Mendulang Keindahan Seni Pahat Kelas Dunia di Vihara Ksitigarbha Bodhisattva, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau

Mendulang Keindahan Seni Pahat Kelas Dunia di Vihara Ksitigarbha Bodhisattva, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau
1 year ago

Mendulang Keindahan Seni Pahat Kelas Dunia di Vihara Ksitigarbha Bodhisattva, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau

Mendulang Keindahan Seni Pahat Kelas Dunia di Vihara Ksitigarbha Bodhisattva, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau

Hujan rintik dan hembusan angin panas mengiringi pelayaran saya dari dermaga di Pulau Penyengat menuju Dermaga Penyengat yang ada di Tanjung Pinang. Terus terang dada saya cukup berdebar-debar saat harus berlayar di tengah cuaca mendung seperti saat itu. Meskipun bukan hujan deras, tapi membayangkan hujan bisa saja berubah menjadi deras selama sekitar 15 menit perjalanan kedepan, tentunya menghadirkan sensasi pikiran yang tak dapat dikendalikan. Apalagi saat itu yang saya naiki adalah perahu pompong. Perahu kayu kecil yang tentunya gampang terombang-ambing saat cuaca tidak bersahabat dan memunculkan ombak yang mencabar mental.

Saat akan meninggalkan dermaga yang ada di Pulau Penyengat tadi, Bams menceritakan sekilas tentang tempat yang akan saya kunjungi berikutnya. Tempat tersebut adalah Vihara Ksitigarbha Bodhisattva yang lebih dikenal dengan sebutan Vihara Patung Berwajah Seribu. Sebuah rumah ibadah umat Budha yang memiliki keindahan seni pahat kelas dunia dan sudah dikenalkan kepada publik sejak Februari 2017. Saya langsung membayangkan berjumpa dengan vihara yang super luas di atas tanah puluhan hektar karena sibuk menghitung posisi bagaimana supaya patung yang berjumlah seribu itu dapat dilihat di dalam satu tempat yang sama.

Menarik dan luar biasa hebat pastinya. Itupun hakul yakin butuh keahlian pengaturan dan penataan yang tidak sedikit. Upaya dan dana lura biasa yang tidak mudah pastinya.

Hujan semakin menderas saat saya melangkah turun di Dermaga Penyengat. Dengan berlari-lari kecil, saya dan Bams bersegera masuk ke sebuah mobil yang sudah sempat dipesan Bams sebelum kami berangkat tadi. Mobil mini van kecil ini dikendarai oleh seorang pakcik yang tampaknya sudah biasa bekerjsama dengan Bams dalam melayani tamu yang berkunjung ke Tanjung Pinang. Mereka tampak akrab dan saling berbagi kabar. Senangnya ya kalau networking kita bagus.

Tentang Pulau Penyengat : Tersengat Kekaguman di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau

Perjalanan Darat di Bawah Rintik Hujan

Saya sempat menyakinkan kembali tentang sisa waktu yang ada kepada Bams. Mengingat bahwa kapal ferry terakhir yang berangkat dari pelabuhan Sri Bintan Pura ke Pelabuhan Telaga Punggur kota Batam adalah pkl. 17:30 wib, sementara saya baru berhasil menginjak Tanjung Pinang jam tiga sore lebih. Jadi jika dihitung, saya hanya punya waktu sekitar empat jam lebih sedikit untuk menjelajah Tanjung Pinang, khususnya Vihara Ksitigarbha Bodhisattva.

“Keburu kok Kak. Perjalanan kita ke vihara makan waktu sekitar 20 menit. Foto-foto dan bikin video cepat aja. Jika memungkinkan nanti kita mampir ke Trans Studio yang letaknya sangat dekat dengan vihara. Saya mau foto kakak di halaman depannya aja. Baru setelah itu kita balik ke pelabuhan.” Bams mengurai rencana yang tampaknya sungguh cermat dalam pembagian waktu.

Saya menjawab “oke”. Meski setelahnya sempat ragu karena langit masih dalam kondisi gelap dan jalanan terlihat penuh oleh kendaraan. Macet di saat hujan memang sering terjadi di setiap jalanan yang kita lalui dimana pun kita berada.

