
Cuaca sedang tidak baik-baik saja saat saya dan Mega beranjak dari Utama Beach Villas yang ada di Candidasa. Hari ini jadwal kami berdua adalah menuju kota Semarapura yang ada di Kabupaten Klungkung dan mengunjungi beberapa destinasi sejarah di sana. Yuk simak kunjungan saya di Taman Kerta Gosa yang menyimpan banyak jejak sejarah tentang Kerajaan Klungkung Bali.
Perjalanan di Cuaca yang Tak Menentu
Cuaca memang sedang tak menentu saat saya dan Mega mewujudkan janji untuk ngelencer bareng ke Karangasem. Rencana yang sudah kami susun berbulan-bulan dengan impian yang bertumpuk-tumpuk. Bahkan jauh-jauh hari sebelum trip planning nya kami diskusikan via WA, saya sudah tak bisa lagi menahan rasa tak sabar.
“Kakinya pasti sudah gatel banget tuh,” ujar si sulung yang tiap kali hadir dengan belasan reminder agar saya tidak over energy saat bepergian. Tentu saja bonus ketawa ngekek setiap melihat bundanya lupa umur, pencilak’an kesana kemari. “Gak bosen apa ke Bali melulu?” Pertanyaan yang sesungguhnya tidak perlu jawaban. Karena tanpa alasan kuat apa pun, saya terkadang cus aja berangkat. Yang ngongkosin tinggal tarik nafas dalam-dalam. Inhale exhale.
Meski sudah puluhan kali bolak balik ke Bali bahkan sempat kerja di sana selama hampir setahun, selalu ada ruang rindu yang bersemayam di hati saya untuk menjelajah, menyusur, dan mengeksplorasi Bali. Nyatanya Pulau Dewata ini memang tak pernah henti saya rindukan.
Jadi saat Mega menghubungi saya lewat WA dan mengusulkan untuk explore bagian timur Bali, saya hanya butuh sekian detik untuk meng-iya-kan. Padahal tak lebih dari 2 bulan lalu kami bertemu dalam rangka event Ubud Writers & Readers Festival 2024.
“Beneran nih?” tanya Mega. Saya yakin dia cukup kaget saat menerima persetujuan saya yang cuma sekian detik itu.
“Iya dong,” jawab saya yakin. Izin komandan mah pasti lancar. Glodak!!
Lah preambule nya jadi panjang.
Tentang Bali : Utama Beach Villas, Hotel Tepi Pantai Bintang 3 di Candidasa, Karangasem, Bali yang Apik dan Ramah di Kantong

Baik mari kita lanjutkan.
Saat bangun pagi di Utama Beach Villas, hembusan angin kencang dan titik hujan tuh seperti orang pacaran yang baru jadian. Susah betol lepasnya eh berhentinya. Gak deras memang. Tapi cukup mengganggu untuk pejalan dan tukang potret seperti diriku ini. Bagaimana bisa menyusur dan memotret luar ruang jika udara, cuaca, dan langit tidak kondusif?
Tapi kami bertekad dan semangat untuk tetap berangkat. Tentu saja dengan harapan agar cuaca lebih dan akan berpihak kepada kami. Khususnya saat tiba di destinasi wisata yang kami tuju.
Jadi selama dalam perjalanan saya tak henti berharap agar cuaca panas dengan langit terang benderang bisa selalu mengiringi. Setidaknya sih pas turun dari mobil langit langsung cerah. Hujan boleh lah datang tapi pas kami di mobil aja atau sedang berada di tempat tertutup. Pengen punya tombol remote supaya yang begini tuh bisa diatur sendiri.
Coba. Bisa gak sih?
Beruntungnya saat kami mencapai Semarapura, ibu kota kabupaten Klungkung, langit mendadak terik dengan kejamnya. Persis seperti harapan saya. Kesibukan lalu lintas di dalam kota Semarapura pun tidaklah begitu padat. Kami tidak terjebak kemacetan hingga mencapai pusat tengah kota.
Butir-butir keringat yang segede jagung pun aman bertengger di dahi. Bahkan saat saya dan Mega masuk ke Pasar Semarapura yang ber-AC sentral dan di mana tempat kami memarkirkan kendaraan, panasnya udara masih setia menempel di badan. Gerah maksimal.

