Menikmati Cita Rasa Turun Temurun Chai Kue di Gleam Chai Kue dan Resto Pontianak

Photo of author

By Annie Nugraha

Menikmati Cita Rasa Turun Temurun Chai Kue di Gleam Chai Kue dan Resto Pontianak

Maghrib sebentar lagi datang, saat lambung saya mulai bernyanyi kencang. Lelah menjelajah berbagai destinasi wisata di hari itu, tampaknya membuat saya mudah kelaparan. Makan kemana lagi ya hari ini?

Rizky tertawa ringan saat saya mengajak bapak seorang anak ini untuk kembali makan. Padahal belum lama kami menikmati berbagai camilan di satu tempat tapi saya sudah semangat mendatangi tempat lain. Seharian itu saya memang minta diantarkan berkeliling kota Pontianak dan memutuskan untuk mencoba beberapa kuliner asli Pontianak.

Lelaki 30-an tahun ini kemudian mengusulkan untuk bertamu ke Gleam Chai Kue & Resto yang ada di Jl. Tamar. Area yang tidak jauh dari tempat kami berada saat itu.

Saya kemudian membuka beberapa tautan dan menemukan informasi bahwa Gleam Chai Kue & Resto Pontianak ini mencantum jargon sebagai pewaris cita rasa turun temurun yang ada di Pontianak. Saya pun, tanpa banyak pertimbangan, langsung mengacungkan jempol saat Rizky meminta persetujuan agar mobil segera melaju ke Gleam Chai Kue & Resto.

Menikmati Cita Rasa Turun Temurun Chai Kue di Gleam Chai Kue dan Resto Pontianak

Tempat yang Menyenangkan

Saya tiba di Gleam Chai Kue & Resto sekitar 30 menit menuju maghrib. Saat Rizky memarkirkan mobil dan saya berdiri di seberang resto, saya melihat hanya beberapa mobil yang terparkir di teras depan resto yang sepi. Hanya ada sepasang tamu dan keluarga kecil yang sedang makan di sana.

Di teras dengan meja-meja kecil yang menampung 4 kursi, tempat makan setengah terbuka ini terlihat tertata rapi dengan beberapa petugas berseragam yang siap melayani. Dindingnya berhiaskan lampu bergambar biota laut seperti kepiting, ikan, dan lain-lain. Semua terbuat dari rangkaian neon berwarna yang sangat menarik perhatian.

Ada sebuah spanduk yang di pasang di fasad resto. Spanduk ini menampilkan gambar kakap merah, udang galah, kepiting, chai kue dalam wadah besar lalu tawaran paket nasi. Tertulis juga “masakan seafood” diantaranya.

Selain spanduk yang terlihat mulai lusuh itu, ada neon box yang menampilkan logo Gleam dan tulisan Gleam yang cukup menarik perhatian. Saya kemudian memutuskan untuk memotret kedua logo dan tulisan tersebut setelah langit gelap karena penasaran dengan kondisi saat lampu menyala.

Melangkah masuk, seorang petugas langsung menawarkan 3 area tempat duduk. Di teras depan barusan, di bagian dalam bangunan dengan beberapa tempat duduk persis di dekat kasir atau di satu ruangan khusus Ber-AC.

Kuliner Pontianak : Mencicipi Sajian Iga Terbaik di Resto RAJA UDUK dan TULANG RUSUK.KU Pontianak

Tak ingin merasakan udara panas negeri khatulistiwa ini, saya memutuskan untuk menuju gedung dalam saja. Meski tidak seluas teras depan dan terasa hiruk pikuk karena dilewati oleh para petugas yang mengambil pesanan, saya dan Rizky nyatanya nyaman-nyaman aja menunggu sambil mengobrol. Bahkan sempat memesan minuman berkali-kali. Panasnya Pontianak sungguh membuat tubuh serasa kerap dehidrasi.