Saya berdebar tak terkira dan menurunkan kacamata rayban, saat mobil mulai menjejak ke serangkaian jalan menanjak. Ukurannya tidak terlalu lebar tapi cukup untuk dilewati dua mobil dengan dua jalur. Mendadak saya mendengar suara gas mobil terdengar meraung sangat kencang. Suara yang saya kira berasal dari tekanan gas yang terlalu ditekan. Waduh. Saya mendadak pucat. Gimana kalau mobil ini tetiba rusak dan tak mampu membawa saya kembali ke pelabuhan ya? Bisa berabe gak bisa kembali ke kota Batam.

Sibuk memikirkan nasib si mobil, saya tidak menyadari bahwa hujan mendadak berhenti dan langit yang langsung terang benderang menyambut kehadiran saya. Jadi saat melangkah turun, wajah saya mendadak langsung semringah. Tak henti bersyukur karena selalu mendapatkan keberuntungan selama dalam perjalanan. Apalagi setelah melihat jumlah pengunjung hanya bisa dihitung jari. Sungguh suatu kondisi yang menyenangkan untuk memotret dan membuat video tanpa bocor.

Tentang Batam : Terpesona Kecantikan KTM Resort, Sekupang, Batam

Mendulang Keindahan Seni Pahat yang Mendunia

Membayar HTM Rp5.000,00/orang di sebuah loket atau lebih tepatnya sebuah tenda kecil berwarna kuning, kemegahan Vihara Ksitigarbha Bodhisattva langsung terhidang di depan mata. Persis di depan parkiran saya melihat sederetan pilar-pilar tinggi besar dengan badan bertuliskan aksara Cina dan empat patung singa yang duduk menghadap empat mata angin. Pilar-pilar ini berada di sisi kanan dan kiri jalan setapak yang cukup lebar. Beberapa pilar nan gagah ini seakan berfungsi sebagai simbol selamat datang yang menyambut langkah kita menuju sebuah lapangan kecil yang berada di depannya.

Di lapangan yang cukup luas ini berdiri kokoh sebuah patung Budha yang sedang duduk dengan telapak tangan yang saling bersentuhan dan dalam posisi seperti sedang bermeditasi. Ekspresi dan senyum hangat yang terukir di patung ini terlihat begitu damai dengan beberapa relief dan ukiran kepala naga di berbagai sisi. Posisi tangan Budha ini mempresentasikan sifat murah hati yang dimiliki oleh beliau. Tingginya patung cukup membuat saya mendangak agak lama. Apalagi setelah mengamati beberapa menit, persis di belakangnya terbangun sebuah benteng yang sama megahnya. Di bagian teratas benteng tersebut ada tiga pagoda. Satu bentuknya menjulang tinggi dengan tiga atap dan berada di tengah. Sementara dua lainnya berbentuk persegi panjang, di sisi kanan dan kiri pagoda yang tinggi tersebut. Semua terlihat bak pemandangan estetik yang hanya dimiliki oleh berbagai sisi kehidupan yang ada di Cina daratan.

Mendulang Keindahan Seni Pahat Kelas Dunia di Vihara Ksitigarbha Bodhisattva, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau

Dari belakang patung Budha yang tinggi besar tadi, sebenarnya ada sebuah terowongan di tengah benteng yang bisa mengantarkan kita ke bagian belakang bangunan. Tapi saya memutuskan untuk mengambil jalur kiri. Jalur terbuka di pinggir bukit yang terdapat banyak dinding-dinding kecil berbahan marmer hitam seukuran prasasti berbentuk persegi panjang. Setiap prasasti saling sambung menyambung dan berisikan cerita, gambar, atau ilustrasi dan rangkaian tulisan tentang perjalanan hidup Budha. Sebuah kisah rohani hingga beliau mencapai tingkat mahayana atau tingkat tertinggi yang dikenal sebagai welas asih. Ingin sekali rasanya melamati rangkaian prasasti ini tapi saya takut terjebak pada kekaguman yang bisa menghabiskan waktu.

Beberapa langkah setelahnya, rasa penasaran akan megahnya Vihara Kistigarbha Bodhisattva yang sempat tersimpan itu sepanjang perjalanan tadi, menemukan sumbernya.

