Travellers On Fire. Buku Antologi Sarat Cerita Dari 35 orang Penulis.

Saya senang membaca buku antologi. Buku yang dikerjakan keroyokan. Kenapa? Karena dari 1 buku saya bisa dapatkan banyak ragam. Mulai dari gaya bercerita, penguasaan diksi, dan tentu saja kekayaan sudut pandang seseorang akan sesuatu hal yang (mungkin) tidak pernah terpikirkan oleh kita. Terkadang juga ada pengungkapan rasa yang hinggap di benak dan hati pribadi penulis untuk kita resapi dari efek yang berbeda. Keragaman inilah yang sering kali mengajarkan banyak hal kepada saya. Terutama untuk meningkatkan skill dalam menulis dan menyerap materi dengan baik agar bisa disampaikan kembali dengan baik pula.

Lahir Dari Sebuah Kebersamaan

Buku bancakan 35 orang traveler and writer yang lahir dari sebuah komunitas Writerpreneur Club ini, dibimbing oleh Deka Amalia (Deka). Seorang penulis, mantan dosen sastra, dan founder dari Writerpreneur Club. Writing coach yang sudah melahirkan ratusan karya di dunia literasi dan project penulisan yang apik dan berisi.

Melalui kelas menulis yang diadakan intensif selama 2 bulan, Deka kemudian mengajak para peserta pelatihan untuk melahirkan sebuah buku bersama. Setiap personal dilibatkan dalam penyusunan naskah dari pengalaman pribadi untuk kemudian melalui beberapa tahapan seperti proses penyusunan draft, riset, revisi, editing, hingga kesepakatan menentukan judul buku.

“Alhamdulillah semua penulis semangat. Proses penerbitan selama 1.5 bulan dan semua usaha keras yang sudah dilakukan diganjar dengan penjualan yang lancar. Sold out sebanyak 500 eksemplar,” begitu yang disampaikan Deka.

Wah. Sungguh mengesankan. Belajar kemudian mewujudkan apa yang sudah dipahami dalam sebuah karya nyata tentunya menjadi trigger positif. Kita termotivasi untuk menggunakan/mempraktekkan ilmu yang sudah diserap lalu merasakan bagaimana bangganya bisa menjadi bagian dari sebuah pengalaman yang tak terlupakan.

Semoga energi kebaikan yang ikut saya rasakan setelah selesai membaca buku ini juga menular ke diri saya, yang bolak-balik on and off menyelesaikan naskah untuk buku solo. Semangat!!

Travellers On Fire. Buku Antologi Sarat Cerita Dari 35 orang Penulis.
Travellers on Fire | Kumpulan Kisah Perjalanan | Siap edar menggapai para pembaca

Metode Ulasan Buku

Travellers On Fire. Buku Antologi Sarat Cerita Dari 35 orang Penulis.

Sambil membaca buku, jenis apapun itu, biasanya saya menggoreskan stabilo atau menempelkan post-it untuk semua hal yang begitu menarik perhatian atau sesuatu yang melahirkan informasi baru. Bahkan terkadang saya sempatkan menyelipkan sticker atau gambar-gambar lucu sebagai pengingat jika saya butuh tautan-tautan lain yang menguatkan statement penting yang ada di buku tersebut.

Jika setelah selesai membaca saya tertarik untuk membuat ulasan, buku itu akan saya baca kembali, bahkan berulangkali, untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, hingga akhirnya mampu menyusun klasifikasi yang pas. Untuk antologi Travellers on Fire ini, saya memutuskan untuk melakukan pengelompokan tempat terlebih dahulu. Perjalanan dalam negeri, luar negeri, dan khusus tanah suci, sebagai titik awal. Setelah itu baru menuliskan sekilas review dari setiap penulis sembari menyertakan rangkuman dengan catatan-catatan (nama) tempat untuk pengingat di beberapa tulisan. Siapa tahu kan suatu saat saya bisa datang ke negara atau daerah yang diulas. Cara seperti ini nyatanya sangat bermanfaat untuk saya pribadi. Tidak mumet bin pusing mencari referensi lagi.

Sebagai penutup, saya memutuskan untuk memilih 1 sampai 3 tulisan favorit dengan ruang bahasan yang lebih luas. Banyak catatan yang ingin saya tinggalkan untuk kualifikasi favorit ini. Rangkaian pengetahuan baru yang tak ingin saya lewatkan dan bisa saya baca berulangkali tanpa membuka bukunya kembali. Kebiasaan yang tak pernah saya lewatkan saat mengakhiri bacaan yang begitu berkesan di hati.

Perjalanan Dalam Negeri

Lulu Arsyad (Lulu) | Jadilah Traveler Bukan Sekedar Turis

Saya menata hati saat membaca tulisan Lulu. Rangkaian kisah yang didominasi oleh pengalaman pribadi saat menjadi relawan ketika terjadi gempa di Lombok pada 2018. Mengumpulkan dana, mengatur logistik yang ada, dan melakukan koordinasi lapangan. Semua dijalankan agar semua donasi yang didapat dapat disalurkan benar-benar kepada mereka yang (sangat) membutuhkan. Ada 1 paragraf yang begitu nempel di hati saya. Rangkaian kalimat yang begitu menyentuh saat Lulu merasakan gempa setelah selesai sholat Isya.

Travellers On Fire. Buku Antologi Sarat Cerita Dari 35 orang Penulis.

Tak ada sanggahan untuk untaian kalimat nan indah ini. Hakul yakin semua menyetujuinya. Dan benar-benar jadi pengingat bagi kita. Juga saat berada di satu tempat atau mendapatkan tugas di satu daerah sepertinya apa yang Lulu alami. Kejadian tanpa diduga yang akhirnya membawa kita bukan hanya sekedar menjadi turis belaka.

Baca juga : Mendaki RINJANI Bersama SEBUMI Lewat Virtual Tour

Shofa Ubbada (Sofa) | Family Time

Satu cerita unik saya dapatkan dari tulisan Shofa yang berjudul Family Time. Hidup terpisah di 4 provinsi yang berbeda tentunya sangat sulit bagi keluarga Shofa menemukan waktu yang tepat untuk liburan bersama. Hingga akhirnya keluarga kecil Shofa memutuskan untuk berkunjung ke sang Ayah yang saat itu bertugas di Palembang, sekaligus berlibur bersama. Berbagai macam tempat wisata disebutkan oleh Shofa dengan begitu rinci. Saya, putra daerah Palembang, tentunya bangga saat membaca ini.

Noor Yani (Yani) | Jogyakarta, Kami Datang Kembali

Meloncat ke lain provinsi, saya menyimak tulisan Yani yang bercerita tentang libur lebaran. Mudik ke Klaten. Ritual tahunan yang kemudian (selalu) diisi dengan jalan-jalan ke Jogyakarta. Ini mungkin yang menjadi alasan Yani mengambil judul di atas. Tempat-tempat yang dikunjungi bisa jadi referensi berlibur ke Jogyakarta. Diantaranya adalah Malioboro, Keraton/Istan Sultan Jogyakarta, Candi Prambanan, dan Taman Sari.

Saya memindahkan serangkaian info yang Yani tulis tentang Candi Prambanan, yang sangat berarti untuk pengetahuan umum kita. Di dalam kompleks candi Hindu termegah dan terbesar ini, ternyata terdiri atas 6 bagian yaitu:

  1. Tiga Candi Trimurti : Candi Siwa, Wisnu dan Brahma;
  2. Tiga Candi Wahana : Candi Nandi, Garuda dan Angsa;
  3. Dua Candi Apit : terletak antara barisan candi-candi Trimurti dan candi-candi Wahana di sisi utara dan selatan;
  4. Empat Candi Kelir : terletak di empat penjuru mata angin. Tepat di balik pintu masuk halaman dalam atau zona inti;
  5. Empat Candi Patok : terletak di empat sudut halaman dalam atau zona inti;
  6. Dua ratus dua puluh empat Candi Perwara : tersusun dalam empat barisan konsentris dengan jumlah candi dari barisan terdalam hingga terluar: 44, 52, 60 dan 68.
Travellers On Fire. Buku Antologi Sarat Cerita Dari 35 orang Penulis.
Noor Yani di Pemandian Taman Sari

Fina Fe (Fina) | 1.555km. Family Car Traveling

Sebelum hanyut dalam cerita liburan keluarga dari Bandung menuju Batu (Jawa Timur), Fina menyempatkan diri menuliskan rangkaian pepatah sebagai berikut:

Travellers On Fire. Buku Antologi Sarat Cerita Dari 35 orang Penulis.

Aaahh nothing more to say yet couldn’t agree more. Sejatinya memang begitulah adanya.