Bertamu ke Taman Kerta Gosa
Saya berjalan dengan semangat 45 dan langkah-langkah tegap saat melihat Taman Kerta Gosa dari parkir depan Pasar Semarapura. Pasar modern yang berada persis di samping jalan. Mata saya sempat memicing karena silau matahari saat melihat sebuah paviliun atau pendopo yang tinggi menjulang. Bangunannya setengah terbuka berbentuk persegi panjang dengan beberapa tiang penyanggah yang cukup langsing dan atap limas (mengerucut) berbahan dasar ijuk. Posisi menjulang itulah, yang menurut saya, membuat paviliun ini gampang terlihat oleh siapa pun yang lewat di depan atau berada di seberangnya.
Taman Kerta Gosa ini dikelilingi oleh dinding tinggi yang terbuat dari bata merah. Sekelilingnya dilengkapi dengan berbagai bangunan berukir khas Bali yang sudah mulai menua karena termakan waktu dan cuaca.
Saya dan Mega memasuki Taman Kerta Gosa lewat sebuah gerbang kecil yang kedua sisinya berbentuk ukiran tinggi. Di sini ada seorang petugas yang memungut HTM senilai Rp15.000,00/orang untuk dewasa.
Selangkah melewati gerbang masuk tadi, saya langsung disambut oleh sebuah paviliun segiempat yang juga dibangun cukup tinggi. Namanya Aula Pengadilan. Sebuah bangunan yang cukup tinggi dengan atap limas menjulang dan atap ijuk. Sayang, di saat kedatangan saya bangunan ini tidak dapat dimasuki karena usia (sudah terlihat rapuh) dan dalam perbaikan. Kehadirannya terlihat begitu gagah meski berada di salah satu sudut dari keseluruhan kompleks Taman Kerta Gosa. Padahal jika ditilik, Aula Pengadilan ini adalah bangunan dan posisi yang pas untuk memotret Bale Kambang dari jarak terbaik.
Hanya sekitar 1 meter, kami kemudian bertemu gerbang baru yang mirip dengan gerbang masuk tadi. Saya sempat berfoto di sini sebelum melanjutkan langkah. Saya melewati jembatan dengan dinding berukir setinggi 1-1.5 meter, yang di bawahnya ada sebuah kolam yang dikenal sebagai Kolam Taman Gili. Jembatan inilah yang menghubungkan area tapak pertama dengan area khusus yang menghadirkan Bale Kambang. Satu paviliun yang menjadi pusat atau sentral keistimewaan dan catatan sejarah dari Taman Kerta Gosa, dan yang saya lihat dari kejauhan tadi.
Saya menyempatkan diri menghamburkan pandangan sembari mengelilingi sisi bagian bawah dari Bale Kambang yang jangkung itu. Batu-batu yang terpasang menjadi dinding dan pijakan bagi wisatawan terlihat mulai menua serta diliputi oleh berbagai lumut hitam yang sudah menyatu dengan batu tersebut.
Air Kolam Taman Gili pun berwarna coklat susu. Di beberapa titik genangan ada bunga teratai yang saat itu belum berkembang. Tetapi daun-daunnya yang lebar itu terlihat subur dan indah menari-nari di atas air.
Saya mendadak teringat pada Pura Taman Saraswati yang berada di salah satu titik kesibukan Ubud. Pernah tiga kali mengunjungi pura ini, saking terkesan dengan keindahannya. Di salah satu kunjungan tersebut, saya pernah melihat bunga teratai tumbuh dan berkembang dengan masif nya. Bunganya besar-besar dan hadir dengan berbagai warna. Air kolam yang mewadahinya bahkan hampir tidak terlihat karena setiap sudut genangan ditutupi oleh dedaunan lebar bunga teratai.
Baca Juga : Pura Taman Saraswati, Destinasi Wisata Cantik dengan Ratusan Bunga Teratai di Ubud, Bali
Sembari mendengarkan penjelasan sang tour guide, saya memahami bahwa Taman Kerta Gosa memiliki sejarah panjang yang mengagumkan sebelum akhirnya diduduki oleh Belanda pada 1943. Taman yang dibangun pada awal abad ke-18 oleh Raja Dewa Agung Jambe 1 ini adalah satu tempat di mana Raja beserta perangkatnya bermusyawarah untuk mengambil banyak kebijakan. Termasuk di antaranya melakukan persidangan adat dan yang berhubungan dengan beragam ketentuan adat.
