Today: Dec 05, 2024

Menyaksikan Pesona Kemegahan Rumah Ibadah Thai Pak Kung. Kelenteng Terbesar di Kota Singkawang

Menyaksikan Pesona Kemegahan Rumah Ibadah Thai Pak Kung. Kelenteng Terbesar di Kota Singkawang
2 weeks ago

Menyaksikan Pesona Kemegahan Rumah Ibadah Thai Pak Kung. Kelenteng Terbesar di Kota Singkawang

Langit menggelap saat saya tiba di kota Singkawang. Perjalanan dari Pontianak menuju kota kecil ini cukup memakan waktu dan tenaga. Bahkan saya dan Rizky harus berhenti dan mengaso sebentar di Kopi Aming yang berada di Kabupaten Mempawah untuk melepas lelah sebelum melanjutkan perjalanan. Tapi semua berbuah manis. Ditemani Kak Sari, seorang sahabat dari Medan dulu, saya akhirnya bisa meluangkan waktu dan kesempatan untuk menyaksikan pesona kemegahan rumah ibadah Thai Pak Kung. Kelenteng terbesar di kota Singkawang.

Saya dan Kak Sari berjanji akan bertemu langsung di warung Choi Pan Thjia yang berlokasi di kawasan tradisional marga Thjia. Letaknya di area Pasar Hong Kong yang berada di tengah kota dan sangat mudah untuk dikenali. Berdirinya sebuah gerbang tinggi berwarna merah dan bertuliskan “Kawasan Marga Thjia” membuat kita semakin mudah untuk menandai lokasi yang tepat. Jadi jika teman-teman dari luar daerah ingin bertamu ke warung ini, ketik aja “kawasan tradisional marga Thjia” sebagai destinasi di aplikasi pencarian tempat.

Cerita tentang pertemuan saya dan kak Sari serta lezatnya Choi Pan Thjia bisa dibaca di artikel di bawah ini ya.

Tentang Choi Pan Thjia Singkawang : Mencicipi Lezatnya Choi Pan di Kawasan Tradisional Marga Thjia Singkawang

Rampung bersuka ria merasakan choi pan terbaik dan terlezat sejagad raya, saya dan kak Sari bergegas menuju Vihara Thai Pak Kung yang berada di Jl. Sanggau Kulor Rotan, Singkawang Timur. Karena Singkawang hanyalah kota kecil, tidak butuh waktu lama untuk mencapai vihara yang bernama lengkap Vihara Sui Kheu Thai Pak Kung atau yang juga dikenal sebagai Vihara Kulor karena mengikuti nama kampung di mana vihara ini berdiri.

Bahkan saking tak butuh waktu lama dalam perjalanan, obrolan kami tentang Choi Pan Thjia belumlah rampung saat saya turun persis di depan sebuah gerbang tinggi besar berwarna merah yang sudah menarik perhatian dari kejauhan. Tiangnya tinggi-tinggi dengan empat atap di bagian bawah dan tiga atap di bagian atas dengan ukuran yang lebih besar. Kemudian terdapat rangkaian tulisan dalam aksara Cina dan warna-warna khas budaya Tionghoa seperti kuning/keemasan, merah dan hijau, yang melengkapi komposisi keindahan gerbang.

Menyaksikan Pesona Kemegahan Rumah Ibadah Thai Pak Kung. Kelenteng Terbesar di Kota Singkawang

Saya mendadak merinding dan tak henti berdecak mengagumi keindahan yang sangat mengesankan ini.

Setelah sempat menyaksikan sendiri beberapa kuil di mancanegara, khususnya saat ke Singapura, Taipe, Macao, Hong Kong, Cina, dan beberapa kota di tanah air, saya tak mampu menyembunyikan kekaguman yang luar biasa atas keindahan dan kemegahan Vihara Thai Pak Kung yang ada di kota Singkawang ini. Bahkan setiap sisi kecantikan vihara yang diresmikan pada 3 Oktober 2022 ini sudah merasuk pikiran saya saat melihat satu persatu foto digital yang tersebar di beberapa media sosial dan tautan di dunia maya. Beragam rekam jejak digital yang jauh-jauh hari mewarnai indera penglihatan saya sebelum akhirnya memutuskan untuk ke Singkawang saat sedang berkunjung ke Pontianak.