Untuk saya yang pernah berkendara (mobil) menjelajah satu kota ke kota yang lain, meskipun belum sejauh keluarga Fina, pepatah di atas sempat saya rasakan. Yang pasti dari perjalanan yang memakan waktu itu, kedekatan pun senantiasa terbangun. Setiap saat dimanfaatkan untuk family bounding. Apalagi saat terjebak dalam sebuah kemacetan yang panjang. Saya menyempatkan diri berkomunikasi lebih banyak dengan anak-anak. Memberikan sentilan-sentilan nasehat tentang kehidupan dan menata masa depan. Saat-saat sangat berharga yang mempererat tali kasih sayang antara anggota keluarga.

Oia, melalui tulisan ini juga Fina memberikan beberapa tips yang dilakukan sebelum melakukan perjalanan. Seperti perbekalan (khususnya bagi yang masih memiliki anak kecil), kesiapan kendaraan, catatan rute perjalanan, penginapan, dan mental. Tentunya termasuk soal keuangan. Kisah tentang beberapa tempat wisata unik di Batu pun teuraikan sangat rinci. Kita dibawa seakan-akan turut berada di tempat yang diceritakan.

Travellers On Fire. Buku Antologi Sarat Cerita Dari 35 orang Penulis.
Fina Fe dan keluarga

Novica Armayanti (Novica) | Celebes, Bonus Dari Rinjani

Cerita perjalanan dalam negeri juga saya baca melalui tulisan Novica. Mengusung judul “Celebes, Bonus dari Rinjani”, saya menyimak kegemaran Novica dan suami dalam mendaki gunung dan menjelajah negeri. Dari kegiatan ini pula Novica dan suami mendapatkan keluarga baru yang tinggal di Makassar untuk kemudian melakukan perjalanan bersama ke Rantepao, Toraja.

Melalui kisah perjalanannya Novica berbagi pengalaman mengunjungi dan melihat tradisi khusus masyarakat Toraja serta beberapa situs bersejarah. Seperti Kalimbuang Bori, makam kubur batu dan jenazah bayi yang dimakamkan di dalam pohon. Kemudian pergi ke Kete Kesu, melihat rumah adat Tongkonan dan tengkorak manusia. Lalu ada Patane, rumah dengan ukiran batu yang ditengahnya digunakan sebagai pemakaman.

Di paragraf ke-2 dari akhir, ada catatan penting tentang Toraja. Masyarakat Toraja tidak boleh memakamkan di dalam tanah, karena tanah merupakan bagian dari sumber kehidupan, baik untuk bercocok tanam maupun berternak.

Travellers On Fire. Buku Antologi Sarat Cerita Dari 35 orang Penulis.
Tongkonan, Kete Kesu, Toraja

Eny Rosa (Eny) | Pesona Alam Belitung Dalam Liburan Keluarga

Terbang dari Sulawesi Selatan, saya kemudian menikmati artikel tentang Belitung yang ditulis oleh Eny. Menelusuri setiap kalimat yang disampaikan, Eny membawa saya kembali ke memori saat pergi ke Belitung bersama teman-teman. Beberapa tempat sudah saya kunjungi.

Jadi saat membaca tulisan ini banyak hal memorable tentang Belitung yang saya yakini keindahannya. Khususnya Island Hoping ke beberapa pulau kecil yang sungguh kaya dengan keindahan. Untuk Anda yang belum (sempat) main ke Belitung, cus segera berangkat. Setelah pandemi usai tentunya ya. Negeri Laskar Pelangi ini, menurut saya, adalah 1 destinasi wisata teratas di Sumatera, khususnya bagi pecinta wisata air dan jelajah seafood.

Baca juga : BELITUNG. Permata Wisata Indonesia di Selatan Sumatera

Farhah Faridah (Farhah) | Jelajah Wisata Kota Cirebon

Balik ke Pulau Jawa, Farhah mengajak pembaca menelusuri kota Cirebon melalui tulisannya. Ada beberapa titik kunjungan wisata yang bisa kita datangi saat meluangkan waktu di kota Empal Gentong ini.

Diantaranya adalah bangunan-bangunan jejak peninggalan sejarah penjajahan Belanda yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya:

  1. Stasiun Kejaksan dan Balai Kota Cirebon;
  2. Gedung Bank Indonesia di Jl. Yos Sudarso;
  3. Gedung British American Tobacco (BAT) di Jl. Pekiringan;
  4. Gedung Negara di Krucuk

Untuk wisata kuliner, berikut adalah referensi Farhah untuk para pembaca:

  1. Empal Gentong. Daging berkuah santan atau kuah asam, lalu dimasak di dalam gentong berikut dengan kelengkapan bumbunya;
  2. Mie Koclok. Campuran mie kuning, kol, tauge, suwiran ayam, potongan telur, dan olahan santan kelapa. Mie jenis ini berkuah kental seperti cream soup;
  3. Tahu Gejrot. Tahu pong goreng kering yang dipotong-potong lalu disiram dengan bumbu kasar (bawang merah, cabe rawit, dan asam belimbing). Kemudian disiram kuah olahan kecap

Cirebon yang juga dikenal sebagai Kota Udang ini memiliki 2 Kesultanan yaitu Kasepuhan dan Kanoman. Masing-masing kesultanan memiliki istana yang berbeda. Cirebon juga populer dengan industri batiknya. Sentra perajin dan penjualnya ada di daerah Trusmi. Salah satu motif yang sudah mendunia adalah Mega Mendung.

Baca juga : Anjangsana ke Batik Trusmi. Outlet Batik dan Craft Terbesar di Cirebon

Titi Budiyanti (Titi)| Petualangan 5 Perempuan Lintas Sumatera

Berikutnya saya membaca sebuah kisah perjalanan mendebarkan yang ditulis oleh Titi. Lewat tulisannya yang berjudul “Petualangan 5 Perempuan Lintas Sumatera”, saya langsung tidak sabar membaca paragraf demi paragraf. 5 perempuan yang dimaksud adalah 2 orang dewasa, 2 orang anak, dan 1 orang balita. Ah luar biasa. Perjalanan yang tadinya direncanakan hanya sampai Lampung, akhirnya digas sampai ke Palembang. Meski jalan bebas hambatan Trans Sumatera sudah diresmikan saat itu sehingga bisa menghemat waktu tempuh, tetap aja bondo nekat kudu dimiliki oleh rombongan.

Dengan periode jelajah (hanya) 3 hari 2 malam, keseruan Tim Dora ini dimulai dari perjalanan Jakarta menuju Merak (Banten), lalu berlayar menuju pelabuhan Bakaheuni, Lampung. Dari Lampung, berkendara via tol Trans Sumatera dari titik start Natar, Lampung Selatan, hingga mencapai Palembang dalam 4 jam kemudian. Rombongan ini sempat nyasar karena ada beberapa titik jalan yang belum selesai dikerjakan. Tapi berkat lindungan Yang Maha Kuasa, akhirnya mereka tiba di Palembang dengan selamat. Merekapun berkesempatan menikmati berbagai wisata di Palembang, menikmati rangkaian kuliner, hingga akhirnya kembali lagi ke Jakarta keesokan harinya.

Laily Fitri (Laily) | Taman Simalem, Berastagi

Masih membahas Pulau Sumatera, dari buku Antologi ini, saya lalu menemukan tulisan Laily tentang Taman Simalem, Berastagi. Alasan Laily berkunjung ke sana simpel banget. Karena permainan monopoli. Dari permainan inilah, Laily teringat akan kota Berastagi yang disebutkan di dalam permainan. Jadilah. Bersama suami, Laily berangkat dari Jakarta menuju Medan, kemudian melanjutkan penjelajahan melalui jalan darat menuju Berastagi keesokan harinya.

Menginap di Medan selama 1 malam, Laily menceritakan tentang rumah makan Pondok Gurih. Resto yang juga saya ketahui sangat populer di kota Medan. Resto ini penataannya sama seperti rumah makan Padang. Tapi cara penyajian makannya cukup unik. Semua tawaran nasi, lauk, dan sayuran, dibungkus terlebih dahulu di dalam daun pisang, baru setelah itu disajikan ke hadapan pelanggan. Jadi terkesan seperti layanan take-a-way. Sementara kalau di rumah makan Padang, semua hidangan diletakkan dengan cantik di atas piring-piring kecil.

Saya mendadak ingin (segera) berwisata lagi ke Berastagi setelah membaca uraian Laily tentang Taman Simalem yang (ternyata) adalah nama sebuah resort. Rinciannya sungguh membuat saya berdecak kagum. Dengan luas 206 hektar, resort ini menyajikan pemandangan dan fasilitas membumi yang bisa kita nikmati. Misalnya, jalan menuju resort diselimuti oleh aneka tumbuhan, dikelilingi hutan-hutan yang begitu terawat, aliran sungai yang berada tak jauh dari kamar, dan yang terpenting adalah pemandangan Danau Toba dari satu ketinggian tertentu. Resort ini juga menawarkan kegiatan-kegiatan bagi para penginap. Berolah raga, berkebun, golf, memanah, atau kegiatan kebugaran lain untuk mengisi waktu-waktu segar di pagi hari. Laily melengkapi kesan istimewa untuk resort ini saat bisa berada di One Tree Hill. Titik tertinggi resort dimana para penginap bisa menikmati sunrise dan sunset.

