Ke Ubud terus gak nikmatin sajian lezat bonus pemandangan yang menyegarkan dan up-to-date? Itu berarti perjalanan mu ke Ubud belum komplit kawan. Beneran.
Banyak orang, rasanya, pasti tahu seperti apa Ubud itu. Di jejaring media sosial aja bejibun informasi tentang Ubud. Apalagi yang sering main, berwisata, bahkan berlama-lama menginap ke dan di salah satu sudut pegunungan Bali ini. Selain menjamurnya tempat-tempat yang kaya keindahan alam dari waktu ke waktu, Ubud juga adalah lokasi yang paling asik buat sementara waktu menjauh dari kebisingan. Menikmati, setidaknya, perbedaan suasana dari rutinitas yang tiap hari kita hadapi.
Udaranya juga relatif lebih segar dengan banyak sudut-sudut yang masih dipertahankan keasriannya. Apalagi jika menginap di cottage, bungalow atau bahkan guest house yang berada di desa-desa yang masih sepi dan masih jarang penduduknya. Jadi jangan kaget ya, justru di area-area yang nyempil seperti ini, kita menemukan tempat menginap, tempat nongkrong yang juga menghadirkan makanan dan minuman yang rich of taste. Dan itu mampu meninggalkan kesan yang tak terlupakan.
Ini nih yang saya alami dengan Bebek Joni Restaurant yang berada di Jl. Raya Goa Gajah, Peliatan. Menjelajah rasa dan keindahan alam menjadi satu paket lengkap untuk semua indera tubuh yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa.

Pertama Kali Bertemu Dengan Bebek Joni Restaurant

Sebelum kunjungan yang ini, akhir Desember 2021, kalau tidak salah hitung, saya kemari sekitar hampir setahun sebelum pandemi merebak di tanah air. Most probably di awal 2019. Sengaja datang kemari hanya untuk menyesap rasa bebek gorengnya (crispy duck) kembali dengan 2 orang teman yang hampir rutin menemani saya makan disini. Tapi jauh sebelum itu saya sebenarnya sudah sering bersantap di tempat ini. Langganan tetap sepertinya. Karena setiap saya ke Bali, bisa dipastikan selalu bela-belain mampir ke sini, memasukkan waktu khusus dari rangkaian kunjungan saya ke Ubud.
Saat pertama kali mengenal Bebek Joni Restaurant, tempat ini hanya berupa restoran kecil. Setting-up nya seperti warnas (warung nasi) dengan bebek garing sebagai ultimate course nya. Ada beberapa meja kayu bertaplak plastik dengan kursi lipat merek Chitose yang menemani meja-meja tersebut. Tahu kan kursis Chitose? Kursi besi kopong dengan sandaran dan dudukan berbusa dan dilapis kulit artificial yang biasanya berwarna hitam. Jaman dulu, kalau kondangan kawinan, kursi inilah yang sering dipakai untuk tamu.
Lahannya tidak begitu luas meskipun juga tidak bisa dibilang sempit. Tapi parkiran depannya, jika berdesak-desakan, bisalah untuk sekitar 8 mobil. Sementara di sebelahnya itu ada sekolahan atau kantor apa gitu ya. Udah lupa saya saking lamanya. Yang pasti, posisinya persis berdampingan dengan Bebek Joni Restaurant.
Waktu diajak kesini pertama kalinya, saya sempat underestimate. Mengingat bahwa banyak resto yang jauh lebih mentereng visualnya ketimbang Bebek Joni Restaurant. Bahkan gak jauh dari situ ada resto yang juga mengusung nama “bebek”. Resto milik seorang petinggi di Bali dan tercatat dengan sales effects yang lebih dahsyat. Hal itu diidentifikasikan dengan tak hentinya mobil travel parkir disana. Bahkan saya sering melihat wisatawan asing berkunjung dengan jumlah rombongan yang tidak sedikit. Ngetop banget lah pokoknya.
“Tenang aja Mbak Annie. Yang itu memang ngetop. Tapi resto yang akan kita kunjungi, menurutku, bebek crispy nya jauh lebih jempolan,” sahut seorang sahabat, yang pertama kali mengenalkan saya dengan Bebek Joni Restaurant.
Baiklah. Sebagai sesama pejajan, referensi pribadi tentunya lebih mantab kan?