Kekaguman itu tak berhenti hanya di gerbang itu. Beberapa langkah berikutnya saya kembali mematung dengan sorot mata sarat rasa yang tidak dapat saya sembunyikan. Di satu titik, persis setelah melewati gerbang masuk tadi, saya mengamati dengan rinci sembari memetakan titik foto yang – menurut saya – patut dieksplorasi. Saya bahkan menyempatkan diri duduk di bangku taman yang ada persis di depan tangga untuk memahami sudut-sudut keindahan yang dihadirkan oleh Vihara Thai Pak Kung, kebanggaan warga Singkawang ini.

Langit sesungguhnya saat itu tidak begitu bersahabat. Setidaknya warna cerah biru dan putih tak hadir. Meskipun tidak dalam kondisi hujan seperti malam sebelumnya, cakrawala tampaknya masih enggan untuk hadir menyempurnakan sesi foto yang akan saya lakukan. Tapi meskipun saya sempat kecewa dengan ke-alpa-an angkasa yang cerah, nyatanya setiap sudut vihara Thai Pak Kung tetap terlihat cantik dengan warna merah menyala, tanpa terkecuali.

Menyaksikan Pesona Kemegahan Rumah Ibadah Thai Pak Kung. Kelenteng Terbesar di Kota Singkawang

Dikelilingi oleh banyak pohon yang tampak mulai meninggi, sebuah hutan kecil dan aliran air sungai yang terdengar lamat-lamat, saya kemudian membawa kaki kembali untuk berdiri di tengah sebuah tanah lapang yang sudah dibangun rapi dengan pijakan batu yang terlihat dan terasa begitu kokoh. Di hadapan saya terlihat sebuah vihara yang terlihat menjulang tinggi. Terhampar tiga buah sisi tangga dengan pegangan berdekorasi naga berwarna putih. Kehadiran ukiran naga ini tidak hanya tampak di bagian tersebut, tapi juga di ukiran yang melantai menemani langkah-langkah kita saat meniti tangga dan juga di beberapa sudut ukiran atap Vihara. Kehadiran banyaknya ukiran ini tampak begitu rinci sembari menghadirkan profil gagahnya naga. Salah satu makhluk hidup yang dalam kepercayaan Tionghoa melambangkan banyak kebaikan.

Membaca beberapa referensi yang ada di beberapa tautan, saya merangkum info bahwa menurut budaya Tionghoa, naga adalah makhluk legendaris yang memiliki banyak makna seperti simbol keberuntungan, kemakmuran, kekuatan, kebijaksanaan, energi yang maskulin. Naga juga dianggap sebagai pelindung yang membawa keselamatan, kepemimpinan yang kuat dan sering juga digunakan sebagai simbol kepemimpinan. Selain itu naga digambarkan sebagai makhluk yang baik hati, menunjukkan atau melambangkan kebangsawanan sementara naga yang terbang melambangkan kekuatan dan kejantanan. Jadi tidak heran jika naga memiliki peran penting dalam budaya Tionghoa. Profil dan karakter naga pun banyak kita temukan dalam seni, arsitektur, dan dalam bentuk perayaan seperti Tahun Baru imlek, Cap Go Meh, dan Festival Perahu Naga serta masih banyak lainnya. Bahkan etnis Tionghoa percaya bahwa orang yang lahir di tahun naga memiliki sifat-sifat naga yang dipuja, mulai dari kecerdasan, kebanggaan, dan ambisi.

Saya ingat betul saat akan melahirkan anak sulung di RS MMC Kuningan Jakarta pada Juli 2000. Dokter genekolog yang mendampingi saya menganjurkan agar segera memesan kamar karena banyak ibu-ibu Tionghoa yang akan melahirkan secara caesar di minggu di mana saya diperkirakan akan melahirkan. Encik-encik ini sudah memesan waktu operasi khusus di masa keemasan tersebut. Karena mereka percaya bahwa di minggu-minggu itu jatuh pada awal tahun naga. Mereka ingin agar anak yang dilahirkan bershio naga dan memiliki semua pemahaman serta banyak kebaikan tentang tokoh naga.

Saya pun langsung melakukan apa yang disarankan dokter. Benar saja. Saat detik-detik saya akan melahirkan (normal), semua tempat tidur di ruang isolasi sudah dipenuhi oleh ibu-ibu tersebut di atas. Rame betul. Terasa seperti di acara melahirkan masal.

Seru lah pokoknya.

Yok mari kita lanjutkan penelusuran.