Luar biasa. Sambil menulis ini, saya bercerita kepada suami, agar memasukkan Taman Simalem Resort dalam daftar traveling kami selanjutnya.

Travellers On Fire. Buku Antologi Sarat Cerita Dari 35 orang Penulis.
Taman Simalem Resort, Berastagi, Sumatera Utara | Foto diambil dari Google
Travellers On Fire. Buku Antologi Sarat Cerita Dari 35 orang Penulis.
Taman Simalem Resort, Berastagi, Sumatera Utara | Foto diambil dari Google

Baca juga : Sepenggal Peninggalan Sejarah Kejayaan Imigran Tionghoa di Tjong A Fie Mansion, Medan

Anne Trihartanto (Anne) | Raja Ampat. Puncak Keindahan Laut Indonesia

Meloncat dari keindahan sebuah resort di Berastagi, kota yang berada di utara Sumatera, saya kembali menyusun kekaguman dari kisah perjalanan yang ditulis oleh Anne untuk buku antologi ini. Dari judulnya saja, “Raja Ampat. Puncak Keindahan Laut Indonesia”, saya tak ada ragu untuk menyetujui apa yang dikiaskan oleh Anne untuk permata wisata Indonesia timur ini.

Bermodalkan semangat menjelajah, Anne bersama 2 orang teman lain, menikmati penjelajahan ala backpacker di beberapa tempat fenomenal milik Raja Ampat. Sebutlah Puncak Piaynemo yang sudah populer sejagad raya dan menjadi icon Raja Ampat. Menghadirkan barisan pulau dikelilingi oleh laut berwarna turquoise, siapa yang tidak terlilit kekaguman yang tidak ada habisnya. Saya yakin, impian untuk sampai ke Raja Ampat bukan cuma milik saya. Utamanya untuk para pejalan yang tinggal di area Indonesia bagian barat yang berjuang mengatur anggaran transportasi udara untuk tiba di sana.

Travellers On Fire. Buku Antologi Sarat Cerita Dari 35 orang Penulis.
Puncak Piaynemo | Keindahan yang tidak terbendung | Sumber foto : Google

Dwi Retno Berbakti (Dwi) | Bumil Pergi Camping Tetap Asyik

Kisah perjalanan seru berikutnya saya dapatkan dari tulisan Dwi yang berjudul “Bumil Pergi Camping Tetap Asyik”. Di kehamilan anak ke-2 dengan kondisi yang lebih rapuh dari sebelumnya, semangat untuk menghadiri acara gathering di Gunung Papandayan Garut tak terbendung. Segala kekhawatiran ternyata tidak menghalangi Dwi untuk menikmati perjalanan sejauh 447 kilometer menuju tempat acara. Pun saat berada di Garut, bergabung dengan sekian banyak peserta acara. Dwi melahirkan 4 bulan setelah acara ini dan menyematkan nama Dayyan untuk mengingatkan pengalaman camping di Papandayan yang penuh kesan.

Dyah Ratih Ikasari (Dyah) | Liburan Seru di Kota Kediri

Pengalaman penuh makna dan begitu mengesankan juga saya dapatkan dari goresan cerita Dyah, “Liburan Seru di Kota Kediri”. Sebuah kisah perjalanan dalam rangka liburan sekolah anak dan misi berbakti kepada orang tua. Momen berharga kembali ke kota kelahiran sekaligus melaksanakan hajat birrul walidain kepada Ibu tercinta yang sudah janda.

Melalu tulisannya, Dyah menceritakan kegiatannya sehari-hari selama di Kediri. Kota yang menjadi tempat Ibunya tinggal dan kota kelahirannya. Selama liburan bersama sang anak, Almira, Dyah membayar kerinduan dengan kuliner khas Kediri dan menyempatkan diri mengunjungi area wisata sebelum kembali ke Madura. Apa aja sih kuliner khas Kediri? Ada nasi pecel, nasi tumpang, kerupuk padang pasir, getuk pisang dan tahu goreng. Semua diceritakan sangat rinci dalam setiap paragraf.

Satu yang sangat berkesan dari tulisan Dyah adalah bagaimana kata demi kata berhubungan dengan kecintaan terhadap Ibu. Meskipun hanya bisa bertemu sekali dua kali dalam setahun, Dyah tampak berusaha untuk pulang, mudik dari Madura, tempat dimana Dyah tinggal bersama keluarga kecilnya. Satu kisah perjalanan yang berbeda dari tulisan yang lain.

Indah W. Dahlan (Indah) | Pesona Alam Kabupaten Bantul

Masih di seputaran Pulau Jawa, saya membuka lembaran berikutnya dari buku antologi seru ini. Bertemu dengan tulisan berjudul “Pesona Alam Kabupaten Bantul” karya Indah, saya mendadak rindu ingin (kembali) ke Yogjakarta, Bantul dan Pacitan. 3 tempat yang selalu saya rengkuh dalam 1 paket perjalanan.

Menyampaikan banyak perubahan destinasi wisata yang terjadi di Bantul, saya jadi ikut terkagum-kagum. Ada Kebun Buah Mangunan di Desa Mangunan. Layaknya sebuah kebun buah, di tempat ini kita akan bertemu beraneka macam pohon buah-buahan. Kemudian ada Songgo Langit, Rumah Hobbit, Rumah Seribu Kayu Negeri Dongeng dan Watu Lawang. Kesemuanya berdekatan lokasinya dengan Hutan Pinus. Satu titik wisata yang semakin hari makin populer di catatan para pejalan.

Rita Asmaraningsih (Rita) | Wisata Singkat 3 hari 2 malam di Belitung

Travellers On Fire. Buku Antologi Sarat Cerita Dari 35 orang Penulis.
Belitung

Untuk yang masih ngantor, strategi jitu traveling tanpa (banyak) mengurangi jatah cuti adalah berangkat Jumat pulang Minggu. Nah ini nih yang dilakukan Rita bersama teman-teman kantornya. Berangkat satu peleton juga banyak manfaatnya. Selain lebih seru, beberapa biaya juga dapat lebih dihemat karena ada teman saweran. Misalnya carter mobil, perahu, makan di resto gede, bahkan sampai urunan tip untuk tour guide atau supir. Hematable lah judulnya.

Selain menyambangi titik-titik wisata yang biasanya rame pengunjung, saya baru ngeh kalau waktu ke Belitung belum nyobai Mie Atep. Mie khas Belitung ini berupa mie kuning yang disiram kuah udang. Kemudian dilengkapi dengan taburan bawang udang dan emping melinjo. Ah, tampaknya kudu diagendakan kembali ke Belitung nih.

Tetet Sulastri (Tetet) | Pesona Desa Wae Rebo Surga di Atas Awannya Nusa Tenggara Timur

Saya ikut berdebar-debar membaca kisah perjalanan yang satu ini. Terutama saat Tetet dan rombongan harus berjalan kaki, mulai dari Desa Denge hingga mencapai Desa Wae Rebo. Kenekatan jalan kaki (trekking) di saat matahari mulai beristirahat, adalah keputusan yang (cukup) nekat. Apalagi untuk pewisata yang tidak biasa berjalan jauh. Tapi rombongan Tetet berhasil mengatasinya walaupun sempat terpisah dalam 2 tim.

Tiba di pos terakhir (pos ke-3), rombongan kembali terkumpul dan langsung membunyikan kentongan di pos tersebut. Itulah tanda bagi warga desa bahwa akan ada orang yang akan memasuki area mereka.

Di dalam desanya sendiri, hanya ada 1 tempat untuk semua tamu yaitu Rumah Mbaru Niang. Tanpa membedakan tamu domestik atau asing, semua mendapatkan layanan yang sama. Disediakan makanan sederhana bagi semua wisatawan dan selalu diadakan upacara adat penyambutan tamu sesudahnya. Semua tidak diperkenankan untuk mengambil foto sebelum upacara tersebut usai.

Dari keterangan Ketua Adat, desa ini hanya memiliki 7 bangunan (rumah) saja. Para keluarga inti tinggal di rumah utama. Di dalamnya 7 kepala keluarga tinggal di kamar masing-masing di lantai satu bangunan utama. Tinggi bangunan utama ini adalah 15 meter dan terdiri dari 5 lantai. Ada tempat penyimpanan makanan, tempat penyimpanan benih untuk ditanam, dan sebagainya. Penerangan untuk desa menggunakan tenaga diesel. Tamu disediakan fasilitas untuk mengisi batere peralatan elektronik.

Wah. Tampaknya seru ya. Kapan saya bisa sampai ke sini. Bermimpi dulu lah.

Bunda Nada (Nunung) | Reuni Kecil di Tengah Sejuknya Swiss Van Java

Garut. Ya. Julukan yang terpampang di judul tulisan Nunung adalah untuk Garut. Julukan ini disematkan karena Garut memiliki hawa yang sejuk sehingga orang-orang Eropa mengibaratkannya seperti Swiss.