Saat menunggu pesanan datang, saya melihat seorang lelaki membawa sebuah nampan besar berisikan tumpukan Chai Kue yang menggunung dan sudah disusun rapi lengkap dengan berbagai ornamen hiasan. Tampak sebuah plakat grafir berbahan gula yang sudah dikeraskan dan bertuliskan “Selamat ulang tahun” tersemat di bagian atas.

Wah cakep banget deh presentasinya. Sayang saya tidak sempat memotret keranjang cantik ini. Tapi jika penasaran, kalian lihat beberapa fotonya di akun Instagram @gleamresto.idn ya.

Menikmati Cita Rasa Turun Temurun Chai Kue di Gleam Chai Kue dan Resto Pontianak
Chai Kue Kulit Telur (kiri foto) dan Chai Kue Goreng (kanan foto)

Hidangan Lezat Memanjakan Lidah

Saat buku menu ditaruh di meja, saya sempat bersemangat. Berharap menemukan foto-foto cantik dari banyak makanan yang ditawarkan. Apalagi nama Chai Kue adalah kosa kata baru yang saya temukan.

Tapi ternyata saya harus menelan kekecewaan.

Buku tebal dengan plastik berlapis-lapis ini hanya menyelipkan kertas menampilkan tulisan produk dengan spasi yang jarang-jarang. Jika pun ada foto, gambarnya kecil banget. Saking kecilnya, saya sampai harus mengangkat buku tersebut merapat ke mata. Saat itu pun tidak berhasil dan menyebabkan Rizky tertawa, saya akhirnya menyerah.

Ya sudahlah.

Daripada kerap membolak-balik halaman dengan kegalauan, akhirnya saya pasrah pada usulan Rizky yang sudah beberapa kali menikmati sajian Gleam Chai Kue & Resto.

Saya akhirnya memesan Chai Kue Kukus sebanyak 10pcs. Pilihan isiannya adalah bengkuang dan kuchai. Agar adil setiap isian masing-masing 5bh. Lalu saya memesan Chai Kue Goreng 2 piring. Satu piring isinya 5. Lalu memesan juga 2 set Chai Kue Kulit Telur.

Tindakan lapar mata yang kemudian membuat saya tercengang karena saat semua pesanan datang, saya termangu-mangu dalam waktu yang cukup lama. Mendadak KO sebelum pertandingan dimulai. Ternyata apa yang saya pesan banyaknya luar biasa. Porsi yang cocok dan pas untuk 4 orang dewasa.

Melihat saya yang mulai gentar, Rizky langsung berkomentar, “Tenang Bu, nanti semua amblas di perut saya.” Ujarnya dengan penuh keyakinan. Santai serasa di pantai sembari jarinya lincah main game di handphone.

Saya langsung tersenyum lebar. Bagai model iklan senyum Pepsodent. Mendadak ingat bagaimana Rizky yang bertubuh mungil itu mampu menghabiskan 14 Choi Pan Thjia yang gemuk-gemuk, montok, semog, semlohai, saat kami bersantap puas di Singkawang.

Dari akun IG @gleamresto.idn saya membaca beberapa informasi lengkap tentang isian bengkuang, kacang, dan kuchai. Yang sering terlibat dengan masak-memasak pasti sudah akrab dengan 3 bahan ini.

Kuliner Pontianak : Makan Enak di Warnas Etek Pontianak

Menikmati Cita Rasa Turun Temurun Chai Kue di Gleam Chai Kue dan Resto Pontianak
Tentang bengkuang. Sumber informasi IG @gleamresto.idn

Bengkuang. Tanaman polong ini sangat baik untuk dikonsumsi sebagai sumber karbohidrat sekaligus protein nabati karena umbinya (buahnya) kaya akan kandungan air (80%-90%) serta zat gizi lainnya seperti karbohidrat, vitamin C, B1, mineral Ca, P, K dan inulin yang merupakan golongan fruktan dengan sifat serat pangan larut. Selain kandungan itu, banyak juga kandungan lainnya pada umbi atau buah bengkuang yang tentunya baik bagi kesehatan tubuh.