Nama Kerta Gosa sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu Kerta (Kertha) yang berarti baik, luhur, tetram, bahagia, dan sejahtera dan Gosa yang berasal dari kata Gosita yang berarti dipanggil, diumumkan, dan disiarkan. Jadi jika digabungkan Kerta Gosa akan berarti tempat untuk mengumumkan banyak hal baik demi mencapai ketentraman dan kesejahteraan orang banyak.
Taman ini sendiri masih berada di bawah kepemilikan dan hak dari Puri Klungkung atau keturunan Raja Klungkung.
Saya mendadak membayangkan dan membandingkannya dengan kondisi negara saat ini.
Di masa lalu, abad ke-18, di mana Kerajaan Klungkung masih jaya dan menjadi sentra pemerintahan di Bali, raja dan semua kasta tertinggi yang berada di dalam pemerintahan, tentunya begitu memikirkan nasib rakyat, sehingga fungsi mereka sebagai penyelenggara negara tercerminkan saat mereka berkumpul di Bale Kambang ini. Tidak seperti di abad ke-21, di tanah air tercinta saat ini, yang sebagian besar penguasa dan wakil rakyat, hidup dan menjabat hanya demi kepentingan pribadi dan golongan mereka sendiri.


Tentang Bali : Menyesap Keheningan di Puri Payogan, Kedewatan, Ubud, Bali
Dari penjelasan tour guide yang mengenakan baju adat Bali lengkap dengan udengnya, saya mendapatkan berderet informasi yang pantas untuk dicatat dan dibagikan. Satu hal yang menjadi kebiasaan saat saya menyusur satu tempat yang sesak dengan catatan sejarah.
Yang pasti, di awal perbincangan, beliau menyampaikan bahwa Kerajaan Klungkung Bali adalah sebuah kerajaan yang sangat kuat dan sangat berpengaruh pada banyak kerajaan kecil lain yang ada di Pulau Dewata. Mereka pun punya pengaruh yang sangat signifikan dan tercatat sebagai salah satu kerajaan di nusantara yang (sangat) disegani oleh Belanda, yang saat itu tengah menjajah nusantara.
Sebelum naik ke bale nya, sang bapak memberikan penjelasan bahwa Kerta Gosa merupakan bangunan atau balai pengadilan yang berupa kompleks warisan keraton Kerajaan Klungkung Bali. Beliau pun mengajak saya dan Mega untuk menginjakkan kaki di bale ini, sembari melempar pandangan ke keseluruhan kompleks dari sebuah ketinggian.
Dari pinggir paviliun ini saya menyempatkan diri memandang langit-langit bale dengan hikmat dan satu persatu. Bertebaran lukisan tradisional bermotif wayang Kamasan. Rangkaian lukisan tersebut adalah visual dari kisah/cerita Sutasoma yang menggambarkan kehidupan masyarakat Bali yang hidup mengikuti alur palelintangan atau sistem naramangsa perbintangan untuk melaksanakan aktivitas kehidupan. Bapak tour guide kami ini juga menceritakan bahwa di langit-langit tersebut juga ada cerita Ni Dyah Tantri, Bima Swarga, Adi Parwa, dan Palelindon yang tema pokok ceritanya ada tentang kisa perjalanan arwah manusia menuju alam surga dan neraka berdasarkan karma semasa hidupnya.
Tentang Bali : AMED Salt Centre, Bisnis Petani Garam Berbasis Tradisi di Amed Karangasem Bali
Saya sempat terpaku agak lama di Bale Kambang ini. Mencoba membayangkan dan merefleksikan bagaimana di abad ke-18 dulu Raja Klungkung mengumpulkan banyak petinggi untuk bermusyawarah. Sekian banyak orang penting berdiskusi hangat namun serius demi mengambil keputusan yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
Dari tour guide yang mendampingi kami jugalah saya mendengar cerita bahwa tempat ini akhirnya diserang dan diduduki oleh Belanda. Dominasi itulah yang kemudian memporakporandakan Kerajaan Klungkung dan menghancurkan banyak bangunan yang dimilikinya.
Usai berbincang hangat di Bale Kambang, si bapak mengajak kami untuk berjalan menuju sebuah tanah lapang luas yang terlihat begitu tertata dengan tanaman dan rerumputan yang sangat terawat.