Selain memiliki udara yang sejuk, Garut kaya akan destinasi wisata. Beberapa yang disebutkan oleh Nunung adalah:

  1. Candi Cangkuang. Candi peninggalan masa Hindu. Untuk memasuki Candi ini, wisatawan akan terlebih dahulu bertemu dengan kampung adat tradisional yang bernama Kampung Pulo. Kampung ini memiliki keunikan tersendiri. Jumlah rumahnya (hanya) 6 plus 1 mushola. Angka yang melambangkan 6 putri dan 1 putra Eyang Embah Dalem Arief Muhamad. Jumlah ini tidak boleh bertambah. Eyang Embah Dalem Arief Muhamad adalah penyebar agama Islam di kampung ini. Ada museum kecil dan makam keramat beliau di sekitar candi. Di kampung ini juga dapat kita temui naskah Alqur’an dari abad XVII yang terbuat dari daluang atau kertas dari batang pohon saeh. Ada juga khotbah Idul Fitri dari abad yang sama sepanjang 167cm. Kemudian ada beberapa benda antik serta lukisan besar yang menggambarkan sosok Eyang Embah Dalem Arief Muhamad;
  2. Alun-alun Tarogong;
  3. Kawasan Derajat yang kaya dengan pemandangan perkebunan;
  4. Curug Orok;
  5. Sampireun yang terkenal dengan resto yang berada di pinggir telaga;
  6. Mulih Ka Desa;
  7. Kamojang Green Hotel & Resort yang memiiki resto dengan view istimewa;
  8. Kebun Mawar Situhapa;
  9. Kamojang Eco Park;
  10. Kamojang Fillage;

Sungguh saya gak menyangka kalau Garut memiliki destinasi wisata yang bererot untuk disebutkan. Saya sendiri belum sekalipun menginjakkan kaki di Garut. Padahal telah beberapa kali mendapatkan tawaran untuk main ke sana tapi selalu gagal karena beberapa alasan. Jadi deretan referensi yang sudah dituliskan Nunung tentunya akan sangat membantu rencana perjalanan saya dan Anda ke Garut.

Travellers On Fire. Buku Antologi Sarat Cerita Dari 35 orang Penulis.
Kebun Mawar Situhapa, Garut

Perjalanan Luar Negeri

Susi Turkenburg (Susi) | Harbin, Sejuta Pesona Kota di Perbatasan Siberia

Kecintaan akan dunia traveling terutama mengunjungi tempat baru, membawa Susi dan suami sampai ke Harbin. Kota yang berjarak sekitar 2.5 jam dari Yakutz, kota yang terletak di Siberia dan merupakan kota terdingin di dunia.

Pasangan ini mampir ke China yang pada Januari 2016 itu sedang digempur oleh udara yang luar biasa dingin (-20 derajat Celcius) bonus hembusan angin. Udara yang terasa bangai jarum menusuk kulit muka hingga tulang belulang ketika menelusuri The Great Wall yang fenomenal itu.

Perjalanan ke Harbin dilakukan setelahnya dengan moda transportasi kereta api. Ada cerita lucu yang saya catat saat pasangan ini menunggu di peron. Saat orang sedang mengantri dan duduk di ruang tunggu, tetiba ada pengumuman dari pengeras suara. Mendadak semua yang berada di sana berdiri. Karena tak mengerti maksudnya, pasangan inipun ikut berdiri. Tapi tak lama, semua kembali duduk. Eh ternyata tempat duduk milik mereka telah dipakai oleh orang lain.

Komunikasi dalam bahasa internasional pernah juga saya rasakan saat berada di beberapa kota di Cina daratan. Tak ada satupun petunjuk, pengumuman atau signage yang mencantumkan bahasa Inggris sebagai terjemahan. Jadi jika perlu sesuatu kita harus mencari dulu terjemahannya dalam bahasa Cina dan menunjukkan barisan kata atau kalimat itu kepada orang yang kita ajak bicara. Dan satu lagi urusan toilet. Saking semrawut dan joroknya, saya sudah tak bisa menemukan kata yang tepat, baik untuk berkomentar maupun marah.

Berkelana menaiki kereta dari Beijing menuju Harbin, Susi dan suami, lagi-lagi terkepung dengan cuaca dingin dan salju. Bahkan ketika sampai di tujuan, suhu anjlok hingga -30 derajat Celcius. Alamak. Membacanya aja hati saya mendadak ngilu. Pernah sih merasakan -10 derajat Celcius. Itu juga sudah pakai baju berlapis-lapis. Apa kabar dengan -30 ya? (mendadak menggigil).

Ketegangan membaca tulisan Susi pun berlanjut. Apalagi saat menceritakan pengalaman kurang menyenangkan dari tour guide mereka. Mendadak saya mengangguk setuju saat Susi dan suami memutuskan untuk jalan sendiri. Mereka akhirnya menjelajah Sun Island, Central Street, Saint Sophia Cathedral. Tempat yang terakhir disebutkan ini adalah bangunan bersejarah, gereja orthodoz terbesar yang pernah dibangun di Timur Jauh pada abad ke-20.

Siendy Apridiani (Siendy) | Nogya Shikisakura Washicraft Trip

Saya membuka lembaran kisah perjalanan Siendy yang berjudul “Nagoya Shikisakura Washicraft Trip”. Satu rangkaian perjalanan yang dikoordinasikan Siendy dalam sebuah komunitas E3Trip. Jalan-jalan sembari belajar craft sekaligus mengunjungi beberapa tempat istimewa yang memberikan ilmu dan pengetahuan tambahan.

Diantaranya adalah melihat bunga Shikisakura. Sakura yang hanya berbunga pada saat musim gugur. Dan hanya di Nagoya kita bisa melihat perpaduan cantik sakura diantara memerah menguningnya dedaunan menjelang musim gugur. Selain itu, peserta perjalanan juga diajak untuk mengunjungi museum dan pabrik kertas Washi No Furusato. Di tempat ini juga mereka ketemu dengan Sensei Miwa, pengajar boneka washi. Pertemuan ini pun dimanfaatkan dengan belajar langsung membuat boneka kertas itu dari beliau. Wah valuable banget pastinya ya. Sebagai seorang crafter, bisa berlatih langsung suatu kerajinan tangan di pusat produksi bahannya bonus belajar (langsung) dari guru yang berpengalaman, tentunya bagai mimpi yang terkabulkan.

Selain kegiatan di atas, Siendy dan rombongan juga mengunjungi beberapa titik wisata menarik dan banjir materi/bahan kerajinan tangan di Nagoya. Aaahh sungguh perjalanan penuh makna dan godaan. Gak kebayang serunya tuh pergi bareng teman yang memiliki minat yang sama. Musti berjam-jam habis untuk belanja perintilan sembari saling mempengaruhi satu sama lain. Seperti kalimat sakti yang satu ini, “Beli 3 gratis 1 nih. Yok berbagi”. Been there lah pokoknya (nulisnya sambil senyum dikulum).

Travellers On Fire. Buku Antologi Sarat Cerita Dari 35 orang Penulis.
Siendy Apridiani | Nagoya Trip

Yoza Yozie (Yoza) | Sebuah Peradaban di Kaymakli

Ke Turki? Siapa yang gak mau? Negara ini adalah salah satu negri impian yang kaya akan jejak perbadaban Islam. Yoza mengulas perjalanannya beserta keluarga dengan begitu apik dan berkesan. Ke kota Cappadocia menikmati keindahan lembah dan bebatuan, lalu menelusuri Kaymakli, sebuah kota di bawah tanah yang berada di kota ini.

Saya larut dalam kekaguman saat merunut catatan Yoza tentang Kaymakli. Apalagi ketika mengetahui bahwa Kaymakli merupakan bagian dari Situs Warisan Dunia UNESCO. Dibangun di bawah sebuah bukit besar, dan dikenal sebagai benteng atau Sanctuary Kaymakli, kota yang terdiri dari 8 lantai ke bawah tanah ini, dibuka untuk umum sampai lantai ke-4 saja.

Dibangun pada 3.000M, dari jaman kerajaan Het, tempat ini dulunya digunakan sebagai tempat persembunyian umat Kristen dari kejaran kekaisaran Roma. Kemudian berlanjut dengan fungsi yang sama yaitu sarana menyelamatkan diri dari Bangsa Arab. Karena digunakan untuk mengelabui musuh, kota ini dibuat berkelok-kelok dengan beberapa trik pintu dari lempengan batu untuk menghambat masuknya orang-orang yang tidak diharapkan kehadirannya. Tapi meskipun begitu, Kaymakli dibuat sangat nyaman dan aman untuk mereka yang tinggal di dalamnya. Sirkulasi udara dan penerangannya juga baik. Jadi menurut Yoza, saat menghabiskan waktu berjam-jam berkeliling, Yoza dan anak-anaknya tetap merasakan kehangatan.