Di sini sebuah ruang terbuka tampak jauh lebih luas dari yang di depan tadi. Saya menebarkan pandangan dan tak henti merasakan kegembiraan yang teramat sangat. Semua yang saya nikmati saat itu adalah sebuah keindahan karya seni yang tak terbantahkan. Sebuah karya seni pahat dan area wisata religi kelas dunia yang menjadi kebanggaan masyarakat Tanjung Pinang, provinsi Kepulauan Riau.

Di bagian kanan dari tempat saya berdiri terlihat bagian belakang benteng yang tampak menjulang dan menyanggah tiga buah pagoda yang saya lihat dari area kedatangan tadi. Di bawah benteng berderet 40 patung-patung dewa dalam agama Budha yang bejajar rapi dan dijaga oleh pagar hitam setinggi dada orang dewasa. Lalu ada juga beberapa yang diletakkan terpisah, tepat sejajar dengan prasasti yang barusan tadi saya lewati. Sayangnya tidak ada tulisan apapun yang menjelaskan tentang patung-patung itu. Tapi yang pasti kualitas pahatannya tak henti membuat saya berdecak kagum.

Melangkah ke sisi kiri dari arah kedatangan saya, tampaklah berderet patung seribu wajah tersebut. Saya berdiri tegak sembari terjebak dalam kekaguman yang teramat sangat. Dengan susunan yang sedikit melengkung dan diletakkan sejajar, berdekatan satu sama lain, saya melihat deretan patung setinggi hampir dua meter yang oleh banyak orang dikenal sebagai patung Lohan atau biksu pelayan Budha. Ada juga yang menjuluki sederetan ukiran sebagai thousand faces of Budha.

Namun bagi saya, penamaan apapun yang diberikan untuk patung-patung ini adalah berupa penghormatan yang diberikan oleh publik atas keangungan Budha.

Julukan ribuan/thousand sebenarnya bukan merujuk kepada angka presisi karena jumlah patung tersebut adalah 500-an/580an. Setidaknya itulah jumlah yang saya ketahui di saat saya berada di sana (Juli 2023). Ditengah kegiatan penyiraman patung oleh salah seorang petugas, saya memperhatikan bahwa setiap patung terlihat seperti sebuah pasukan biksu yang siap melayani umatnya. Ekspresinya beragam, ada yang tersenyum, tertawa lebar, memunculkan ekspresi jenaka, menahan senyum, atau sekedar terdiam. Gesture setiap patung juga tidak ada yang sama. Begitupun dengan pakaian serta perangkat yang menyertai mereka. Ada yang sekedar berdiri mengenakan Kayasa (jubah khas yang hanya dikenakan oleh biksu atau bisksuni), tapi ada juga yang dilengkapi dengan topi atau sedang memegang perangkat seperti tombak, pedang, dan lain-lain. Di bagian bawah (di depan kaki mereka) terdapat sebuah prasasti marmer hitam dengan aksara Cina. Dari beberapa tautan info yang saya baca, tulisan tersebut berisikan nama, nama keluarga, serta organisasi donatur patung yang bernilai Rp25.000.000,00/bh tersebut.

Pikiran saya mendadak melayang ke patung Terakota di Shaansi, Cina. Patung prajurit yang gagah mengenakan zirah yang siap tempur, membaca senjata yang berbeda-beda, dan siap mengawal Kaisar Qin Shi Huang di akhirat. Satu destinasi wisata yang saya impikan bisa saya kunjungi di satu masa nanti.

Jika patung Terakota dibuat dari bahan tanah liat yang halus, dibentuk dan kemudian dibakar dalam suhu yang tinggi, patung Lohan yang ada di Vihara Ksitigarbha Bodhisattva ini terbuat atau dipahat dari batu granit. Dikerjakan oleh pemahat profesional di Cina, dikirimkan lewat container via kapal laut, kemudian dirakit di Indonesia. Jadi gak heran ya kalau proses pembangunan destinasi religi ini memakan waktu hingga 14 tahun. Amazing!!

