Menyeruak Beragam Rasa Lewat Buku Langgam Prapti Karya Ika Patte

Photo of author

By Annie Nugraha

Menyeruak Beragam Rasa Lewat Buku Langgam Prapti Karya Ika Patte
Visual buku Langgam Prapti yang bercerita

Subuh baru saja lewat saat saya, untuk kedua kalinya, menutup halaman terakhir dari buku Langgam Prapti. Buku solo ke-3 dari Ika Patte. Seorang penulis perempuan Indonesia yang produktif dan selalu berhasil menyeruak beragam rasa yang ada di hati setiap pembaca

Azan Subuh baru saja selesai berkumandang saat saya kemudian menunaikan kewajiban menghadap kepadaNya di awal hari. Berdoa agar di hari ini selalu dilimpahkan oleh keberkahan dan banyak peristiwa mendamaikan hati yang membuat semesta dan seisinya semakin ramah kepada setiap penghuninya, di belahan bumi mana pun dia berada.

Usai menunaikan ibadah, tangan saya langsung meraih sebuah buku berjudul Langgam Prapti yang tergeletak di meja kerja. Buku setebal 164 halaman karya Ika Patte. Seorang penulis perempuan Indonesia kelahiran 1976 yang saya kenal secara pribadi lewat komunitas penulis, Pondok Antologi Penulis Indonesia (PAPI).

Seperti kebiasaan yang sudah dilakukan bertahun-tahun, usai salat Subuh saya bersengaja menghabiskan waktu dengan membaca atau belajar saat masih sekolah dulu. Waktu yang menurut saya selalu mustajab untuk mengisi kepala dan menambah ilmu, khususnya saat akan menghadapi ujian.

Termasuk salah satunya adalah membaca banyak buku berkualitas, melamati serta memahami untaian diksi yang tersirat dan tersurat, untuk kemudian dibuatkan ulasannya.

Persis seperti apa yang saya lakukan untuk buku Langgam Prapti ini.

Buku Pertama Ika Patte : TABIR. Menyingkap Rahasia Mera

Menyeruak Beragam Rasa Lewat Buku Langgam Prapti Karya Ika Patte
Back cover buku Langgam Prapti yang mengurai profil dari sang tokoh utama

Visual Buku yang Bercerita

Buku ke-2 dari Tetralogi Mera ini sudah saya lahap hampir dua minggu yang lalu. Persis sehari setelah paket buku Langgam Prapti tiba dengan manisnya di rumah.

Jadi saat pagi ini saya membacanya kembali berarti inilah kali kedua buku Langgam Prapti menyeruak beragam rasa yang sudah saya alami di pembacaan pertama.

Saat bungkusan paket itu saya buka, visual buku Langgam Prapti membuat saya tercenung. Melihat front cover yang didominasi oleh warna putih, hitam, abu-abu, dan sedikit merah, membangkitkan ingatan saya kembali ke buku Tabir. Buku solo pertama Ika Patte yang adalah sesi awal dari Tetralogi Mera.

Kombinasi berbagai warna yang mengantarkan imajinasi kita pada sebuah cerita penuh misteri dan membangkitkan tanda tanya.

Melalui sampul depan buku ini saya melihat beberapa aspek yang terlibat di dalam buku. Diantaranya adalah batik (yang diwakili oleh motif batik Mega Mendung khas Cirebon), gamelan dan sebuah tabuh (pemukul gamelan), dan sosok seorang perempuan cantik.

Perempuan yang diduga adalah Prapti. Seorang gadis muda dengan rambut hitam panjang digelung cepol, mengenakan kebaya, dengan hidung bangir yang menyempurnakan kecantikannya.

Dialah tokoh sentral dari buku fiksi berjudul Langgam Prapti ini.

Di sampul belakang (back cover), Ika Patte mengurai/mendiskripsikan siapa Prapti sekaligus menjadi blurb dan sinopsis singkat dari isi buku. Tulisan tiga paragraf singkat dengan pilihan diksi yang sangat mudah untuk dicerna dan dipahami.

Penggabungan di antara keduanya nyatanya mampu menghadirkan bahkan membangkitkan imajinasi awal akan keseluruhan isi buku. Sebuah karya sastra fiksi yang membangun kisah tentang keputusan sesaat akan hasrat yang terpendam dan yang akhirnya berlanjut menjadi kisah anak yang tumbuh dengan kondisi seperti Mera di novel pertama, Tabir, yang terbit di 2021.