Dari tanah lapang ini saya dan Mega bisa melihat sebuah gerbang tinggi besar yang awalnya saya kira adalah sebuah pura. Meski ternyata ada beberapa wadah sembahyang di sana, ternyata bangunan ini adalah gerbang. Satu titik pertahanan terakhir saat pasukan Belanda datang menyerang dan di mana rakyat Klungkung berjuang habis-habisan hingga titik darah terakhir hingga Raja Klungkung harus kehilangan nyawa.
Di samping tanah lapang ini juga ada Museum Semarajaya. Tempat yang menyimpan banyak cerita tentang Kerajaan Klungkung, sejarah peradaban mereka, serta kisah perjuangan rakyat Klungkung melawan penjajah. Saya dan Mega memutuskan untuk tidak masuk karena kami berencana datang ke museum yang berada di seberang Taman Kerta Gosa.


Sejarah yang Akan Terus Terukir
Untuk saya, si penyuka sejarah, mendengarkan penjelasan si bapak tour guide, adalah waktu-waktu yang begitu berharga. Sebagai anak daerah, rasa bangga jelas terlihat dari caranya bicara. Kejayaan Raja Klungkung memang populer di seantero nusantara. Sama seperti saat kita mendengarkan atau membaca kisah heroik dan hebatnya seorang Patih Gajah Mada. Profil Perdana Menteri dari Kerjaan Majapahit yang hingga kini masih saya gali buku sejarah tersahihnya.
Tapi yang pasti, menginjakkan kaki di Taman Kerta Gosa, sudah menjadi bagian penting dari perjalanan saya sebagai seorang travel blogger dan penggemar sejarah. Tempat yang terpelihara baik, tertata bersih, dan indah dengan penghijauan disana-sini, meyakinkan saya untuk menuliskannya dan berbagi kepada siapa pun yang bertamu ke blog saya ini.
Dari beberapa informasi yang tersedia secara daring, saya melihat banyak sekali agen perjalanan (tour & travel agency) yang menaruh Taman Kerta Gosa dalam agenda itinerary dan menjadi salah satu destinasi wisata. Sungguh saya begitu senang, bahagia, dan bangga melihatnya. Tempat seindah ini tentunya lebih dari layak untuk diperkenalkan kepada dunia.
Ada satu saja harapan saya. Semoga Dinas Kebudayaan Kabupaten Klungkung meletakkan beberapa tulisan seperti prasasti berdiri di setiap sisi bangunan penting (acrylic standing) yang bisa dibaca oleh orang banyak. Sumber informasi seperti ini tuh pasti berguna sekali buat wisatawan yang datang secara mandiri tanpa pendampingan tour guide. Atau paling tidak mereka bisa memotret information board seperti ini ketimbang harus repot mencatat.
Terima kasih untuk siapa pun yang terlibat dalam penjagaan dan pemeliharaan Taman Kerta Gosa. Karena tanpa jasa mereka, taman ini tidak akan menjadi salah satu tujuan wisata yang dibanggakan oleh warga Klungkung khususnya dan masyarakat Bali pada umumnya.
Di bawah terik matahari yang kerap atau tiba-tiba berganti dengan langit atau awam gelap, saya dan Mega mengukir kenangan di salah satu sudut kota Semarapura yang sarat dengan peninggalan sejarah.
Ada niatan menyusur Semarapura, Klungkung, Bali? Jangan lupa luangkan waktu untuk berkunjung ke Taman Kerta Gosa ya.
Tentang Bali : Bestah Coliving Denpasar Bali, Menginap Serasa di Rumah Sendiri






IG @annie_nugraha | Email : annie.nugraha@gmail.com
Aku tuh kalau mendatangi kerajaan kayak kerajaan klungkung Bali nih, aku jadi membayangkan gimana kondisi sosial masyarakatnya di masa lalu. Selain pantai, kalau ke Bali, aku mau ke taman kerta gosa Semarapura dah
Yang pasti, dari cerita sang tour guide, Bali dan masyarakatnya di zama itu hidup sejahtera dengan pemimpin yang adil dan bijaksana.
Wah kemaren ke Bali belum sempat ke sini. Padahal keren banget ya Kak. Ngingengtin aku kaya di Taman Sari atau situs Candi Sewu.
Kapan2 ajak murid2nya untuk menyisir sejarah kerajaan Klungkung Bali di sini Mas Adi. Bagus buat menambah pengetahuan sejarah anak2.
Jadi inget keraton cirebonan, disana ada prasasti (acrylic standing) di setiap bangunannya, jadi benerrr, ngga repot nyatet, tinggal motoin .