Jadi meskipun dengan (sedikit) keraguan, saya menikmati bebek crispy yang direkomendasikan.
Lantas gimana hasilnya? Empat jempol dong pastinya. Dari kunjungan awal itulah akhirnya lahir berjilid-jilid kunjungan berikutnya. Dari setiap ngelencer ke Bali 3-4 kali dalam setahun, saya pun khatam jalan ke Bebek Joni Restaurant hingga menjadi saksi hidup bagaimana resto ini berkembang, meluas dan semakin cantik dari tahun ke tahun.
Dari sekian kali nongkrong di tempat ini, saya sempat menulis tentang Bebek Joni Restaurant di 2017. Tulisan dan banyak foto yang terus bertengger di halaman depan pencarian Google dengan review di platform yang sama.
baca juga : bebek joni restoran, ubud, bali. kaya pemandangan di tengah persaingan


Mampir Lagi di Desember 2021
baca juga : menjadi saksi indahnya kintamani di the amora bali
Saat ke Bali lagi di akhir Desember 2021 bersama putri saya, adik ipar dan keponakan, kami menginap 3 hari 2 malam di Alam Dania Cottage yang berada di desa Kelaba Moding. Lalu berpindah ke Seminyak untuk 1 malam sebelum akhirnya pulang ke Jakarta. Saat berkendara menuju Seminyak inilah kami menyempatkan diri mampir ke Bebek Joni Restaurant untuk makan siang. Setelah tentu saja memastikan bahwa restoran favorit saya ini beroperasi seperti biasa.
Finally, setelah 3 tahun yang sarat rasa kangen, saya menginjakkan kaki kembali di Bebek Joni Restaurant.
Kejutan dan rangkaian kekaguman pun langsung menyeruak.
Hal pertama yang begitu mengesankan adalah jalan masuk. Sebuah perubahan besar sudah terjadi. Jika dulu para tamu harus menelusuri sebuah gang kecil dengan lebar yang cukup dilewati oleh 1 kendaraan untuk mencapai pintu depan resto, kali ini sudah jauh lebih luas. Dengan signage yang juga lebih besar dan mudah terbaca, Bebek Joni Restaurant sepertinya ingin lebih terlihat mampu merengkuh tamu lebih banyak. Dan itu dibuktikan juga dengan lahan parkir yang gak main-main besarnya.
Galeri seni dan lukisan masih eksis di bangunan bagian depan. Saya tidak pernah secara khusus masuk ke galeri ini tapi sempat melihat beberapa lukisan indah yang diletakkan di sisi luar saat galeri tersebut sedang dalam perbaikan.
Hal lain yang mendadak melecut kekaguman di area masuk adalah berdirinya sebuah bangunan atau rumah kecil dengan atap lancip yang berfungsi sebagai area drop-off dan penerimaan tamu. Meski tidak megah layaknya lobi sebuah hotel berbintang, kehadirannya sudah melahirkan impresi berbeda, setidaknya untuk loyal customer seperti saya. Dulu setiap tamu yang datang hanya melewati sebuah jalan masuk yang dilengkapi dengan kolam kecil dan berbagai patung bebek. Artistik sekali. Sekarang sentuhan seni nya sudah sangat berbeda. Lebih condong ke arah modern dengan konsep yang sangat jauh berbeda.
Baru di bagian depan sini aja, saya sudah tak bisa menyembunyikan kekaguman.
Rasa itupun semakin lengkap saat kami berempat melangkah masuk, berbelok kekiri dan menempati sebuah gazebo kayu yang cukup besar untuk ditempati setidaknya 6 orang dewasa. Sebelum mencapai gazebo ini, kami melewati area dine-in yang lama, di sisi kanan area kedatangan tadi, dengan sekitar 500m2 sawah di hadapan lalu menyusuri bangunan 2 lantai yang ada di sisi kiri.
Tak jauh dari area makan lama yang tadi kami lewati, Bebek Joni Restaurant tetap mempertahankan sebuah patung Dewi Sri yang tegak berdiri di tengah lahan persawahan. Sawahnya pun masih seindah dan serapih dulu. Hanya saja saat kami datang, padi yang ditanam sepertinya belum lama ditandur. Sungai kecil diantara area makan dan sawah pun masih terlihat sangat terawat. Efek yang melahirkan rasa tenang dan menjadi penjembatan yang apik antara tempat makan dan sawah yang terbentang.