Menyeruak Beragam Rasa Lewat Buku Langgam Prapti Karya Ika Patte
Siapakah Prapti?

Buku Solo Kedua Ika Patte : Mengulik Lembar Pengetahuan di Dunia Pendidikan Bahasa Lewat Buku Anakku Bingung Bahasa?

Tentang Sebuah Kesalahan

Tidak mudah tentunya melahirkan seorang pelakon utama dengan lingkungan dan tokoh pendukung lain yang “sama kuatnya” dan kerap berada di sekitarnya. Sosok utama haruslah tetap mendominasi dan hadir dengan karakter yang membuat para pembaca terus tergerak untuk fokus pada sang bintang.

Saya mendapatkan sisi ini saat membaca buku Langgam Prapti hingga mencapai 1/2 isi buku. Pelan tapi pasti, dominasi tokoh Prapti terasa semakin greget dan terbuka dengan segala permasalahannya.

Prapti, sang gadis belasan tahun, yang hidup nrimo dan bekerja di berbagai tempat, dan pintar nembang (melantunkan langgam), begitu hati-hati diulas oleh Ika. Dari seorang gadis yang ceria, ringan tangan, disayangi oleh banyak orang, hingga mengambil keputusan dan sebuah kesalahan, dihadirkan oleh Ika dengan begitu rinci, tanpa terkecuali, tanpa terlewatkan.

Termasuk saat dia tanpa bisa ditahan dan berurai air mata, mengaku di depan ayahnya, bahwa dia tresno, jatuh cinta pada lelaki sudah beristri dan berwibawa, yang juga adalah gurunya dalam menguasai berbagai langgam Jawa.

Hidupnya sendiri dikelilingi oleh Mbok War sang ibu baik hati yang menderita penyakit gondok, Pak Dikun sang ayah yang lumpuh akibat “kenakalan” di masa lalu, Bano si kakak kandung dan seorang pekerja keras, dan Dipo teman Bano yang berusaha untuk terus menjaga dan sangat mencintai Prapti.

Selain itu hadir juga Satrio Utomo (Romo) beserta istrinya Widadari (Bu Ndari/istri Romo). Sepasang suami istri yang menikah tanpa cinta dan memiliki konflik rumah tangga yang njlimet. R.M. Samudera (ayah Bu Ndari) seorang priyayi yang “menitipkan” dan menikahkan Ndari kepada Utomo. Babah dan Nyah Liong tempat di mana Mbok War bekerja dan Mamah Gede (ibu dari Babah Liong) yang sempat mengutarakan ramalannya akan kehidupan percintaan Prapti di masa yang akan datang.

Cinta dan keputusan yang keliru pelan-pelan terurai lewat ribuan diksi yang tak sedetik pun membuat kita liyer, mati gaya, terjebak kebingungan dan lost in translations. Mengapa? Karena Ika Patte menghadirkan kata dan kalimat yang mudah dipahami.

Gak nyastra tapi tetap asyik untuk dinikmati.

Rangkaian kisah Prapti yang diurai dalam 24 bab di buku Langgam Prapti ini pun berhasil menghadirkan cerita berjenjang dengan banyak tokoh yang kuat dan membuat saya tak bisa menghentikan jari untuk terus membalik setiap halaman tanpa henti.

Terkadang geram, gemas, dan ingin mengutuk. Bahkan jatuh pada kesedihan yang mendalam hingga pilu saat menggapai bab terakhir.

Sebuah gelang Naga Antaboga (gelang berbahan perak dengan dua berlian di kedua matanya) dan secarik kertas dengan tulisan tangan Romo – Untukmu yang terkasih. Gelang Naga Antaboga warisan leluhurku untukmu dan anakku – membuat Prapti jatuh pada kondisi psikis yang mengkhawatirkan.

Menyeruak Beragam Rasa Lewat Buku Langgam Prapti Karya Ika Patte
Perasaanku setelah membaca buku Langgam Prapti

Perasaanku Setelah Membaca Langgam Prapti

“Menyelami sebagian perjalanan hidup Prapti menggiring belasan rasa yang berkecamuk di dada. Ika telah berhasil meramu rasa tersebut dengan ribuan diksi yang menggugah jiwa.”