Berada di Jl. Asia Aftrika km 14, sisi barat kota Tanjung Pinang, atau sekitar 13km dari pusat kota, kabarnya vihara megah dan menawan ini adalah milik seorang pengusaha asal Singapura. Tapi, menurut saya, siapapun yang memprakarsai eksistensi dari tempat ini, tentulah beranjak dari keimanan yang dianut dan kekaguman atas tokoh Budha yang seorang maha guru dari ajaran sejuta kebaikan, kebajikan, dan jutaan manfaat bagi umat dunia.

Mendulang Keindahan Seni Pahat Kelas Dunia di Vihara Ksitigarbha Bodhisattva, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau

Tentang Batam : Menikmati Barelang dari Pirates Cafe and Bar Batam

Mendulang Keindahan Seni Pahat Kelas Dunia di Vihara Ksitigarbha Bodhisattva, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau

Mendulang Keindahan Seni Pahat Kelas Dunia di Vihara Ksitigarbha Bodhisattva, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau

Mendulang Keindahan Seni Pahat Kelas Dunia di Vihara Ksitigarbha Bodhisattva, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau

Sebuah Kisah Perjalanan Istimewa

Bams mendekati saya yang sibuk merekam keindahan Vihara Ksitigarbha Bodhisattava ini dari berbagai sudut. Dia pun kemudian semangat mengarahkan saya untuk berpose di setiap sisi instagrammable yang saya yakin pasti jumlahnya tidak sedikit. Bahkan saat mengedit, memilah, serta memilih foto mana yang akan saya tampilkan di blog ini, saya blunder pada keputusan tiada akhir. Ya sudahlah, akhirnya banyak shoot indah yang terekam saya masukkan. Sayang kan kalau tidak dibagikan. Teman-teman tentu penasaran dengan puluhan kalimat pujian yang saya sendiri pun tak dapat menghentikannya. Karena memang kemegahan dan keistimewaan destinasi wisata religi ini sungguh tidak terbantahkan. Apalagi di saat saya menjejakkan kaki di sini, semesta sepertinya ingin membahagiakan saya. Langit cerah dengan warna biru yang sempurna, awan putih berjajar cantik dan kompleks serta jajaran patung yang sedang dalam proses pembersihan agar terawat dengan baik.

Waktu sekitar 30 menit yang dialokasikan rasanya tidak cukup untuk membayar rasa yang sarat dengan pujian tak terhingga. Seandainya saya memiliki waktu lebih banyak, bisa dipastikan saya akan meminta didampingi oleh seorang tour guide atau siapapun yang paham akan eksistensi vihara ini mulai dari pembebasan lahan hingga akhirnya sangat pantas untuk menjadi kebanggaan umat Budha di Indonesia. Tentu saja dengan maksud agar ulasan yang saya buat dapat dihidangkan dengan lebih mendalam, sarat dengan rincian, dan sisi kerohanian yang niscaya bisa menyentuh bagian terdalam dari nurani kita.

Tapi meskipun tak lebih dari 30 menit, apa yang saya dapatkan di sini, telah menjadi sebuah kisah perjalanan istimewa selama saya menjelajah Pulau Sumatera. Saat melangkah pulang, saya sekali lagi menengok patung Budha yang tinggi dan besar di bagian terdepan kompleks tadi. Saya juga sempat menyebarkan pandangan pada bukit yang meyanggah vihara secara keseluruhan. Mendadak saya membayangkan suatu saat di dekat area parkir tersebut akan berdiri sebuah resto atau cafe besar dengan pemandangan indah yang menentramkan hati. Para wisatawan bisa menghabiskan waktu dengan mengamburkan pandangan ke hijaunya bukit, persembahan alam dari Sang Pencipta sembari mengagumi karya seni pahat berkelas dunia yang ada di tanah air tercinta.