Melewati tiga tahap pijakan tangga ini, saya kembali menghadirkan diri di sebuah area lapang dengan jenis batu kokoh sama yang digunakan dari bawah tadi. Di sini terdapat banyak dudukan besi dan sebuah gentong batu besar dengan ukiran naga. Saya sempat melipir karena ada wedding photography yang pengantinnya mengenakan outfit pengantin tradisional yang cakep banget. Saya pun ikut memotret dan memperhatikan nuansa kebahagiaan yang terukir diantara kedua pengantin tersebut. Senyum yang mengembang dengan pakaian tradisional yang melambai-lambai tertiup angin, membuat sesi kegiatan tersebut terlihat sangat mengesankan.

Di titik ini, di atas satu ketinggian, saya bisa menyaksikan luasnya lingkungan Vihara Thai Pak Kung yang terlihat mulai menghijau. Saya merasakan sebuah konsep bangunan yang benar-benar dipersiapkan sebagai sarana ibadah dan sebagai wadah saat ada perayaan-perayaan yang melibatkan jumlah publik yang berlimpah. Terlihat sedemikian banyak rumput, pepohonan yang mulai meninggi, serta berbagai sudut, peralatan, dan bangunan yang bisa digunakan sebagai tempat membakar dupa.

Selain vihara merah yang menjulang, di sisi kanan dan kiri ada dua bangunan kembar yang di dalamnya juga disediakan patung Budha dan tempat untuk membakar dupa. Jika terlihat dari kejauhan tertentu, seperti di bawah tadi, kedua bangunan ini seakan mencerminkan sebuah keseimbangan. Bentuk dan ukurannya persis sama, benar-benar kembaran.

Saya berjalan ke sisi kanan dan kiri. Di bagian kiri kita bisa menemukan sebuah prasasti berukir di atas marmer hitam dan tulisan dengan cat keemasan. Di atas prasasti ini terdapat tulisan tentang penetapan nama lengkap vihara (Vihara Sui Kheu Thai Pak Kung), tanggal peresmian (3 Oktober 2022), tanda tangan Walikota Singkawang (Tjhia Chui Mie), dan tanda tangan dua orang donatur utama Jong Siauw Kong dan Jong Siauw Kiang, yang kabarnya juga adalah dua orang yang menyumbangkan ide kreatif atas arsitektur bangunan. Kemudian di sisi kanan saat kedatangan juga ada dua prasasti sejenis yang ditanda tangani oleh Erick Tohir dan Puan Maharani yang intinya memberikan ucapan selamat dan semangat toleransi yang sedemikian kuat di kota seribu kelenteng ini.

Setelah melewati serangkaian tangga tadi, persis di bawah pintu masuk utama vihara, ada lagi beberapa anak tangga yang mewajibkan kita untuk melepaskan alas kaki. Di tengahnya kembali terdapat ukiran naga dalam posisi miring 45′. Di sini kepala naganya dihadirkan dengan ukuran yang lebih besar dan tampak lebih sangar dengan dua taring di kedua sisi barisan gigi. Dari sebuah tautan media on-line, saya mendapatkan info bahwa beberapa ukiran naga yang dari bawah tadi saya lihat, dibuat dan dikirim langsung dari Singapura.

Tentang Vihara : Mendulang Keindahan Pahat Kelas Dunia di Vihara Ksitigarbha Bodhisattva Tanjung Pinang Kepulauan Riau

Sebenarnya tidak ada larangan bagi wisatawan untuk menggapai teras luar bangunan inti vihara, tapi karena mendengar kencangnya lantunan doa dan ketukan Mu Yu (alat sembahyang yang diketuk) yang bergema dalam birama yang teratur di bagian dalam vihara, saya memutuskan untuk tidak melakukan hal itu. Bagi saya, area ini sudah dalam lingkungan privacy bagi umat Budha untuk konsentrasi berdoa dan beribadah.

Saya kemudian melanjutkan penelusuran ke sisi belakang vihara. Tempat di mana saya bisa melihat dinding merah tegak dan jangkung milik vihara Thai Pak Kung, sebuah hutan kecil yang subur dan sebuah rumah makan yang tampak begitu luas dengan jumlah tamu yang berlimpah ruah. Parkiran mobil tampak berjejer rapih dan pemandangan kesibukan para tamu yang sedang bersantap.