Kuchai. Daun kuchai adalah sayuran hijau dengan rasa seperti bawang. Tanaman ini termasuk dalam genus Allium, yang juga masih keluarga dengan bawang putih, bawang merah, dan daun bawang. Daun kuchai telah lama dibudidayakan karena rasa dan aroma yang khas dalam masakan dan bermanfaat untuk kesehatan. Daun ini mengandung nutrisi yang penting untuk kualitas tidur dan kesehatan tulang. Beberapa penelitian juga menemukan bahwa kimia dalam daun kuchai memiliki efek antikanker.

Kacang Kedelai. Kacang jenis ini adalah salah satu jenis kacang yang cukup sering dikonsumsi masyarakat. Kacang yang memiliki nama latin Clycine max ini populer karena dapat diolah menjadi berbagai macam panganan, mulai dari tahu, tempe, susu, kecap, tauco, dan isian Chai Kue. Jenis kacang yang digunakan untuk Chai Kue adalah kacang kedelai kuning. Kandungan serat dalam kedelai juga membantu menjaga saluran pencernaan yang sehat.

Kuliner Pontianak : Mengecap Lezatnya Sop dan Bubur Ikan di Resto Ahian Pontianak

Menikmati Cita Rasa Turun Temurun Chai Kue di Gleam Chai Kue dan Resto Pontianak

Lalu seperti apa kuchai dan bengkuang saat menjadi isian Chai Kue? Semua tentunya memberikan manfaat bagi kesehatan dan mempunyai ciri khas masing-masing.

Ketika melihat 10 pesanan Chai Kue kukus di sebuah wadah bulat dengan alas daun pisang, saya melihat perbedaan warna di keduanya. Yang isian bengkuang tampak sedikit cerah sementara yang isian kuchai terlihat ungu. Meski keduanya dibalut oleh tepung yang menjadi bungkusnya, warna natural dari bahan-bahan ini muncul dan menjadi ciri yang bisa kita lihat langsung.

Rasanya? Tentu saja enak. Meskipun saya hanya menikmati masing-masing hanya 2, lidah saya sangat terhibur. Terigu pembungkusnya kenyal tapi mudah untuk dikunyah. Ada sedikit rasa terselip di sana tapi tidak dominan. Kenikmatan keseluruhan Chai Kue kukus ini kemudian disempurnakan dengan potongan bawang putih yang juga telah dimasak dengan baik. Sebagai penyuka bawang, topping ini sungguhan bikin saya betah.

Yang pasti rasa bengkuang dan kuchai yang menjadi isian Chai Kue telah diolah dan dibumbui dengan demikian sempurna sehingga memberikan efek “hiburan yang menyenangkan” bagi lidah kita.

Baiklah. Sekarang tentang Chai Kue gorengnya yang saya pesan 2 piring. Satu untuk saya dan satu lagi untuk Rizky. Masing-masing piring isinya 5bh Chai Kue. Mantab bukan?

Jika Chai Kue bentuknya memanjang seperti kue pastel, yang edisi goreng ini bentuknya bulat. Sekilas mirip banget dengan Wingko goreng/panggang yang saya lihat di Pasar Ngasem Yogyakarta. Dihidang di atas piring hitam dan alas daun pisang, Chai Kue goreng ini tersusun/bertumpuk rapi lalu ditaburi dengan bawang putih goreng.

Lagi-lagi indera penglihatan saya memberikan godaan kepada rasa.

Wanginya nyenengin banget deh. Isinya juga padat. Dan saya cuma mampu menghabiskan 1bh. Itu juga prestasi karena diantara perindahan ngunyah antara rebus dan goreng, saya sempat berhenti sembari minum air dingin yang sudah diberi serutan mentimun.