Sebelum kunjungan di 2021 ini, di awal 2019 itu, pondokan kecil-kecil, area makan setengah terbuka dengan atap rumbia dengan banyak dudukan kayu sudah ada di sana. Pun dengan sebuah danau buatan yang dipisah oleh jalan setapak menuju sebuah panggung yang biasa kita lihat saat menonton pertunjukan-pertunjukan seni di Bali. Kalau dulu masih minim dekorasi, tapi saat itu danaunya sudah memelihara bunga teratai dan sudah ada tulisan BEBEK JONI di bagian depan panggungnya.


baca juga : menyesap indahnya semesta dan keheningan bali di alam dania cottage ubud
Di dekat rumah tak berdinding tadi, ada tempat sejenis yang sama dengan atap rumbia yang sama lebatnya. Ini juga tempatnya luas luar biasa. Selain gedung 2 lantai yang dilewati tadi, rumah tanpa dinding berbentuk U ini sepertinya cocok buat jadi venue private party atau family and company gathering. Kalau melihat sekilas luasnya, bisalah menampung sekitar 100an orang. Bahkan lebih jika acaranya diadakan dengan konsep standing party. Di sini juga adem dengan aneka tanaman, pohon-pohon tinggi dan dekorasi batu yang nyeni tak terkira.
Melengkapi nuansa air, selain danau di depan panggung batu tadi, ada juga danau bulat dikelilingi rerumputan dan diisi dengan ribuan teratai plus sebuah spot foto. Mungkin bagi sebagian orang spot foto seperti ini terlalu kekanakan atau satu rancang bangun luar ruang yang berlebihan karena kesannya tidak alami. Tapi bagi saya, justru punya nilai seni yang patut dihargai. Dengan bangunan semen yang dibuat tinggi dengan background berbentuk hati yang diramaikan dengan berbagai printilan dan patung-patung bebek di sekitarnya, saya kagum dan suka banget dengan idenya. Dan berfoto di sini, menurut saya, selain sebagai kenang-kenangan adalah juga bentuk satu penghargaan kepada seniman yang mengerjakannya.

Satu lagi yang sangat mengesankan di Bebek Joni Restaurant adalah sawah terbentang sepanjang mata memandang. Satu sajian khusus yang jarang dimiliki oleh berbagai resto. Entertaining views yang biasanya menjadi unggulan bagi hotel-hotel bintang 5 yang memang ingin menghadirkan nuansa alam.
Eh, ngomongin soal hotel, kalau saya boleh mengusulkan, bangunan 2 lantai yang ada disisi depan rasanya pas loh buat dijadikan hotel atau penginapan. Saya sempat naik ke lantai 2 bangunan itu dan memotret. MashaAllah. Suasananya kok ya pas banget untuk indera penglihatan kita. Duduk di teras luar kamar, sambil ngemil atau makan dan menyeruput kopi hitam. Nikmatnya dunia.
Kita teruskan penelusuran ya. Sedikit lagi.
Di belakang danau tempat saya berfoto tadi, ada sebuah jalan kecil menuju bagian terjauh dari Bebek Joni Restaurant. Disini disediakan gazebo buat nongkrong-nongkrong dan sepasang ayunan dengan tali gantung yang tinggi banget. Ini kalau lahan yang ada di sebelahnya dibuka, sepertinya cocok untuk dibuat lapangan besar untuk acara-acara outdoor yang mampu menampung publik yang sangat banyak. Mudah-mudahan ya lahan itu adalah milik Bebek Joni Restaurant. Jadi impian saya ini bisa diwujudkan oleh Bebek Joni Restaurant.
Bebek Goreng Garing/Crispy Favorit Saya

Dari awal saya berkunjung hingga yang terakhir, saya selalu memesan bebek goreng garing (crispy duck) khas Bebek Joni Restaurant. Plating yang terbaru adalah di atas piring kayu yang dialasi oleh selembar daun pisang. Isinya masih tetap edisi lama. 1/2 ekor daging bebek, setangkup besar nasi, lalapan, sayur urap, sate lilit, 2 macam sambal dan kerupuk.