Menyaksikan Pesona Kemegahan Rumah Ibadah Thai Pak Kung. Kelenteng Terbesar di Kota Singkawang

Kunjungan Singkat yang Sungguh Mengesankan

Usai dalam beberapa waktu mendangak dan terpaku pada kekaguman ukiran atap, sisi luar, dan tiang-tiang yang ada di ruang utama vihara, saya bisa memastikan bahwa segala daya upaya untuk menjadikan vihara Thai Pak Kung berdiri dengan megahnya, tentu membutuhkan usaha yang tidak sedikit. Berdiri di atas lahan seluas enam hektar dengan segala keindahannya, pembangunan yang memakan waktu selama kurang lebih sepuluh tahun, ternyata berbuah manis. Vihara Thai Pak Kung bukan hanya dikenal sebagai salah satu kebanggaan dari negeri Hong Kong van Borneo tapi juga menjadi salah satu destinasi wisata religi bagi siapa pun yang menginjakkan kaki di kota Singkawang.

Ah ikutan bangga rasanya.

Vihara Thai Pak Kung adalah destinasi terakhir dari kunjungan singkat saya ke Singkawang.

“Kalau ke sini lagi, nginaplah barang semalam dua malam Mbak. Masih banyak tempat menarik di Singkawang. Apalagi pas perayaan Cap Go Meh. Woah meriah banget acaranya,” ujar Kak Sari yang begitu erat memeluk saya saat akan pulang.

Kerinduan kami pun sesungguhnya belum lah usai tapi saya harus kembali ke Pontianak. Dan itu butuh waktu setidaknya empat hingga lima jam perjalanan darat. Sementara matahari sudah mulai terbenam dan langit pun bergegas mengakhiri sinarnya. Tapi kami, saya dan Kak Sari, saling meyakinkan bahwa silaturahim itu akan tetap berlanjut, sepanjang usia mendampingi hidup kami berdua.

Tapi setidaknya lewat kunjungan singkat ini saya telah menyaksikan pesona kemegahan rumah ibadah Thai Pak Kung. Klenteng terbesar di kota Singkawang. Ini akan menjadi sebuah catatan sejarah istimewa karena terus terang saya tidak pernah menyangka akan menginjakkan kaki di bumi Borneo yang sangat jauh dari tempat tinggal saya.

Terima kasih Sang Pencipta. Terimakasih alam semesta.

Galeri Foto

Menyaksikan Pesona Kemegahan Rumah Ibadah Thai Pak Kung. Kelenteng Terbesar di Kota Singkawang

Menyaksikan Pesona Kemegahan Rumah Ibadah Thai Pak Kung. Kelenteng Terbesar di Kota Singkawang

Menyaksikan Pesona Kemegahan Rumah Ibadah Thai Pak Kung. Kelenteng Terbesar di Kota Singkawang

Menyaksikan Pesona Kemegahan Rumah Ibadah Thai Pak Kung. Kelenteng Terbesar di Kota Singkawang

Menyaksikan Pesona Kemegahan Rumah Ibadah Thai Pak Kung. Kelenteng Terbesar di Kota Singkawang

Menyaksikan Pesona Kemegahan Rumah Ibadah Thai Pak Kung. Kelenteng Terbesar di Kota Singkawang

Menyaksikan Pesona Kemegahan Rumah Ibadah Thai Pak Kung. Kelenteng Terbesar di Kota Singkawang

Menyaksikan Pesona Kemegahan Rumah Ibadah Thai Pak Kung. Kelenteng Terbesar di Kota Singkawang

Menyaksikan Pesona Kemegahan Rumah Ibadah Thai Pak Kung. Kelenteng Terbesar di Kota Singkawang

Menyaksikan Pesona Kemegahan Rumah Ibadah Thai Pak Kung. Kelenteng Terbesar di Kota Singkawang

23 Comments Leave a Reply

  1. Aduh bagus banget!!
    Saya pernah ngobrol dengan teman yang berasal dari Pontianak
    Dia bercerita etnis China di Pontianak cukup mendominasi sehingga biasa banget kita mendengar mereka mengobrol dalam bahasa China

    Beda halnya dengan kelompok etnis China di kota lain, seperti Bandung yang mulai melupakan bahasa ibu-nya
    Gak heran, Bangunan kelenteng mereka di Pontianak begitu megah

    Jadi pingin ke kelenteng di Bandung. Kali aja jadi ketularan bisa ke Pontianak ^^
    Gak nyambung ya?