Setelah beberapa menit kemudian, sembari melihat Rizky yang terus mengunyah santai sambil melihat layar handphone, saya kemudian terniat ingin menyentuh Chai Kue Kulit Telur. Tapi nawaitu ini saya batalkan karena saya betul-betul kekenyangan.

Saya menunggu Rizky membedah kulit telur ini agar bisa melihat apa isinya. Di dalamnya ternyata ada chai kue bulat yang sudah digoreng. Lalu ditutup dengan telur dadar pipih. Di atasnya diberikan potongan daun bawang dan bawang putih goreng yang sudah dicacah. Semua mengingatkan kita akan martabak.

Enak? So pasti. Sebernarnya mirip dengan Chai Kue goreng yang sudah saya makan sebelumnya, hanya saja yang terakhir ini “dibungkus” dengan dadar telur yang sudah dipipihkan lebar.

Seperti yang saya kira. Di tengah keheningan menikmati satu persatu Chai Kue yang ada di meja kami. Indera perasa saya terjebak dalam pengalaman bersantap yang baru.

Semua memberikan pengalaman menjelajah kuliner khas Pontianak bagi lidah saya.

Tapi jika disuruh memilih, saya lebih suka dengan Chai Kue yang dikukus. Apalagi setelah menikmati Choi Pan marga Thjia di Singkawang. Edisi kukus sungguh nyaman di lidah dan bikin indera perasa saya betah. Dengan ketidakhadiran minyak goreng dan efeknya, menurut saya, rasa Choi Pan menjadi lebih menyatu, tidak memunculkan efek “berat” saat dikunyah.

Sensasi rasa isiannya juga lebih sempurna menyentuh lidah. Sama seperti halnya saat menikmati pempek. Bagi saya pribadi, makan pempek kukus tuh ikannya lebih terasa. Tentu saja dengan catatan bahwa proporsi atau presentasi kandungan ikannya di atas 70%. Saat selesai dikukus dengan asap yang masih menari-nari, wangi ikan akan tercium dengan baik.

Jadi saya punya asumsi yang sama dengan Choi Pan dan Chai Kue. Kukus dengan tanpa tambahan-tambahan jauh lebih enak ketimbang yang digoreng atau diolah kembali dengan tampilan yang sudah diproses.

BTW, saya akhirnya penasaran dengan penamaan Choi Pan dan Chai Kue. Mengapa namanya berbeda padahal sejatinya keduanya memiliki tampilan dan isian yang sama?

Ternyata kue isian sayuran khas Tionghoa, khususnya Kalimantan Barat ini, perbedaannya hanya dalam penamaan sesuai jenis bahasa saja. Choi Pan sebutan dalam bahasa Hakka sementara Chai Kue dalam bahasa Tiochiu. Jadi perbedaannya hanya pada bahasa yang digunakan, sementara konsep presentasinya sendiri relatif sama. Hanya saja waktu di Kawasan Tradisional Marga Thjia, bentuk Choi Pan konsisten panjang mirip pastel/pistel, sementara Chai Kue di Gleam ada yang bentuknya bulat.

Ada rencana atau sedang di Pontianak, kota khatulistiwa, dan ingin mencicipi rasa original Kalimantan Barat? Gleam Chai Kue dan Resto bisa jadi pilihan yang mantab.

Tentang harga? No worries. Chai Kue kukus harganya Rp 1.250,00/pc. Chai Kue Goreng harganya Rp 16.000,00/porsi isi 5 pcs, Chai Kue Kulit Telur Rp 20.000,-/porsi isi 4pcs.

Aman buat mata pencaharian kan?