Savitry Khairunnisa (Savitry) | Uzbekistan Dalam Lintasan Zaman

Uzbekistan. Nama negara yang saya kenal lewat gadis-gadis cantik yang berseliweran di dunia model dan fashion show tanah air. Tapi lewat tulisan Savitry, “Uzbekistan Dalam Lintasan Zaman”, saya mendapatkan beberapa catatan penting yang belum pernah saya ketahui sebelumnya.

Mengunjungi 4 kota yaitu Khiva, Bukhara, Samarkand, dan Tashkent, berikut sengaja saya rinci catatan-catatan terbaik untuk menambah pengetahuan kita tentang Uzbekistan.

Khiva

  1. Wilayah pertama di Uzbekistan yang mendapat predikat World Heritage Site;
  2. Memiliki arsitektur kota yang mirip dengan Iran;
  3. Banyak bangunan kota sudah hancur akibat penguasa yang datang silih berganti;

Samarkand

  1. Ibukota Kesultanan Timurid;
  2. Registan adalah jantung kota ini;
  3. Berdiri 3 madrasah yaitu Ulugh-Beg, Tilya-Kori, dan Sher-Dor Madressas. Semua madrasah ini bergaya arsitektur Majolica yang khas dengan motif bunga dan warna dominan biru dan merah jambu;
  4. Pada 2001, Samarkand masuk dalam daftar UNESCO World Heritage Site;
  5. Terdapat makam IMAM AL-BUKHARI. Perawi ribuan hadits yang seluruh hidupnya didedikasikan untuk agama Islam, dan menjadi legenda abadi dengan karyanya yang fenomenal “Shahih Bukhari”. Konon makam Al-Bukhari diperindah at oleh pemerintah Uni Soviet atas permintaan Soekarno (Presiden ke-1 Indonesia). Kala itu Soekarno begitu populer di Soviet. Selain makam, di kompleks yang luas ini ada juga masjid, museum dan madrasah.

Tashkent

  1. Tashkent adalah kota tua yang sudah dihuni berbagai etnis dan suku bangsa sejak 2.000 tahun silam;
  2. Perpustakaan Masjid Telyashayakh. Di sini disimpan manuskrip yang diyakini (berdasarkan perhitungan karbon) sebagai Al-Quran yang ditulis dan dibukukan di zaman Khalifah Utsman bin Affan. Al-Quran yang dikenal dengan nama Samarkand Codex/Taskent Quran/Utsman Quran ini berbahan parchment (kulit binatang yang disamak), ditulis tanpa harokat dan dibukukan secara horizontal. Al-Quran ini diyakini telah melalui perpindah tangan dan wilayah yang begitu panjang, sebelum akhirnya secara permanen disimpan di Tashkent

Bukhara

  1. Negeri kelahiran Imam Bukhari;
  2. Terkenal dengan sebutan Negeri Seribu Monumen;
  3. Meskipun diliputi dengan nuansa Islami, Bukhara ternyata banyak dipengaruhi pemikiran Soviet yang mampu memisahkan rakyatnya dari agama Islam yang dianut. Mereka tidak makan babi, tapi juga tidak sholat, tidak puasa, dan boleh minum alkohol

Uzbekistan bebas via 30 hari untuk WNI. Harga-harga di sana murah, jadi amanlah untuk kantong kita. Aman juga secara umum untuk turis. Yang rada mengganggu adalah kotornya sarana toilet umum. Masalah klasik yang sering kita hadapi di beberapa negara Asia, khususnya Cina daratan.

Rahmi Mulia Putri (Rahmi) | Menggenggam Mimpi, Menelusuri Sejarah Islam di Turki

Pesan penting yang saya baca dari tulisan Rahmi adalah jangan pernah berhenti bermimpi. Menghayalkan mengunjungi Turki, semesta ternyata mengijinkan Rahmi berada di kota penuh jejak peradaban Islam itu. Malah dapat bonus beasiswa belajar ke Jepang, dan berangkat ke Turki bersama suami.

Beberapa tempat yang impian yang berhasil diraih adalah:

  1. Istanbul. Kota dimana keharmonisan tumbuh menjadi satu;
  2. Capacodia. Pegunungan, bebatuan, dan landscape keindahan alam yang tak terbantahkan;
  3. Hagia Sophia. Saat saya mengetik ini sudah berubah fungsi dari museum menjadi masjid. Setelah dulu pada 1 Juni 1453 pernah didirikan shalat Jum’at pertama;
  4. Blue Mosque (Masjid Biru). Memiliki interior berupa kepingan keramik sebanyak 20.000 buah yang berasal dari daerah Iznik. Lokasinya tepat berada di depan Hagia Sophia;
  5. Istana Topkapi. Istana para sultan yang menyimpan artefak Rasulullah. Seperti mantel, helai janggut, jejak kaki, dan pedang.
Travellers On Fire. Buku Antologi Sarat Cerita Dari 35 orang Penulis.

Alfin | Baby Moon Seru ke Malaysia dan Singapura

Hamil ternyata bukan jadi halangan bagi Alfin untuk (tetap) melakukan perjalanan ke luar negeri bersama keluarga. Keseruannya tetap sama. Tapi tentu saja dengan mengikuti berbagai trik khusus bagi bumil yang dituliskan oleh Alfin berikut ini:

  1. Surat keterangan dokter yang biasanya wajib kita laporkan kepada pihak airline;
  2. Memakai alas kaki yang nyaman;
  3. Membawa baju sesuai dengan musimnya;
  4. Membawa obat-obatan dari dokter kandungan;
  5. Membawa obat-obatan pendukung seperti minyak kayu putih, balsem, koyo, atau apapun yang biasa kita butuhkan sehari-hari;
  6. Tissue basah dan tissue kering;
  7. Sering-sering berhenti untuk meluruskan kaki di saat istirahat;
  8. Tidak memaksakan diri dan pahami kondisi fisik diri sendiri;
  9. Tidak terlalu ngoyo membuat rancangan/jadwal kunjungan

Baca juga : Gardens By The Bay. Destinasi Wisata Dunia Berteknologi Tinggi di Singapore

Novi Maya (Novi) | Dingin Menggigit di Seoul Januari 2019

Pergi di saat musim dingin itu seru dan menyenangkan loh menurut saya. Meskipun membawa outfit yang bulky, kita bakal jarang gonta ganti baju karena gak keringetan. Sebagai penyuka udara serba sejuk, saya menganggap kedinginan masih (jauh) lebih mendingan daripada kepanasan. Itu menurut saya loh yah.

Melalui tulisannya, Novi menceritakan secara rinci asyiknya berada di Seoul dengan udara yang bikin kita menggigil. Meskipun pada awalnya tubuh sempat menolak dan perlu adaptasi dalam beberapa waktu. Apalagi ketika itu Novi mengunjungi Vivaldi Ski Resort. Tempat bersalju yang sering digunakan untuk shooting beberapa serial drama korea. Kebayang dong ya dinginnya.

Satu hal penting yang saya catat dari ulasan Novi adalah tentang penginapan. Apartemen di depan Seoul Stasiun. Memang letaknya tidak di tengah pusat perbelanjaan favorit, namun tetap mudah untuk mendapatkan belanja keperluan sehari-hari (berseberangan dengan Lotte Mart). Satu kelebihan tentang apartemen ini adalah letaknya hanya 300 meter dari pedestrian paling menakjubkan yaitu Seoullo 7017. Jalan bypass yang didirikan pada 1970 lalu direnovasi pada 2017 sebagai sarana pejalan kaki dan penikmat hiburan jalanan.

Travellers On Fire. Buku Antologi Sarat Cerita Dari 35 orang Penulis.
Seoullo 7017 | Sumber foto Google

Enya Anggia (Enya) | Jejak Jelajah si Kecil di Bangkok

Membawa anak-anak berwisata memang butuh persiapan lebih. Apalagi pergi ke luar negeri atau ke tempat yang lumayan jauh dari rumah. Enya secara lugas menceritakan pengalamannya berlibur ke Bangkok bersama anak-anak. Banyak trik dan tips yang menurut saya bisa jadi acuan jika kita (ingin) melakukan hal yang sama.