Mendulang Keindahan Seni Pahat Kelas Dunia di Vihara Ksitigarbha Bodhisattva, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau

Mendulang Keindahan Seni Pahat Kelas Dunia di Vihara Ksitigarbha Bodhisattva, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau

Mendulang Keindahan Seni Pahat Kelas Dunia di Vihara Ksitigarbha Bodhisattva, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau

Mendulang Keindahan Seni Pahat Kelas Dunia di Vihara Ksitigarbha Bodhisattva, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau

Mendulang Keindahan Seni Pahat Kelas Dunia di Vihara Ksitigarbha Bodhisattva, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau

Mendulang Keindahan Seni Pahat Kelas Dunia di Vihara Ksitigarbha Bodhisattva, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau

41 Comments Leave a Reply

  1. Nah persis yang ayuk bilang, aku ngeliat deretan patung ini keinget Terakota walaupun belom pernah lihat langsung. Soal penyebutan jumlah yang agak lebai hwhw, ya sama kayak masjid Seribu Tiang di Jambi yang sebenarnya tiangnya pun gak sampe seribu. Tapi jadinya emang ear catching dengan penamaan itu haha.

    Sejauh ini aku baru ke Batam aja kalau main ke Kepri. Pengen banget main ke Tanjung Pinang ini. Walaupun kalau gak ditemenin warga lokal agak ribet sedikit. Ini dari tadi aku nyimak kalo ayuk ditemenin Bams, keinget Bams yang di Tidore. Sempat ngira orang yang sama juga tadi haha walau sepertinya bukan ya?

    Salut dengan HTM yang murah, semoga pemasukan dapat diberdayakan untuk perawatan patung-patung itu. Amiiin.

    • Istilah “seribu” ini memang sering dihiperbola yo. Maksudnyo mungkin untuk menggantikan kata “sangat banyak.” Aku tetiba jadi ingat kata “……diciptakan ketika Tuhan sedang tersenyum.” Kalimat yang melukiskan betapa indahnya suatu tempat. Jadi kalau sudah bertemu kata atau kalimat ini aku sering tersenyum. Secantik Monalisa hahahaha.

      Kalau jalan-jalan ke tempat yang memorable, aku memang seneng ado kawannyo (khususnyo wong lokal). Selain pacak bantu motret, ngawani jalan supaya idak keliling idak keruan, ngawani makan sambil ngobroli tentang tempat yang dikunjungi. Apolagi mun ketemu kawan yang sesamo pejalan dan blogger. Klop nian. Nah Bams yang di Batam ini cak itu. Satu paket komplit karena dio jugo sekalian nyewoke mobil. The best lah. Semoga Bams kito yang Tidore suatu saat pacak selevel ini. Tidore pasti bangga punyo Bams Kaicili.

  2. LHO KEREN BANGEEETTT! Nggak nyangka ada tempat wisata seperti ini di Batam. Berasa di Malaysia atau Vietnam. Bener, saya juga langsung recall ke Patung Terakota di Tiongkok sana. Tiket masuknya juga sangat terjangkau hanya Rp5 ribu. Ada kedai makan atau tempat ngopi di dekatnya nggak, mbak?

    • Nah waktu kunjungan aku, di sini belum ada cafe atau coffee shop atau resto. Padahal posisinya yang di atas bukit tuh keren banget. Pemandangan hijaunya indah tak terkira. Dan hakul yakin pasti beken dan sering dikunjungi kalau tempat ini terbangun.

  3. Pernah dengar sekilas tentang keindahan seni patung Vihara Ksitigarbha Bodhisattava, namun baru kali ini bisa melihat detail foto dan ulasan lengkap tentang Vihara Ksitigarbha Bodhisattava.
    Semoga suatu saat bisa berkunjung ke sana bareng keluarga…. Aamiin

    • Aamiin Yaa Rabbalalaamiin. Kalau punya drone keknya lebih keren Mas. Saya pas di sini, tergerak pengen punya drone ini hahahaha.

  4. Kayaknya memang begitu ya. Penamaannya dibikin semakin boombastis gitu. Padahal secara jumlah nggak segitu. Ini tuh sama kayak lawang sewu di Semarang. Padahal ya pintunya nggak sejumlah 1000. Karena emang banyak saja jumlah pintunya. Pun dengan vihara ini.

    • Naaahh iya Mbak Yuni. Kata “hiperbola” yang mewakili kata “sangat” atau “lebih dari apapun.” Tapi saya punya feeling kalau nantinya patung ini akan benar2 berjumlah seribu. Jika donaturnya bertambah dari waktu ke waktu, bukan tak mungkin dari 580bh saat saya datang bisa menjadi 1.000bh nantinya. Dan itu bakal sangat megah.