Kuliner Pontianak : Mencicipi Lezatnya Choi Pan di Kawasan Tradisional Marga Thjia Singkawang

Menikmati Cita Rasa Turun Temurun Chai Kue di Gleam Chai Kue dan Resto Pontianak

10 thoughts on “Menikmati Cita Rasa Turun Temurun Chai Kue di Gleam Chai Kue dan Resto Pontianak”

  1. Iya lho. Aku sekilas melihat, foto Chai Kue yang gorengnya mirip wingko. Terus yang dibungkus kulit tulis, asli sih. Pas lihat presentasi dari foto yang ditampilkan, aku seolah lihat martabak. Hehehe

    Reply
  2. Chai kue kukus terlihat begitu menggoda. Dulu pernah pengen nyoba bikin chai kue ini gara-gara lihat temen yang orang Pontianak posting chai kue buatannya. Tapi yaaa…sebatas niat aja, hehe… Lebih gampang mencicipi yang udah jadi.

    Reply
  3. Mbak, ini di Bogor juga ada namanya Choi Pan. Tapi aku belum pernah beli sih takut gak halal. Seperti dimsum gitu kayanya karena dikukus tapi transparan gitu kaya pake rice paper kali ya.

    Reply
  4. Bu yang dikukus ataupun digoreng itu ngga ada saos atau cocolannya kah?
    Suci suka banget kucai tapi kalau disayur/tumis gitu. Dan belum kebayang rasanya bengkuang dan kucai dijadikan panganan / jajanan deh.
    Soal harga itu sih termasuk murah yaa Bu.
    Ada Choi Pan dan Chai Kue. keduanya belum pernah sama sekali lihat apalagi ngerasain.
    Yang pernah hanya cakwe hehee
    itu pun susah banget di medan cari yang halal

    Reply
  5. laperrrr…….
    Makanan kesukaan saya nih, aneka dimsum (termasuk Chai Kue (atau Choi Pan) yang isinya khusus sayuran)

    dalam beberapa podcastnya, Ray pemilik Ray Janson Radio emang bilang bahwa orang Tionghoa mengutamakan sayuran (di sini bengkuang, kuchai), karena itu gak heran ketika dalam saalah satu resep dimsum, Devina Hermawan memasukkan sawi putih ke dalam adonannya

    Reply
  6. Mirip dengan wingko ya mbak, kayaknya yang bikin spesial dari chai kue Pontianak tuh teksturnya nih, terlihat memiliki cita rasa yang otentik banget. Di makan anget kayaknya bikin nagih deh hehee

    Reply
  7. Mirip siomay ya, Bu.. dari tekstur luarnya Chai Kue. Saya pribadi belum pernah mencicipi kue khas Pontianak. meskipun dulu besar di Kalimantan Timur, namun di sana kok belum nemu kuliner khas Pontianak. Saya mau coba bikin ah, hehehe. tentu dengan panduan YouTube, kira kira bisa engga ya

    Reply
  8. Kalau bentukannya entah kenapa saya malah mikirnya seperti pastel/panada. Tapi kalau melihat penyajiannya, jadi mirip siomay ya.
    Secara khusus saya belum pernah nyicip Chai Kue ini Bu. Kalau daun kucai pernah. Kerap di cari di sini, dan dibuat sambal maupun isian buat telur dadar tuh enak

    Reply
  9. Kulit Chai Kue memang terlihat genyuls genyuls gemooyy gittuu yaa, ka Anniee..
    Dan aku pun gak bisa membayangkan kalau makanan itu bisa membuat kenyang. Hihihi. secara terlihat rapuh dan minta untuk di hap!

    Berarti ke Gleam Chai Kue & Resto ini gak pesan menu berat yaa..
    Pastinya Pontianak selalu menyajikan makanan akulturas banyak budaya. Dari mulai melayu, Caina hingga ala ala SG.

    Reply
  10. Aneka kue dan jajanannya sangat menarik dan bikin kemecer pengen langsung santap. Chai kuenya isiannya macem2, mungkin ada yang isi abon atau sayuran, bahkan ada campuran bengkoangnya, jadi lebih sehat apalagi dikukus.

    Reply

Leave a Comment