  1. Membawa obat-obatan sederhana. Utamanya yang berhubungan dengan lambung/perut dan luka minor;
  2. Pastikan perut mereka selalu terisi dimanapun mereka berada. Ini bener banget. Makanan dan rajin mengunyah banyak menolong anak-anak untuk mengurangi kegiatan fisik yang berlebihan;
  3. Selalu gunakan transportasi publik massal. Selain menghindari penipuan, bisa juga mengajak anak menabung pengalaman menarik tentang transportasi;
  4. Memilih apartemen daripada hotel;
  5. Mencari pengingapan di daerah pusat perbelanjaan Melayu. Enya memberikan referensi sebuah apartemen di Petchaburi Rd., dekat Kedutaan RI. Lokasinya juga dekat BTS Ratchatewi, BTS Siam, pusat perbelanjaan Pantip IT Plaza, Platinum Fashion Mall, Pratunam market, dan kompleks Siam Paragon;
  6. Tidak menetapkan tujuan wisata yang terlalu banyak dalam 1 hari;
  7. Perjalanan menyusuri kuil-kuil Budha lebih seru dilakukan melalui air daripada daratan. Rinci banget usulannya. Bisa naik ferry atau long tail boat;
  8. Selalu berhati-hati sepanjang perjalanan. Jangan pernah lengah dan jangan mudah percaya dengan orang lain. Bangkok, setahu saya memang rawan dengan scam/penipuan dan perkara asusila jika kita masuk ke tempat-tempat yang “tak terduga”;
  9. Siam Niramit : pertunjukkan spektakuler Thailand yang ramah anak. Pertunjukan yang menampilkan seluruh aspek kebudayaan Thailand mulai dari sejarahnya, kepercayaannya hingga seni bangsa Thailand;
  10. Belanja pakaian di Pasar Subuh Pratunam Market. Tapi yang perlu diingat di tempat ini adalah piawai menawar dan bawa duit cash. Plus tentu saja berhati-hati dalam berjalan dan bertemu orang lain;

Runny Yuliasari (Runny) | Malaysia Backpaker

Saya belum pernah mengalami atau menjalani traveling dengan konsep pure backpaker. Bukan karena rewelan tapi lebih pada tidak adanya kesempatan untuk itu atau tidak ada teman yang menawarkan untuk melakukan itu. Jadi saat membaca tulisan Runny saya jadi penasaran pengen nyoba.

Backpaker itu ternyata asyik. Apalagi jika dilakukan bareng keluarga, ke tempat yang baru dan dalam periode yang tidak terlalu lama. Dari cerita Runny salah satu hal penting yang patut dilakukan saat backpakeran adalah membatasi bawaan. Harus pintar memilah pakaian yang sungguh dibutuhkan, tidak fokus pada belanja, dan berselancar di internet untuk memesan tiket destinasi wisata untuk menghindari antrian yang melelahkan.

Mega Marlina (Mega) | One Day Road to Singapore

Tinggal di Batam dan rekreasi ke Singapore tanpa menginap? Bisa banget. Cus berangkat ke Pelabuhan Batam Centre lalu beli tiket nyebrang via ferry. Biaya cuma SGD 30 atau setara dengan IDR 300.000. Itu sudah PP. Murah bingits yak.

Berlayarnya juga gak lama. Tidak perlu visa khusus. Tiba di Harbour Point, Singapore, pengecekan passport pun cepat dan teratur. Pelabuhan ini terintegrasi dengan mall Vivocity. Pelabuhannya sendiri berada di lantai dasar pertokoan. Subway station ada di bawah tanah, sedangkan sky train ada di lantai 3 langsung menuju Sentosa Island. Pastinya sih banyak signage untuk mengarahkan kita ke tujuan yang diharapkan. Untuk urusan yang satu ini, Singapore bener-bener sudah ok lah.

Mega dan keluarga memutuskan ke Sentosa Island menggunakan fasilitas cable car. Berlanjut ke Orchard Road dan mengakhiri kunjungan ke Merlion Statue. Pas banget untuk kunjungan sehari saja.

Baca juga : FLOWER DOME. Surga Ribuan Bunga di Garderns By The Bay, Singapore

Pipit Caliza (Pipit) | Perth I’m coming

Travellers On Fire. Buku Antologi Sarat Cerita Dari 35 orang Penulis.

Dapat kesempatan traveling sebagai hadiah itu memang sesuatu ya. Tak terlukiskan kegembiraannya. Apalagi jika tempat yang dituju itu adalah salah satu wish list kita. Gak terucapkan rasa senengnya.

Saya membaca untaian kalimat kebahagiaan dan keseruan dari kisah perjalanan Pipit ke Perth dari sebuah promo reward holiday dari sebuah tour and travel. Tempat-tempat cantikpun dikunjungi seperti Swan River. Sungai yang juga adalah tempat berdirinya Bell Tower yang juga dikenal dengan nama Menara Lonceng atau Menara Lonceng Swan. Di menara ini ada seperangkat 18 lonceng yang digantung di campanile tembaga dan kaca setinggi 82,5 meter.

Rombongan juga mengunjungi Kings Park. Taman seluas 400.6 hektar ini menghadap ke Perth Water dan kawasan bisnis di Perth, Australia Barat. Taman ini merupakan campuran dari taman berumput, kebun botanic dan hutan semak alami. Habitat yang ada di sana sudah berusia lebih dari 750 tahun.

Destinasi berikutnya adalah Caversham Wildlife Park. Taman margasatwa yang terletak di Whiteman Park di Australia Barat dan merupakan rumah bagi para satwa Australia seperti kanguru, koala, possum, walabi, wombat, dan tasmania.

Masih banyak tempat-tempat menarik yang diceritakan oleh Pipit hingga hari ke-5 kembali ke tanah air. Semuanya seru dan bisa kita catat jika berkesempatan mengunjungi Perth.

Bunda Raden (Bunda) | Menilik Kilas Balik Kisah Titanic

Membaca judulnya aja imajinasi saya langsung menuju ke film Titanic yang dibintangi Leonardo Di Caprio dan Kate Winslet. Sebuah kisah cinta yang tragis. Terpisahkan oleh status sosial yang tidak setara.

Menelisik setiap kalimat yang disampaikan Bunda dalam tulisannya ini, tentunya berada di real venue dari sebuah kisah masa lampau tentunya sangat menggetarkan. Dermaga/Port Southampton, menikmati lingkungan sekitarnya, langsung teringat bagaimana kesibukan loading in ke dalam kapal Freedom of The Sea pada masa itu. Manusia dan barang satu persatu menaiki kapal yang ternyata adalah kendaraan terakhir mereka sebelum menjemput ajal di tengah laut.

Jadi ketika Bunda menceritakan secara rinci tentang kisah perjalanan pelayarannya di atas kapal ini, saya jadi ikut membayangkan menelusur pengalaman, hiburan, dan beraneka fasilitas yang berada di dalam kapal pesiar yang indah itu.

Tanah Suci

Endah Widowati (Endah) | Nikmatnya Umrah di Musim Dingin

Membuka lembaran cerita tentang “Nikmatnya Umrah di Musim Dingin” yang ditulis oleh Endah, saya mendadak kepengen banget ke tanah suci di masa-masa udara senyaman itu. Mengunjungi Baitullah dalam suasana yang berbeda, tentulah butuh persiapan yang berbeda pula. Tapi meskipun didera cuaca berkisar antara 11-25 derajat Celcius, Endah menceritakan banyak kenyamanan beribadah karena tidak gampang berkeringat. Wah impian saya itu. Pecinta udara dingin dan selalu resah dengan cuaca panas.

Ada satu tip yang disampaikan Endah untuk kita semua jika bersafar bersama orang-orang yang sebelumnya tidak kita kenal.

Travellers On Fire. Buku Antologi Sarat Cerita Dari 35 orang Penulis.

Ayana | Pesona Madjidil Aqsa

Travellers On Fire. Buku Antologi Sarat Cerita Dari 35 orang Penulis.
Masjid Kubah Emas (Ayana)

Palestina. 5 bucket list teratas di daftar traveling saya. Semakin sering saya membaca artikel tentang Palestina, semakin tinggi keinginan untuk menghabiskan beberapa hari di sana. Membebaskan indera penglihatan dimanja oleh masjid-masjid penuh catatan sejarah. Lalu membiarkan indera perasa dan qalbu menggiring saya untuk menguraikannya dalam rangkaian diksi yang indah.

Melalui tulisannya Ayana mengajak kita membayangkan keistimewaan Masjidil Aqsa. Termasuk diantaranya Kota Hebron yang dikenal sebagai kota Nabi Ibrahim dan Masjid Hebron yang di dalamnya terdapat maqom Nabi Ibrahim dan istrinya Sarah.

Ada 3 tempat yang dianggap suci oleh 3 agama. Masjid Kubah Hitam khusus untuk muslim. Di dalam masjid ini kita akan menemukan sebuah mihrab kecil yang dibuat seperti pendopo. Di sini, dalam sejarahnya, Rasul/Nabi Muhammad SAW, pernah menjadi imam sholat dengan makmum beberapa malaikat. Tempat suci berikutnya adalah Masjid Kubah Emas yang menjadi milik bersama dari kaum muslim, kristen, dan Yahudi. Konon di dalam masjid ini ada batu melayang yang dikenal dengan sebutan Dome of Rock. Kemudian yang terakhir adalah Dinding Ratapan untuk umat Yahudi.

Satu hal penting yang perlu kita ketahui adalah passport kita hendaklah tidak dicap imigrasi Israel agar kita bisa/diijinkan memasuki Mekkah dan Madinah.

Anggraini | Perjalanan Air Mata

Travellers On Fire. Buku Antologi Sarat Cerita Dari 35 orang Penulis.

Melalui tulisan Anggraini kita diingatkan kembali untuk menyadari kekuatan sebuah doa. Munajat yang bisa langsung dikabulkan, ditunda untuk saat yang tepat, atau diganti dengan sesuatu yang lebih baik.