    • Saya jadi pengen balik lagi Mbak. Kunjungan ini cuma sekitar 3-4 jam saja karena saya harus buru-buru balik ke Pontianak. Harusnya sih menginap aja di sini barang satu atau dua hari. Karena selain Vihara Thai Pak Kung banyak banget tempat wisata yang bisa dikunjungi.

      Semoga semesta mengizinkan saya kembali.

      Ayok Mbak, rencanakan ke Singkawang. Sekarang sudah ada direct flight PP Jakarta – Singkawang dengan harga tiket yang bersaing. Terbangnya pake armada berukuran besar pulak. Muat ratusan penumpang.

  2. Seru sekali nih udah main ke Singkawang saja…
    Saya tuh hanya tahu Singkawang karena waktu kerja di Taiwan, banyak perempuan Singkawang yang menikah dengan lelaki Taiwan
    Dulu sering walikota Singkawang (lupa lagi namanya) datang ke Taiwan dan memperkenalkan budaya baik itu kuliner maupun swni dari Singkawang ke Taiwan.
    Saya pikir kok malah seperti biro jodoh secara tidak langsung walikota itu “mempromosikan” kalau perempuan dari Singkawang memang baik, lembut, menurut dan kelebihan lainnya…

    Sekarang Singkawang makin terkenal ya di Kalimantan sana

    • bener teh Okti, perempuan Singkawang itu cantik-cantik
      Apalagi jika mereka adalah hasil pernikahan etnis Tionghoa dan Dayak

      Mungkin karena itu pula kuliner hasil akulturasi berkembang pesat
      Wajib banget mencicip kulinernya (selain ke kelenteng terbesar ini)

    • Memang satu garis keturunan ya Teh. Di Hong Kong juga begitu. Saya banyak ketemu warga Singkawang yang kerja di sana. Dari obrolan dengan mereka saya kemudian membatin “Kapan ya bisa sampai Singkawang>” Eh ternyata permohonannya dicatat oleh Yang Maha Kuasa dan dikabulkan di 2023. MashaAllah.

    • Semesta mendukung niat baik Bu Ani. Alhamdulillah satu per satu niatnya tercapai ya Bu

      Kelenteng itu sepintas mirip sama tapi kalau ditelaah ada saja keunikan dan ciri khasnya ya. Itu yg bikin beda

  3. Cantik sekali ini, Mba Annie
    Vihara Thai Pak Khung yang indah dan megah
    Masih dua tahunan berdiri ya..semoga bisa menjadi salah satu destinasi wisata religi bagi siapa pun yang menginjakkan kaki di kota Singkawang khususnya dan menjadi simbol toleransi beragama di Indonesia pada umumnya

    • Mengingat proses pembangunannya yang selama sepuluh tahun terbayar sudah saat melihat hasilnya yang sungguh megah. Ternyata butuh waktu 4-5 jam perjalanan darat untuk sampai Singkawang dari Pontianak. Berarti memang sebaiknya menginap ya Mba Annie..kalau bisa beberapa hari sendiri agar puas eksplor Vihara Thai Pak Kung juga semua pesona dari negeri Hong Kong van Borneo ini

  4. Mba Annie cukup sering pelesiran ke Kalimantan ya mbak. Baca ini bikin aku makin penasaran sama Singkawang! Kelenteng Thai Pak Kung keliatannya megah banget ya, apalagi detail ukiran naganya pasti keren banget buat difoto. Seru juga pengalaman kuliner dan jalan-jalan bareng sahabat di sana. Jadi pengen mampir ke Choi Pan Thjia juga, kayaknya enak banget tuh! Kapan-kapan harus banget ke Singkawang bareng, nih! Makasih udah share pengalaman keren ini Mbak Annie.

    • Alhamdulillah. Ada kesempatan ikut suami Mut. Kebetulan lagi banyak proyek lapangan di berbagai daerah di Indonesia dan saya diajak. Jadi dimanfaatilah untuk sekalian eksplor, memotret, dan bertemu dengan banyak orang yang terlibat dalam dunia pariwisata lokal.

    • Iya Mas. Pembangunannya sendiri memakan waktu sepuluh tahun. Sempat berhenti saat pandemi berlangsung.

  5. Lengh dikit mbak Annie sudah sampai ke Singkawang aja nih. Ada beberapa siswa saya yang memang asli Singkawang dan cerita di sana vibes Tionghoa lumayan kental ya.