Bedanyaaaa di kacirebonan keratonnya jorok banget, ngga teratur. Padahal keraton berdiam disana.
Taman Kerta Gosa ini Masyaallah bersih dan rapihnya, padahal HTM nya ngga lebih mahal. Dan rezeki banget ya, Bu sampe sana cerah, hasil fotonya pateeen.
Apalagi yang bekgron ruang pengadilan trus dishoot dari atas, wiiiiih kereeen.
Baru akan nulis tentang Keraton Cirebon setelah ini Ci. Belum lama ini aku ke sana dan menikmati museumnya. Semoga tulisannya akan rampung dalam waktu dekat.
Betul banget. Tempat bersejarah yang sangat terawat.
Serunya berkunjung ke Taman Kerta Gosa, selain menghibur diri bersama orang tersayang juga ada sarat sejarah dan budaya kerajaan Klungkung Bali yang masih terus dilestarikan peninggalannya, hingga kini. Btw, membaca artikel ini mendapatkan nilai edukasi dan wawasan tentang kerajaan Klungkung :) :) :)
Kapan ada rezeki ke Bali jangan lupa mampir ke sini Mas Wahid.
Emang paling bener tublogwalking ya yuk! Aku baru saja menyimak tulisanmu tentang menjejak sejarah Kerajaan Klungkung di Taman Kerta Gosa, Semarapura, dan benar-benar merasa diajak menyusuri perjalanan waktu.
As always, cara yuk Annie meramu narasi itu menyenangkan, story tellingnya loh…. dari bangunan bersejarah hingga makna batinnya bikin aku si pembaca seperti berjalan langsung di pelataran Bali kuno.
Beberapa hal yang paling aku nikmati:
Kisah โBale Kerta Gosaโ sebagai pengadilan kerajaan, yang terasa “hidup” ketika menjelaskan paviliun ini berfungsi sejak abad keโ17 sebagai tempat keputusan hukum dan pertemuan raja dengan penasihat di Kerajaan Klungkung
Bayanganku pun terpacu saat kamu gambarkan kursi singgasana, ukiran berlapis emas, dan ruang bawah kubahnya yang sakral.
Bale Kambang dan suasana magisnya di tengah kolam sebagai ruang tambahan untuk ritual dan relaksasi. Detail itu bikin pembaca bisa membayangkan keseimbangan antara arsitektur dan alam Bali
Aaah aku jadi pengen terbang lagike Bali nih apalagi ada lukisan plafon Kamasan & kisah Mahabharata, untuk orang visual sepertiku tuh menarik! Terima kasih banyak sudah mengajak kita menyelami warisan luhur Bali lewat kata-kata.
Makasih untuk complimentnya Neng. Semoga dengan hadirnya tulisan ini, Taman Kerta Gosa tetap tercatat dan bisa dibaca oleh banyak orang. Bisa juga jadi referensi yang pas untuk mereka yang ingin berlibur ke Bali dan mengunjungi tempat bersejarah.
Aku seneng banget bisa menuliskan kemudian memotret sisi-sisi indah dari Taman Kerta Gosa. Ada sesuatu yang menyihir jiwa untuk menceritakannya kembali lewat blog ini.
kayanya saya juga gak akan bosen kalo memungkinkan sering2 ke Bali seperti Mbak Annie
apalagi setelah membaca postingan2nya Mbak Aniie, seperti ada nyawa di setiap langkah
nyawa berupa jejak budaya yang bikin kita pingin berlama-lama menikmatinya
kayanya saya bakal betah tinggal sebulan di Bali, atau menghabiskan masa tua? :D
Saya juga betah Mbak. Selalu ada hal baru yang bisa saya lihat dan telusuri selama berkunjung ke Bali. Selalu rindu untuk kembali.
Berkali-kali ke Bali dan bawa oleh-oleh cerita seperti artikel ini bisa bikin happy yang baca, Mbak Annie. Seperti biasa, berasa ikutan ke sana saya, apalagi foto-foto yang disertakan , sungguh cantiknya Taman Kerta Gosa Semarapura.