Itulah yang terjadi pada Anggraini. Di sebuah acara yang diadakan oleh organisasi tempatnya bekerja, Anggraini mendapatkan hadiah/penghargaan berupa berangkat umroh. Meski harus/hanya berangkat sendiri, kisah perjalanan ke tanah suci yang diulas Anggraini, sungguh menyentuh. Satu diantaranya adalah saat Tahalul, sebagai syarat sempurnanya ibadah umroh. Muthowif, pembimbing ibadah, meminta semua peserta untuk menggunting rambut, menemui pasangan halal untuk melakukan kegiatan itu sekali lagi. Berangkat sendiri tanpa suami, tentunya hal ini mampu meluruhkan air mata. Ah, saya jadi ikut tersentuh.

Travellers On Fire. Buku Antologi Sarat Cerita Dari 35 orang Penulis.

Rahmi Asril (Rahmi) | Honeymoon Karena Panggilan-Nya

Saya takjub dari awal hingga akhir membaca tulisan Rahmi. Menikah di usia 26 tahun dengan anak sambung 7 orang kemudian punya anak sendiri sejumlah 8 orang. 8 orang putra dan 7 orang putri. MashaAllah.

Bersama suami menjalankan ibadah haji, Rahmi harus meninggalkan 15 anak tersebut. Ada yang dititipkan kepada keluarga. Ada yang besar mengasuh dan diberikan tanggungjawab menangani yang masih kecil. Semua dipasrahkan kepada Allah semata.

Merry Rusmini (Merry) | Indahnya Ibadah Umroh tahun 2014

Satu lagi kisah perjalanan yang istimewa dari buku antologi ini. Beribadah ke rumah Allah, gratis, dibiayai oleh kakak tercinta. Bukan main. Seperti kata pepatah “Nikmat mana lagi yang kita dustakan”, pengalaman sarat makna ini, rasanya pas banget untuk disematkan kepada Merry. Bahkan sang kakak bersedia meminjamkan dana agar Merry bisa berangkat bersama suami.

Merry juga menceritakan satu kejadian tanpa diduga saat mengaji di Masjidil Haram. Ada seorang ibu-ibu tua/gipsy yang mendekat kemudian mengusap-usap kepala, mendengarkan Merry mengaji dengan khusyuk, lalu mengangguk dan jempol diangkat. Tak berapa lama si ibu sudah gak keliatan. Saat bercerita kepada Ustadz, beliau mengatakan bahwa ibu tersebut isteri Rasulullah yang paling miskin.

Tulisan Favorit

Deka Amalia | Belajar Karakter Ala Jepang di Tokyo dan Ichwan Hanuranto | Negeri Impian

Travellers On Fire. Buku Antologi Sarat Cerita Dari 35 orang Penulis.

Tulisan mengenai kehidupan di Jepang di buku antologi kali ini sangat menarik perhatian saya. Terutama tentang kebijakan dan pengaturan dalam bidang pendidikan dasar. Saya mendapatkan informasi yang sangat berharga dari uraian yang disampaikan oleh Deka dalam tulisannya yang berjudul “Belajar Karakter Ala Jepang di Tokyo” dan Ichwan Hanuranto (Ichwan) melalui artikel “Negeri Impian“.

Sebagai salah satu negara maju di Asia dan sangat diperhitungkan teknologinya di dunia, Jepang tentunya mendapatkan tempat tersendiri di hati. Jadi ketika mengetahui banyak hal baru tentang negara matahari terbit ini dari kisah perjalanan yang dituliskan Deka dan Ichwan, saya mendadak tergugu. Judul yang sudah disematkan ternyata memang cocok dengan isi. Pas banget.

Ada beberapa catatan penting yang ingin saya bagi di sini. Sebagai salah satu negara yang memiliki peradaban tinggi disamping Romawi, Mesir, Persia, dan lain-lain, sejarah Jepang dibagi atas 5 periode.

  1. Abad kuno atau Kodai;
  2. Abad pertengahan atau Chuusei;
  3. Abad pra modern atau Kinsei. Pada abad ini, tepatnya di jaman Edo (1603-1868), Jepang pernah menutup diri dari segala pengaruh asing. Selama kurang lebih 3 abad tersebut, Jepang mengisolasi akses keluar masuk warga mereka dan siapapun kecuali warga negara Cina dan Belanda;
  4. Abad modern atau Kindai.;
  5. Era dewasa atau Gendai. Era Dewasa terbagi atas 3 yaitu Taisho (1912-1926), Showa (1926-1991), lalu Heisei (1991-hingga saat ini). Periode terakhir ini ditandai dengan wafatnya Kaisar Hirohito di Januari 1998 dan naik takhtanya Kaisar Akihito.

Catatan-catatan lain tentang sejarah negara matahari terbit yang ingin saya tuliskan kembali adalah pada 1854 mereka didobrak oleh Amerika. Hingga akhirnya pada 1868 terjadi pembaharuan yang dikenal sebagai Restorasi Meiji. Saat dimana Jepang berkiblat dan (lebih) condong ke negara Eropa.

Pada Perang Dunia I (1914), Jepang tergabung dalam Triple Entente (Perancis, Inggris, dan Rusia) yang saat itu melawan Jerman, Austria, dan Hongaria. Kemudian pada Perang Dunia II (1939), Jepang bergabung dengan Jerman (Hitler) dan Italia (Mussolini) dalam kesatuan yang dinamakan Axis.

Bicara soal geografis, catatan penting tentang Jepang adalah:

  1. Negara kepulauan di Asia Timur dengan jumlah pulau 6.852 buah;
  2. Berada di ujung barat Samudra Pasifik sementara di sebelah timur adalah laut Jepang;
  3. Bertetangga dengan RRC (Republik Rakyat Cina), Korea, dan Rusia;
  4. Pulau-pulau utamanya adalah Hokkaido, Honshu (terbesar), Shikoku, dan Kyushu
  5. Memiliki penduduk berjumlah kurang lebih 128 juta jiwa, Jepang menduduki urutan ke-10 penduduk terbanyak di dunia

Saya juga memberikan highlight khusus untuk pembahasan sisi pendidikan di Jepang yang sempat dibahas oleh Ichwan. Sistem pendidikan yang lebih mengarah kepada character building dengan mengacu kepada budaya timur. Sementara di sisi yang lain tetap aktif berlomba dengan budaya barat di bidang ilmu dan teknologi. Para pelajar juga dididik untuk mandiri. Seperti berangkat sekolah sendiri dengan berjalan kaki (tanpa diantar). Nilai-nilai budi pekerti yang ditanamkan kepada anak-anak adalah sikap sopan dan selalu memikirkan kebutuhan orang lain, disiplin, tepat waktu, berdedikasi tinggi, jujur, dan mau bekerja keras.

Tambahan catatan juga saya dapatkan dari ulasan Deka yang sempat mengunjungi Tsuchinambu Elementary School. Sebuah sekolah negeri di Tokyo. Beberapa hal yang patut kita ketahui adalah:

  1. Penentuan sekolah menggunakan sistem zonasi. Jadi anak-anak tidak bingung akan sekolah dimana. Semua sudah ditentukan oleh negara mengikuti dimana mereka tinggal;
  2. Standard setiap sekolah adalah sama. Jadi sekolah dimanapun, anak-anak akan mendapatkan fasilitas dan sistem pengajaran yang sudah baku;
  3. Sekolah tidak diantar. Anak-anak sekolah dasar biasanya dibentuk dalam kelompok-kelompok, lalu berjalan bersama ke dan dari sekolah. Sementara anak-anak yang lebih dewasa (SMA) naik sepeda;
  4. Anak sekolah tidak berseragam. Tapi mereka memakai tas sekolah yang sama. Pembedaan tingkatan sekolah adalah pada warna tas yang dikenakan;
  5. Sepatu hanya dikenakan sampai teras sekolah. Mereka mengenakan sepatu khusus dalam lingkungan sekolah;
  6. Tidak banyak mata pelajaran yang diberikan karena di sekolah mereka fokus pada pendidikan karakter;
  7. Tidak ada penilaian dalam angka. Hanya berupa laporan proses pencapaian. Jadi tidak ada cerita ada anak yang tidak naik kelas;
  8. Makan siang disediakan oleh sekolah. Ruang makan khusus. Menu harian 4 sehat 5 sempurna diinfokan kepada orang tua;
  9. Nilai pendidikan yang diutamakan adalah pada proses bukan hasil akhir;
  10. Anak-anak sekolah tidak bermedsos;
  11. Hidup ini sederhana. Nikmati saja apa yang kita butuhkan. Serba secukupnya dan tidak berlebihan;
  12. Benda dinilai/dilihat berdasarkan manfaatnya bukan dijadikan sebagai simbol status;
  13. Memiliki benda karena kita butuh (saja);

Ketika membuat rangkuman di atas, saya bolak balik membaca kisah perjalanan yang diurai sangat apik oleh Deka dan Ichwan. Begitu banyak catatan penting yang tidak ingin saya lewatkan. Kemudian seketika berharap agar suatu saat semua kebaikan di atas, yang diterapkan oleh Jepang pada dunia pendidikan, dapat kita tiru.