Rangkaian kalimat di atas saya sematkan di sebuah lembar seukuran postcard yang Ika sertakan bersamaan dengan buku Langgam Prapti. Kedua kalimat tersebut saya tulis dengan hati-hati agar meski dalam ruang terbatas, keduanya bisa mewakili apa yang saya rasakan setelah membaca buku ini.

Yang pasti, sepanjang dilumuri oleh serangkaian ujian jiwa bagi Prapti muda, beberapa orang dewasa yang memberikan pengaruh dalam hidupnya, seperti Romo dan Bu Ndari, seharusnya menjadi mereka yang bertanggung jawab atas kehidupan Prapti di akhir cerita.

Tapi semua wes kadung. Pergulatan cinta sekali dalam sebuah kesempatan tak terduga, ternyata meninggalkan benih yang dititipkan oleh Yang Maha Kuasa.

Prapti yang perlahan “terjebak” pada cinta yang terus bertumbuh lewat pertemuan dan kesempatan, akhirnya terjerembab dalam dekapan seorang lelaki berkharisma kuat yang layaknya menjadi seorang ayah dan pelindung bagi hidupnya.

Tapi cinta tak pernah memilih siapa, usia mu berapa, kapan dan bagaimana terjadinya.

Hati saya mendadak kemerungsung. Gundah gulana sekaligus gemas dengan betapa “jahatnya” cinta yang lahir dari tresno nya seorang lelaki yang kesepian, diacuhkan oleh istrinya sendiri dengan seorang perawan muda belasan tahun yang terpasung pada kekaguman yang tak pernah dia rasakan sebelumnya.

Saya langsung membayangkan beragam rasa yang bergulat dan menggulung sebuah ramalan menjadi kenyataan sambil berkata “Tuh kan kejadian!!”

Menyeruak Beragam Rasa Lewat Buku Langgam Prapti Karya Ika Patte
Greetings dari Ika Patte sang penulis buku Langgam Prapti

Banyak hal baik dan ilmu pengetahun baru yang saya dapatkan dari buku Langgam Prapti ini.

Ika Patte, ibu dari tiga orang anak-anak yang beranjak dewasa ini, menghadirkan beberapa lembar info tentang langgam yang dipelajari Prapti lengkap dengan artinya dalam bahasa Indonesia dan pemaknaannya dalam budaya Jawa. Jadi untuk pembaca yang tidak ber-bahasa Ibu dalam bahasa Jawa, tak perlu khawatir.

Saya yang sebelumnya tak begitu memahami langgam Jawa meski separuh darah saya mengalir dari suku ini, tentu saja seperti mendapatkan bonus ilmu yang begitu berharga. Langgam Jawa ternyata bukanlah sekedar nyanyian atau senandung. Tapi juga adalah falsafah hidup yang mengajarkan banyak kebaikan dan selipan budi pekerti yang ada di dalamnya.

Thanks a billion for sharing these Ika.

Last but not least, atas nama pribadi dan mewakili komunitas Pondok Antologi Penulis Indonesia (PAPI), saya pun ingin menyapa dan menyemangati Ika agar terus menulis, berkarya, dan menjadi bagian penting dari dunia literasi tanah air, sekarang dan nanti. Terima kasih karena sudah menyapa dan menyebutkan PAPI di lembaran Ucapan Terima Kasih.

Tulisan Ika Bersama PAPI : Mencintai Budaya Lewat Buku Antologi Budaya Nusantara dalam Cerita, Cerita Indah dari Buku dan Selalu Terindah

Menyeruak Beragam Rasa Lewat Buku Langgam Prapti Karya Ika Patte

33 thoughts on “Menyeruak Beragam Rasa Lewat Buku Langgam Prapti Karya Ika Patte”

  1. Terhanyut perasaan banget dengan sosok Prapti yang baik dan disayangi banyak orang harus jatuh cinta dengan pria yang salah ๐Ÿ˜ฅ.
    Sampai baca ulasannya berkaliยฒ, ceritanya mengajarkan tentang falsafah kehidupan ๐Ÿซถ

    Reply
    • Benar banget Mbak. Kisah tentang cinta yang terlarang tuh memang dalam banget untuk diulas. Dan mengurai rasa yang terjerembab di hati pelaku juga harus dikuasai dengan baik oleh penulis. Ika Patte berhasil melakukan itu. Penggaliannya pun sangat mendalam.