  5. wah, padahal aku sering loh mba dinas ke Kepri, kalo tau ada spot seindah ini, pasti aku sempetin mampir, next ah kalo ke Kepri lagi mau coba visit ke sini

    • Nah nah naaahhh. Kudu dihampiri Mbak Shinta. Saya juga belum puas keliling Tanjung Pinang. Pengen balik lagi.

  6. Ibu…. masyaallaah…
    Saya lama terfokus pada foto-foto
    Bayangin luasnya wilayah jelajah bikin kaki pegel tapi ngga mau udah.

    Untung cuaca cerah ya, Bu…
    Seneng bangeet dengan lokasi wisata yang bersih rapi terawat.
    Eh iya ini kan vihara, yaa…

    Jadi keinget di Medan ada vihara tapi yang jaga jutek bangeet.
    Padahal kan kita ya tau diri pasti ngejaga diri, tutur kata dan kebersihan.
    Gara2 itu ngga jadi masuk deh

    • Saya sesungguh pengen agak lama di sini. Pengen juga ketemu dengan tour guide nya. Tapi sayang waktu sangat terbatas. Kebayang asiknya jika ditemani seseorang yang paham akan vihara ini. Terutama tentang visi, misi, sejarah perjalanan berdirinya vihara dan konsep ke depannya. Tulisan ini pasti akan terasa “lebih berisi” ya Ci.

  7. Ommo mbak Annie, ini beneran di Kepri? di Indonesia? Kirain di Thailand atau Vietnam loh karena cakep banget. Patung Budhanya gagah dan ganteng sekali! Duh, aku baca tulisan ini sampai akhir jadi iri, pengen juga jalan-jalan ke sudut lain Indonesia buat nemuin destinasi wisata secantik vihara di kepri ini.

    • Dan saya beruntung ada yang memberitahukan saya tentang vihara ini. Karena saya benar-benar buta soal banyak destinasi wisata di KePri. Mudah-mudahan dengan tulisan ini, banyak dari kita yang tahu akan tempat ini.

  8. Akhirnya, terpuaskan rasa penasaran dengan Vihara Ksitigarbha Boodhisattva ini melalui foto-foto nya mba Annie.
    Saya berkunjung ke Tanjung Pinang terakhir ketika Vihara ini masih dalam proses pembangunan, belum dibuka untuk umum, udah lama ternyata, hiks.
    Tak pikir jumlah patungnya memang sebanyak namanya mba.Terlepas dr semua itu, keindahan pahatan patung Budha yang ada memang mengagumkan.
    Apalagi hamparan ruang terbuka hijau yang mengelilinginya.

    • Proses pembangunannya 14 tahun loh ini Mbak. Luar biasa ya. Waktu selama itu tentunya karena pihak vihara ingin menyajikan sesuatu yang istimewa bagi Tanjung Pinang.

  9. Wisata religi agama lain . Suka kagum lihat patung gede banget pasti bikinnya juga perlu ekstra tenaga apalagi pas masang. Oh ada acara penyiraman patung juga kirain pas sudah ditaruh di diamin gitu aja.

  10. Keren banget ini sih, mengingatkanku pada Teracottanya China. Cuaca pas bagus juga ya Mbak, langitnya cerah jadinya kelihatan cantik sekali foto-fotonya. Berwisata sekaligus mengenal budaya juga religi

  11. Wah ini beneran di Batam Indonesia mba? Wajib masukin bucket list sih ini cantik banget berasa di luar negeri. Sekilas dari jauh saya lihat ekpresi patungnya sama semua datar, tapi ternyata berbeda-beda ya mba ada yang tertawa, tersenyum dll keren banget jadi pengen liat langsung. Semoga bisa ke sini suatu saat nanti.

  12. Masyaallah Mbak Annie keren banget

    satu destinasi bisa banyak tulisan, dan semua keren-keren

    saya berasa ikutan Mbak Annie menikmati keindahan Vihara Kistigarbha Bodhisattva dan ribuan patungnya

    kerasa banget toleransi yang kental ya Mbak?

    rasanya bangga jadi orang Indonesia yang plural ini

    • Semoga dengan hadirnya tulisan ini, publik jadi semakin banyak tahu tentang beragam destinasi wisata yang ada di Tanjung Pinang.