Boleh kan ya bermimpi dulu? Setidaknya jika pun saya tidak ada umur untuk menikmati kemajuan dunia pendidikan bagi anak-anak dan cucu saya, setidaknya suatu saat Indonesia bisa menikmati suatu masa dimana urusan pendidikan menjadi perhatian utama. Membaik dari tahun ke tahun. Baik dari segi sistem maupun pengelolaannya. Terlepas dari sentuhan politik juga kepentingan-kepentingan kelompok atau pribadi tertentu.

Travellers On Fire. Buku Antologi Sarat Cerita Dari 35 orang Penulis.

Review Pribadi

Saya “melahap” setiap lembar buku antologi ini dengan penuh kesabaran mulai dari proses pembacaan pertama. Saya tutup dalam 2 hari lalu saya baca kembali karena memutuskan untuk menuliskan ulasannya. Dilengkapi dengan cover yang atraktif, huruf dan kualitas kertas yang digunakan sudah nyaman banget. Rada ketebalan. Tapi hal ini terjadi tentunya karena mengakomodir semua tulisan dari para peserta. So it would be fine anyway.

Layaknya sebuah buku yang menguraikan tentang kisah perjalanan, saya berharap agar jenis buku ini dilengkapi dengan foto-foto berwarna dari destinasi wisata yang disebutkan. Setidaknya 1 foto terbaik untuk setiap tulisan. Fasilitas visual yang menggiring pembaca untuk berimajinasi dan memanjakan indera penglihatan. Sesuatu yang indah dan informatif yang saya temukan saat membaca beberapa novel bertemakan traveling. Seperti beberapa buku yang digarap oleh penulis senior, guru menulis saya, Agustinus Wibowo.

Above all, buku Travellers On Fire, Kumpulan Kisah Perjalanan, yang digarap oleh 35 orang penulis ini, highly recommended untuk dimiliki. Layaknya sebuah buku antologi, ragam berceritapun kita dapatkan mulai dari awal hingga akhir.

Travellers On Fire. Buku Antologi Sarat Cerita Dari 35 orang Penulis.

#BukuAntologi #TravellersOnFire #BukuTraveling #KisahPerjalanan #WriterpreneurClub #KomunitasMenulis

Blogger, Author, Crafter and Photography Enthusiast

annie.nugraha@gmail.com | +62-811-108-582

34 thoughts on “Travellers On Fire. Buku Antologi Sarat Cerita Dari 35 orang Penulis.”

    • Terimakasih kembali Mbak Deka. Semoga ulasan ini menjadi penyemangat untuk semuanya agar melahirkan karya-karya tulis yang berbobot dan berkualitas. Proud to be part of it as well

    • The pleasure is mine Mbak Endah. Tulisan Mbak Endah juga luar biasa. Teruslah produktif di dunia literasi ya Mbak

    • Mokasih Yan. Ini salah satu buku antologi tentang traveling yang bagus menurutku. Keputusan yang tepat untuk aku bergabung di komunitas Writerpreneur Club.

  1. Review mba Annie amazing banget. Membawa pembaca seolah-olah ikut berjalan-jalan.. Poin-poin yang di-highlight oleh mbak Annie menjadi referensi penting bagi pembaca. Saya sukaaa sekali dengan cara bertutur mba Annie.
    Terima kasih juga kepada mentor tercinta MbakDeka, sehingga saya bisa ikut serta dalam antologi ini.
    Suatu kehormatan bahwa tulisan saya tentang
    secuil cerita di Garut diulas di sini. Kami tunggu traveler mengunjungi kota kami.

    Salam hangat

    Reply
    • Terimakasih untuk complimentnya Mbak Nunung. Semoga dengan hadirnya artikel ini semua penulis semakin bersemangat menyusun kisah-kisah perjalanan berikutnya

    • Terimakasih kembali Mbak Novica. Semoga akan lahir beragam tulisan yang berkualitas dari Mbak Novica kedepannya.

  2. Tulisan yang panjang tapi ngga membosankan samasekali. Yuk Annie menuturkan dengan ciamik! Bikin aku rindu kembali nulis cerita perjalanan kayak dulu. Ada bahan yang masih nimbun di draf, belum aku selesaikan, Yuk. Hahaha. Btw Mbak Deka memang betul2 tutor menulis yang kece, ya. Duluuu banget aku pernah ikut kelas beliau 1 minggu via daring lewat Grup FB (blm ada IG wkt itu kalo gak salah).

    Reply
    • Ayok Mol tulis lagi pengalaman traveling nya. Aku juga masih ada sih tapi lagi pengen nulis review dulu. Review film, drakor, dan buku. Feelnya lagi ke sana.

      Alhamdulillah. Ketemu Mbak Deka Amalia tanpa sengaja juga. Akhirnya ikut 1 sesi khusus mengenal digital writing. Bisa nambah-nambah pengetahuan dan jadi semangat untuk menyelesaikan buku solo. Doakan ya Mol.

  3. Wah panjang mba ceritanya. Saya setuju ama mba tentang antalogi. Saya juga suka, karena bisa melihat bagaimana tipe dan kategori si penulis dalam menceritakan dan menggambarkan pengalamannya. Karena rame kita bisa sharing dan belajar juga ya mba

    Reply
    • Betul Mas. Terkadang membaca dengan banyak ragam diksi bisa menambahkan perbendaharaan kata yang kita miliki.

  4. Wah, keren cerita-ceritanya. Suka yang Jogja dan tentang masjid itu. Karena kalau Jogja saya juga punya banyak kenangan. Sementara yang masjid, jadi menguatkan saya untuk ingin ke 3 tanah suci dalam Islam ☺️

    Reply
    • Semoga tetap menginspirasi untuk berkunjung ke tempat-tempat cantik di nusantara dan berharga seperti tanah suci ya Mbak

    • Cobain Mbak Sari. Cirebon relatif gak begitu jauh dari Jakarta. Kotanya juga kecil. Jadi keliling dalam 1 hari juga cukup

  5. Bener banget Mba Annie… saya juga sudah ke Taman Simalem Resort di Tanah Karo, Sumatera Utara. Kayak sekeping surga tersembunyi gitu. Banyak fasilitas bermain keluarga di sana, kayak paket outbound buat anak2, archery, dan masih banyak lg. Pas deh buat destinasi. Sajian utamanya Bukit One Tree itu yg bisa memandang eksotisnya Danau Toba dari sudut pandang yg lain. Pingin lg deh ke sana.

    Reply
    • Waaahh jadi tambah pengen ke Taman Simalem Resort. Membayangkan menikmati Danau Toba dari satu ketinggian yang cantik tak terkira. Pagi-pagi pasti seger banget untuk olga dengan keindahan alam ya Mbak

  6. Bener² dikeroyok rame² ini buku. Jadi sangat bervariasi ceritanya ya yuk. Dari tempat² yg diceritakan, aku paling mupeng ke Toraja dan Raja Ampat 😃

    Lengkap yuk ulasannya 👍

    Reply
    • 35 penulis Rien. Luar biasa lah. Ragam dan gaya cerita nulisnya itu yang bikin buku ini kaya diksi.

      Aku sudah sampe ke Toraja tahun 2.000. Sayang waktu itu belum nulis dan motret. Pengalaman yang luar biasa. Terutama soal susahnya cari makanan halal hahahaha. Sesuatu lah. Selama di sana cuma makan mie instan dan roti (ini pun masih hati-hati milihnya).

      Raja Ampat nih masih dalam impian. Kapan ada rombongan pengen pegi ah. Pergi rame-rame dulu baru setelah itu solo traveling. Semoga dikasih kesempatan dan rezeki untuk sampai Raja Ampat

  7. Wah kalo baca buku ini jadi serasa lagi ikutan travelling dong yaa mba dari satu spot ke spot lain, duh kapan yaa aku bisa bikin buku juga hihi, kepinginan banget dari jaman dulu tuh

    Reply
    • Woth to have ini buku antologinya. Saya juga jadi terdorong untuk bikin buku lagi. Utamanya menyelesaikan buku solo

  8. Semoga buku Solonya segera terbit ya mbak. Ayo semangat!

    Ya ampun, saya jadi teracuni untuk memiliki buku antologi ini. Asli keren banget. Saya nih maju mundur aja tiap kali Mbak Deka buka kelas menulis. Belum kenal secara personal sih, tahu dari FB aja.

    Reply
    • Aamiin YRA. Lagi merapihkan naskah-naskah yang berserakan dan menentukan packaging buku nya. Pengen bikin design yg berbeda dari buku-buku yang lain. Doakan ya Mbak Nanik.

      Ayok Mbak Nanik, bikin buku. Kita barengan nih

Leave a Comment