    • Hahahahaha. Kebetulan suami ada pekerjaan di Kabupaten Mempawah Mas. Kabupaten yang akan dilewati saat kita menempuh perjalanan darat antara Pontianak – Singkawang. Jadi saya diajak suami. Alhamdulillah jadi bisa eksplorasi Pontianak dan Singkawang sekaligus.

  6. Bangunan Vihara Thai Pak Kung memang semegah itu, artistik juga. Selain diperuntukan sebagai tempat ibadah dan aktivitas sosial, tempat ini bisa jadi salah satu tujuan destinasi ikonik di Singkawang. Kelebihannya juga punya lokasi yg strategis jadi tidak akan sulit untuk menemukan titik lokasinya jika ingin berkunjung

    • Karena memang kotanya berukuran kecil, mencari Vihara Thai Pak Kung memang tidak (akan) sulit. Apalagi bangunan ini sudah jadi ikonnya Singkawang.

  7. Singkawang ini memang serambi Tionghoa di Indonesia ya, Mbak. Saya banyak membaca ceritanya, termasuk di blog Bang Dodon yang memang tinggal di Pontianak dan sering ke Singkawang. Dan salah salah satu gong acaranya itu saat imlek dan Cap Go Meh. Banyak tempat menarik di sana, termasuk kuliner juga. Dan kelenteng ini salah satu. dari foto-foto Mbak Annie, memang megah sekali, apalagi ditunjang dengan lokasi dan pemandangan yang bagus.

    • Ah iya bener Mas. Mas Dodon blogger Pontianak dan memang sering mengulas banyak tempta serta kuliner yang ada di Pontianak, Singkawang, dan sekitarnya. Seru-seru banget deh.

      Megahnya Vihara Thai Pak Kung ini memang sudah merambah kemana-mana Mas. Mendunia lah pokoknya. Apalagi sekarang sejak November 2024 sudah ada penerbangan langsung Jakarta – Singkawang (PP) yang harganya cukup bersaing.

  8. Gagah banget ya bangunannya.
    Pas Bu Annie bilang kembaran bangunannya, eh lihat fotonya ya iya mirip.
    Sepertinya bisa bikin betah deh di sana untuk eksplor lebih dalam. Semisal liburan ke sana keknya bisa lebihin dari sehari hehe

  9. Pontianak memang salah satu kota yang sangat menghargai budaya serta agama yang dianut penduduknya yaa, ka Annie.
    Salut sekali dengan semua perayaannya yang bisa menyatukan penduduk Pontianak tanpa memandang suku, agama dan ras.

    Termasuk adanya vihara Thai Pak Kung.
    Berdiri dengan megah dan indah.

  10. Kalau lihat bangunan klenteng peninggalan masa lalu yang megah seperti ini jadi kebayang dimasa lalu kehidupan masyarakat kelenteng ini seperti apa ya? Pastinya sangat bersahaja umat yang beribadah di klenteng ini.. Duh jadi pengen traveling langsung ke Singkawang

Leave a Reply

Your email address will not be published.

About Me

Annie Nugraha adalah ibu dua orang anak yang saat ini tinggal di Cikarang, Kabupaten Bekasi. Hobinya membaca, nonton berbagai genre film dan drama serta mengulik beragam dunia kreativitas. Selain mendalami dunia tulis menulis, Annie Nugraha juga adalah seorang pengajar, crafterwire jewelry designer dan pembelajar aktif di dunia photography.


Annie Nugraha dapat dihubungi via email annie.nugraha@gmail.com, atau  WA +62-811-108-582. Profilnya juga bisa dilihat di IG : @annie_nugraha, @annie_nugraha_handmade_jewelry
(untuk menampilkan karya-karya perhiasan handmade milik Annie) dan @pondok_antologi (untuk jejak langkah di dunia publishing dan literasi)

Blog ini adalah sebuah legacy. Warisan bagi siapa pun yang sempat mengenalnya. Sebuah kenangan tak bernilai jika di satu masa hanya tulisan-tulisan inilah yang menjadi bukti bahwa dia pernah hadir dan ada di dunia.

Don't Miss

Mencicipi Lezatnya Choi Pan di Kawasan Tradisional Marga Thjia Singkawang

Mencicipi Lezatnya Choi Pan di Kawasan Tradisional Marga Thjia Singkawang

Saya mengenal Choi Pan saat mulai menyukai chinese food yang bertebaran di