  2. Buku ini berkisah tentang sosok Prapti dimana ternyata dia jatuh cinta pada pria beristri ya.. Tapi juga ada beberapa tokoh pendukung lainnya. Dari ulasan yang Bu Annie tulis, saya berani bilang kalau saya baca buku ini dijamin terbawa ke suasana yang digambarkan oleh Ika Patte.

    Reply
    • Ah saya setuju. Tulisan Ika Patte membawa kita terbawa suasana. Mulai dari saat pertama kali melihat tokoh sang lelaki, menjadi muridnya, bekerja padanya, hingga akhirnya berkelindan. Panjang sekali prosesnya sebenarnya. Tapi Ika berhasil meramu dalam diksi sederhana yang membuat kita gampang paham akan maksud yang tersirat di dalam novel ini.

    • Mary Sue, kiasan perempuan sempurna maksudnya Mbak? Kalo itu enggak sih menurut saya. Prapti dikisahkan sebagai perempuan desa bersahaja yang harus berjuang kerja di beberapa tempat untuk membantu perekonomian keluarga. Seperti perempuan desa kebanyakan.

  3. Kalau baca kisah dengan latar tempo dulu, entah mengapa karakter utama kerap menghadapi ujian di usia mereka yang terbilang masih muda. Istilahnya belum cukup dewasa untuk memikul beban hidup tersebut.
    Sepertinya buku tetralogi ini, asiknya dibaca dari buku pertama sampai yang terakhir ya Bu? Hemm, boleh juga sih ini, seperti macamnya Harry Potter ya

    Reply
    • Setelah TABIR sang pembuka langkah, LANGGAM PRAPTI adalah buku ke-2 dari rangkaian TETRALOGI MERA. Semoga Ika bisa melahirkan tulisan yang melengkapi rencana ini dalam waktu dekat.

  4. Cerita semacam ini tuh sebenarnya lekat dengan kehidupan nyata. Aku tidak tahu Prapti menanggapi perasaan cinta terlarangnya bagaimana. Tapi, nyatanya sekarang banyak banget kasus yang sama. Yah, meski dengan latar belakang yang berbeda. Jujurly, tema cinta terlarang begini bukan bacaan atau tontonan favoritku.

    Reply
    • Setuju. Bahkan semakin marak karena pengaruh media sosial yang sudah jadi bagian kehidupan kita. Bukan kasus yang menyenangkan tapi sering menjadi tema yang diangkat dalam cerita produk digital dan layar lebar. Peminatnya pun berlimpah.

    • Kisah Ndari yang ditulis Ika Prapti ini mengingatkanku pada seorang teman yang saat nikah ia dipaksa. Padahal usianya masih sangat muda. Tapi, salut, akhirnya bisa menikmati prosesnya dan dikaruniai anak. Sangat keren seperti yang mbak ani katalan, lenggam Prapti penuh dengan diksi unik dan menarik. Sy jadi banyak bersyukur. Andai jika sy jadi Ndari, wis mbuh kepiye nasibku (dalam bahasa Jawa)

  5. Menyelami Langgam Prapti lewat tulisan ini seperti sedang diajak berdialog dengan perasaan dan pikiran terdalam. Jadi ada insight baru juga rekomendasi mengenalkan karya yang begitu kuat dan menyentuh!

    Reply
  6. Saya sempat ngebatin, “kayaknya berat nih bukunya”. Gara-gara lihat judulnya. Tetapi, setelah saya baca ulasan Mbak Annie ini, ternyata kalimat di novel ini mudah dipahami dan enak buat dibaca. Kalau langsung baca buku ini, tanpa baca Tabir dulu kira-kira bakal langsung paham gak ya dengan jalan ceritanya?