  13. Ya ampun Mbak Annie, ga pernah berhenti bikin saya ternganga dengan konten-konten yang luar biasa. Apalagi kali ini tentang Vihara Ksitigarbha Bodhisattva, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Kapan ya bisa kesana…..

    • Jika ada rezeki dan kesempatan, jangan lupa mampir kemari ya Mas Adi. Destinasi wisata yang super menurut saya.

  14. 500 ke atas sudah mengarah ke seribu mbak hehehe.
    Melihat jejeran patung ini kok jadi ingat adegan-adegan di film Cina ya.

    Alhamdulillah walau sempat deg deg an, eh ternyata mendadak hujan berhenti dan langitpun cerah. beruntung pula karena pengunjung sedikit, jadi foto-foto aman dari lalu lalang pengunjung lain

    • Hahahaha iya Mbak Nanik. Bukan gak mungkin, jika nantinya berdatangan banyak donatur, patung 580 bisa benar-benar jadi 1.000.

  15. 30 menit memang kurang deh sepertinya.
    Sekitar 2 jam-an bisa lah ya Bu, karena bakal lebih banyak lagi eksplor terkait sejarahnya.
    Mungkin itu jadi pertanda juga kali ya, agar Bu Annie suatu saat bisa balik lagi, karena kan baru setengah jam aja hehe

    • Semoga ada rezeki dan kesempatan untuk balik lagi ke Tanjung Pinang. Saya juga masih penasaran pengen menelusur banyak tempat di Tanjung Pinang dan semua yang ada di provinsi Kepulauan Riau.

  16. Sepertinya kalau aku ke sana, aku bakal menyimak satu per satu ekspresi wajah patung biksu. Itu beneran nggak ada yang sama persis ya? Eh tapi tinggi patung 2 meter … leher bakal pegel juga mendongak terus :)) Btw, makasih udah nulis tentang vihara ini, Mbak. Jadi pengetahuan baru buatku.

    • Iiihhh sepemikiran Mbak Retno. Saya mengamati patung yang ada di barisan depan aja sudah terkesima. Detailsnya keren banget. Tak satupun ada yang sama. Nyusunnya juga super rapi. Indah dan profesional luar biasa.

  17. thousand faces of Budha ini ibarat Lawang Sewu gitu ya, cuma istilah saja ribuan, padahal aslinya tak sampai seribu apalagi lebih (ribuan)
    Dan saya penasaran bagaimana saja ekspresi wajah mereka selain tersenyum, marah, cemberut, datar, atau tertawa? Jangankan ribuan, atau sekitar 500an, sepuluh ekspresi wajah saya saya bingung apalagi selain lima ekspresi yang sudah saya sebutkan di atas.
    Hehe…

    Keren banget ini lokasinya. Seperti di negara China saja padahal ini alsi masih di NKRI ya….
    Semoga saya dan teman-teman lainnya yang cuma bisa lihat dari tulisan ini, suatu saat bisa berkunjung ke sana. Aamiin….

    • Iya Teh Okti. Saya sempat mengamati sederetan patung yang di barisan depan. Jumlah sekitar puluhan aja. Tapi visualnya benar-benar berbeda satu sama lain. Luar biasa pokoknya.

      Aamiin Yaa Rabbalalaamiin. Mendoakan semua teman di sini bisa menginjakkan kaki dan menikmati pesona Vihara Ksitigarbha Bodhisattva ini.

  18. Tempat yang luar biasa dengan nilai seni yang luar biasa pula. Langsung berpikir berapa dana yang dihabiskan untuk penyiapan lahan, dan juga pahatan patung yang ada.

    Apalagi dipahatnya di Cina. Tentu butuh dana tidak sedikit. Setelah sekian tahun akhirnya bisa dirangkai dan berdiri megah di salah satu bumi di nusantara ini. Semakin menambah nilai toleransi dan keberagaman di negeri ini.