Rasanya masih enak seperti dulu. Tapi saya berharap agar sayur urapnya bisa lebih banyak lagi begitupun dengan sambal matahnya. Memperbanyak isi rasanya lebih mantul ketimbang minyaknya. Karena dalam kamus permamahbiakan saya, yang namanya sambal matah itu sewajarnya penuh dengan campuran irisan bawang merah dengan cabe rawit yang menyertainya. Tapi asiknya, kita bisa minta kok tambahan sambal matah itu. Persis seperti yang kami lakukan. Biar banyaknya seimbang dengan suapan nasi dan cocolan bebek yang ukurannya lumayan besar itu.
Namun yang terpenting diatas segalanya adalah bahwa bebek gorengnya tetap terjaga kualitasnya. Garingnya pas, tak berbau dan tak berminyak tapi tetap lunak dan lembut untuk dikunyah.
Untuk sepiring bebek goreng garing tersebut, kita dikenakan biaya Rp 105.000,-/piring. Reasonable enough karena asupan sejenis di restoran setara yang lainnya, sajian ini berada di range harga yang sama. Yang jauh diatas rata-rata adalah harga untuk minuman dan makanan penutup. Menurut saya sih 2 kali lipat dari harga yang umum kita temui di berbagai restoran lainnya. Oia jangan lupa juga bahwa Bebek Joni Restaurant menerapkan 15% pajak. Dan itu penting untuk kita perhitungkan ya.
Yang gemar kerupuk, bisa menemukan surganya disini karena Bebek Joni Restaurant menyediakan banyak ragam kerupuk yang asik dibawa ngobrol-ngobrol sambil nunggu makanan datang. Tadi, saat menyusur bagunan utama di ruangan seperti toko kecil, ada beragam camilan yang sering kita jumpai selama ngelencer ke Bali. Meskipun bukan toko oleh-oleh yang besar, tapi setidaknya cukup lah untuk sekedar mengisi waktu.
Oia, baru keinget, pernah sekali rekan seperjalanan yang saya bawa kemari, makan sandwich yang dihidangkan dengan kentang goreng. Dia memasan ini karena tidak suka dengan masakan bebek apapun wujudnya. Saya sempat mencoba sedikit dan rasanya patut dapat pujian. Bukan karena saya juga penggemar sandwich ya. Tapi karena memang komposisi isinya tuh pas banget. Tidak terlalu tumpah ruah tapi sangat pas untuk memanjakan lidah.
Kesan Saya Untuk Bebek Joni Restaurant
Berulang kali bertamu ke Bebek Joni Restaurant ternyata tidak pernah membuat saya bosan. Perpaduan antara kenyamanan lambung dan keindahan alam, terutama sawahnya yang subur dan terawat, menjadikan tempat ini worth visiting. Setidaknya untuk saya yang hidupnya terkepung daerah industri dan berbalok-balok bangunan pabrik.
Karena alasan itulah saya termasuk sering mengisi setengah waktu untuk berekreasi atau mengunjungi tempat-tempat yang membuat hidup lebih berwarna. Bersantap di resto berkualitas, staycation di beberapa tempat menginap yang disarankan beberapa pejalan, melengkapi salah satu profesi saya sebagai travel blogger. Pun akhirnya bisa menceritakan pengalaman tersebut lewat blog yang sudah saya rintis sejak 2017 ini.
Ada kesenangan yang tidak bisa terwakilkan oleh kata-kata saat menemukan tempat-tempat yang saya tulis dijadikan referensi atau bahan pertimbangan untuk dikunjungi bagi orang lain. Berbagi foto dan ulasan di Google Maps pun telah melahirkan kebanggaan di sisi yang lain. Sekian banyak viewers menghubungi saya lewat email atau WA yang kemudian tentu saja saya jawab dengan sukacita dan rangkaian informasi jujur yang saya dapatkan dari pengalaman pribadi.
Begitupun saat pertamakali saya mengulas tentang Bebek Joni Restaurant di artikel sebelum ini yang saya tulis pada 2017. Sungguh tidak menyangka bahwa pada akhirnya banyak sekali dari mereka yang mengucapkan terimakasih saat merasakan sendiri nikmatnya sepiring bebek goreng crispy, berfoto di berbagai spot yang istagenic, serta duduk dengan hati bahagia sembari menikmati semilir angin dan kedamaian melihat bentangan sawah yang hijau menghampar di depan mata.
Ingin turut menjelajah rasa dan keindahan Bebek Joni Restaurant? Yok mampirlah ke resto ini saat berada di Ubud.
Galeri Foto







