography.


Annie Nugraha dapat dihubungi via email annie.nugraha@gmail.com, atau  WA +62-811-108-582. Profilnya juga bisa dilihat di IG : @annie_nugraha, @annie_nugraha_handmade_jewelry
(untuk menampilkan karya-karya perhiasan handmade milik Annie) dan @pondok_antologi (untuk jejak langkah di dunia publishing dan literasi)

Blog ini adalah sebuah legacy. Warisan bagi siapa pun yang sempat mengenalnya. Sebuah kenangan tak bernilai jika di satu masa hanya tulisan-tulisan inilah yang menjadi bukti bahwa dia pernah hadir dan ada di dunia.

Don't Miss

Menyaksikan Lembah Keindahan di Alas Harum Tegallalang Bali

Menyaksikan Lembah Keindahan di Alas Harum Tegallalang Bali

Saya awalnya menemukan Alas Harum dari beberapa artikel on-line beberapa hari sebelum
Menjadi Saksi Indahnya Kintamani di The Amora Bali

Menjadi Saksi Indahnya Kintamani di The Amora Bali

Berkunjung ke Kintamani jadi agenda ke-2 selama kami mengitari Ubud. Setelah sempat