    Melihat foto-foto hasil jepretan mbak Annie membuat saya terkagum dengan bangunan itu

    • Dengan proses pembangunan selama 14tahun aja, tak terbayangkan bagaimana besar effort yang dibutuhkan untuk membangun vihara ini. Sayangnya saat saya datang tidak ada tour guide yang bisa mendampingi. Kalau enggak semua bisa saya kuliti lapis demi lapis.

      Terimakasih untuk selalu mampir di blog saya Kang Ugi. Semoga apa yang saya tuliskan selalu memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya.

  19. Ternyata penyebaran agama Budha sampai ke pangkal pinang ya, sekarang peninggalan yang menjadi cagar budaya ini harus dilestarikan nih, karena biar gimana jejak peradaban harus terjaga.

  20. MashaAllaa yaa..
    Perawatannya ini mudah atau engga yaa.. Membayangkan patungnya yang banyak dan ini adalah tempat yang sakral untuk beribadah., apakah ada ketentuan tertentu ketika berkunjung ke Vihara Ksitigarbha Bodhisattva, Kepri?

    Mungkin ada acara khusus ketika di waktu-waktu ibadah agama Budha yaa, ka Annie.

    Aku beneran jadi inget sejara Patung Terakota di Shaansi, Cina.
    Beneran mereka berjajar dengan 1000 wajahnya.

    • Pas aku di sana, ada seorang petugas yang sedang menyemprot patungnya satu persatu. Patung-patung jadi terlihat bersih dan tak berjamur. Untuk handle 580 patung sepertinya butuh waktu yang tidak sedikit.

      Konsepnya sama dengan Terrakota ya Len. Bedanya cuma penempatan patungnya aja. Kalau di Terrakota ada di bawah tanah, sementara patung di vihara ini ada puncak bukit.

  21. Sejenak liat angka 5000 memastikan ini angkanya bukan 50ribu kan, murah banget lho, padahal patung-patung di sana harga pembuatannya fantastik, eh kok malah hitung-hitungan modal ya hehe. Estetik viharanya, terimakasih mba sudah membagikan foto dan cerita ini, aku ikut kagum, tatanannya indah, dan pas banget cuacanya juga biru cerah, nambah bagus suasananya kontras dengan patung bernuansa putih

    • Yup bener. HTMnya cuma Rp5.000,00 saja. Berlebihan murahnya. Seharusnya, setidaknya Rp20.000,00 ya. Biar proporsional dengan biaya kebersihan yang dibutuhkan.

  22. Wow perjalanan yang sangat mengesankan tidak saja karena naik perahu di tengah hujan namun juga vihara yang penuh karya seni indah…

  23. saya kira ini di luar negri. ternyata masih di Indonesia, kepulauan Riau. Sampe-sampe saya ingin memastikan di peta kalo kepulauan Riau ini masih jadi bagian dari Indonesia. Dengan harga tiket yang sangat murah sudah bisa menikmati keindahan seni pahat dan patung di vihara ini. Butuh berapa lama ya untuk membuat vihara semegah ini. Ditunggu cerita unik lainnya Mba Annie

Leave a Reply

Your email address will not be published.

About Me

Annie Nugraha adalah ibu dua orang anak yang saat ini tinggal di Cikarang, Kabupaten Bekasi. Hobinya membaca, nonton berbagai genre film dan drama serta mengulik beragam dunia kreativitas. Selain mendalami dunia tulis menulis, Annie Nugraha juga adalah seorang pengajar, crafterwire jewelry designer dan pembelajar aktif di dunia photography.


Annie Nugraha dapat dihubungi via email annie.nugraha@gmail.com, atau  WA +62-811-108-582. Profilnya juga bisa dilihat di IG : @annie_nugraha, @annie_nugraha_handmade_jewelry
(untuk menampilkan karya-karya perhiasan handmade milik Annie) dan @pondok_antologi (untuk jejak langkah di dunia publishing dan literasi)

Blog ini adalah sebuah legacy. Warisan bagi siapa pun yang sempat mengenalnya. Sebuah kenangan tak bernilai jika di satu masa hanya tulisan-tulisan inilah yang menjadi bukti bahwa dia pernah hadir dan ada di dunia.