    Reply
    • Baru mau bilang seperti itu juga.
      Kayaknya kalau mau baca ini, harus dalam keadaan fokus tidak terdistraksi apapun, tidak sedang dalam kendaraan alias baca di dalam transum, jadi kudu bacanya dalam keadaaan sepi di kamar. Gak seperti novel kebanyakan kek nya ya

  7. Tokoh Prapti ini mencerminkan gadis lugu jaman sebelum modern ya.
    Tapi menurut saya malah gak ada salahnya secara cinta datang memang tidak bisa diprediksi juga kan ya.
    Kalau gurunya mau, menikahi Prapti bisa saja kan? Hehe…

    Reply
    • Iya biasa aja sih hehe, sang gurunya menikah prapti. Dan memang kalo inget sosok Prapti dalam buku ini kita menyandingkan dengan sosok wanita jawa yang terkenal lugu, lemah lembut.

  8. Jadi penasaran dengan penokohan Prapti yang disusun Ika Patte

    Biasanya penulis tergelincir menggambarkan tokoh ala Mary Sue, terlalu ideal

    sedangkan di sini Prapti jatuh cinta pada pria beristri, sangat manusiawi banget

    Reply
  9. Gak nyastra tapi tetap asyik untuk dinikmati, ini bagian yang membuat saya tertarik mbak. Karena asyik menikmati bacaan itu sekarang menjadi hal yang sulit saya dapatkan.

    Langgam/tembang jawa, memang ada banyak jenisnya, dan masing-masing memiliki makna filosofis sendiri-sendiri. Syukur di buku ini ada keterangannya juga, jadi yang bukan orang Jawa juga tak terlalu bingung saat membacanya

    Reply
  10. Kisah Prapti yang jatuh cinta pada pria yang salah sebenarnya ini dekat dengan kehidupan sebagian masyarakat Indonesia. Karena tak bisa dipungkiri kejadian semacam ini masih sering dijumpai ๐Ÿ˜ข

    Reply
  11. Ujian pada Prapti muda akan membuat ia makin dewasa dan terbiasa menyelesaikan masalah . Semangat hidup yang patut diacungi jempol ketika banyak badai melanda Prapti

    Reply
  12. Banyak kisah Prapti yang jatuh cinta pada suami yang sudah beristri, namun prapti disini terlalu lugu untuk mencintai gurunya sendiri, keren sih .. buku karya Ika Patte, semangat ya ..

    Reply
  13. rasanya kayak habis diajak masuk ke dunia Prapti yang sepi tapi penuh rasa. Gaya nulis Ika Patte tuh tenang, tapi dalam banget. Nggak banyak drama, tapi justru itu yang bikin ceritanya ngena. Aku suka banget cara dia narik perasaan pelan-pelan tau-tau udah terhanyut aja. Ending-nya juga bikin mikir lama. Cerpen yang sederhana tapi berasa banget di hati. Makasih udah nulis seindah ini!

    Reply
  14. Serasa menyelami kehidupan orang kebanyakan di Jawa pada masa yang agak lama tapi nyatanya masih ada yang mengalami sampai sekarang, ya Mbak.
    Sudah banyak yang tidak mengenal/mengintat apa itu langgam dan bisa mengenal atau mungkin mengingat kembali yang telah terlupakan

    Reply
  15. Halo, semuanya. Mohon maaf baru bisa menulis di sini. Pertama-tama, aku mau berterima kasih sama Mbak Annie Nugraha yang sudah membuat review istimewa untuk karya sederhana ini๐Ÿ˜Š๐Ÿ™
    Terima kasih banyak atas perhatian response teman-teman untuk review dari Mbak Annieโค๏ธ
    Tentu saja beda sensasinya membaca review dan membaca novelnya langsung ya๐Ÿ˜Š Langgam Prapti ini kisah bersahaja tentang anak manusia harus menjalani lakon hidupnya sebagai konsekuensi akan hal yang dilakukannya.
    Nanti aku reply satu-satu ya, teman-temanโค๏ธ Matur nuwun.

    Reply
  16. Wahh saya jadi pingin baca juga Mbk Annie, Langgam Prapti ini meskipun sepertinya bisa ketebak ya apa yang terjadi. Namun kadang saya tuh pingin, emosi marah dan galau yang tak terarah dalam diri ini bisa menyatu saat membaca buku seperti ini, hehe.
    Anw sukses selalu juga buat Mbak Ika Patte, tulisan Mbak Annie pun semakin keren.

    Reply

Leave a Comment