Btw, untuk tempat wisata bersejarah memang di Bali lebih terawat dan terjaga dibandingkan di daerah lainnya. Acung jempol saya. Semoga seterusnya bisa begini dan bisa ditingkatkan lagi sarana dan prasarananya, seperti ada penanda yang mudah terbaca dan lainnya agar makin memudahkan pengunjungnya
Betul Mbak. Mungkin karena mereka sadar ya bahwa nafas hidup dan penghasilan mereka bergantung pada pariwisata. Jadi setiap jengkal tanah yang ada disiapkan menjadi tempat yang layak untuk dikunjungi para pejalan.
Berasa diajak jalan bareng di Semarapura euy bacanya. Bagian Kerta Gosa bikin merinding yuk. Lukisan di langit-langitnya jadi beneran kayak spoiler hidup abis sidang karma, ya. Belum divonis aja udah disuguhi trailer surga neraka. Wiiih.
Bali memang semagis itu. Tidak hanya tentang pantai dan gunung.
Masih sangat terjaga sekali keasrian dan kemegahan bangunan dari sisa-sisa sejarah Kejayaan Raja Klungkung yaa, ka Ann…
Aku menikmati sekali perjalanan bersama ka Ann melalui tulisan ini, meski pastinya beda rasa kalau beneran ada di Taman Kerta Gosa yaa..
Bali memang sangaatt layak untuk dirindukan!
Vibesnya slow living and chill. Bikin siapa ajaa betaahh~~
Dan pemerintah setempat memang sangat menjaga keberadaan setiap titik pariwisata mereka. Mungkin karena sadar bahwa dari pariwisatalah mereka bisa bertahan hidup dan terus berkembang.
Jadi Bali tuh sejatinya bukan hanya soal pantai dan gunung. Banyak banget unsur kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang tersimpan di banyak tempat.
Indah sekali tempatnya. Jadi ikut membayangkan suasana pada masa sebelum penjajahan. Apalagi kalau tour guidenya pandai bercerita. Pelajaran sejarah memang gak membosankan sebetulnya.
Betul banget. Aku sering ketemu tour guide seperti itu. Nyenengin dengar mereka mengulas tentang sejarah bahkan profesi mereka selama jadi tour guide. Pernah di satu waktu aku ketemu orang seperti ini. Enak diajak ngobrol sampe akhirnya kami ngopi dan makan bareng. Waktu yang valuable betul.
Bali punya sejuta pesona ya mbak
Tak hanya keindahan alam pantai yang cantik, tapi banyak juga wisata sejarah yang menarik seperti ini
Betul Mbak Dian. Sempatkan mampir ke sini saat ada rezeki berwisata ke Bali ya. Kita lestarikan sejarahnya
Terjangkau ya untuk masuk ke Taman Kerta Gosa. Bisa bareng keluarga atau bestie untuk eksplor lebih dalam di sana.
Tempatnya pun juga bikin nyaman, bisa sekalian healing. Maka wajar sih memang Bu Annie kerap merindukan Bali karena nuansanya di sana yang bikin hati betah ya
Betul Fen. Bali selalu membangkitkan ketenangan jiwa. Gak pernah bosan untuk menyusur banyak tempat dengan ribuan kenangan.
Jadi tahu dan ikut menikmati indahnya Taman Kerta Gosa juga dong saya gegara baca ini, apalagi ada foto-fotonya yang cantik pula.
Bisa jadi destinasi wisata ketika ke Bali nih ya, biar nggak ke tempat-tempat yang itu-itu saja kan.
Bikin liburan ke Bali jadi makin berwarna :)
Alhamdulillah. Semoga tulisan ini jadi manfaat untuk banyak orang ya Mbak Rey. Khususnya mereka yang setia membaca tulisan dan blog saya. Kapan ada rezeki ke Bali, sempatkan mampir ke sini ya Mbak.
Taman (atau mungkin lebih tepat disebut istana) ini begitu rapi dan bersih, kak. Semoga Keraton Kasepuhan, Kacirebonan, dan Kanoman juga bisa seterawat ini. Hidden gem recommended nih!
Saya tbh kurang suka dengan Bali karena transportasi umumnya minim ๐ Tapi tetep mau ke sana lagi.
Sejauh yang aku telusuri, baru Taman Kerta Gosa ini yang terlihat bersih dan tertata dengan (sangat) baik. Bali memang selalu sadar bahwa mereka memiliki destinasi wisata yang bisa ditawarkan kepada publik.
Ah bener Gi. Untuk transportasi umum memang hampir gak ada di sini. Baru beberapa tahun ini aja ada Gojek, Gocar, Grab, dll. Itu pun area jangkauannya dibatasi.