
Sebelum berangkat ke Yogyakarta, si bungsu langsung menyerbu saya dengan keinginan untuk makan di Roka Ramen. Ramen otentik Jepang yang katanya super enak dan laris manis. Permintaan tersebut disampaikan sembari meminta saya untuk melihat akun Instagram Roka Ramen @roka.id dan menelisik banyak pilihan menu yang ditawarkan. Hati saya langsung meleleh. Duuh beneran asyik banget keliatannya.
RAMEN memang jadi salah satu menu favorit saya dan keluarga. Selalu bikin kangen dan bikin penasaran. Terutama menyeruput kesegaran kuahnya yang creamy dan kaya rasa. Jadi kalau rindu dengan masakan berkuah ala Jepang, ramen selalu mendapat tempat istimewa di hati. Apalagi di kompleks kami, resto yang menghidangkan ramen tuh banyak banget. Mulai dari di pusat pertokoan (mall) hingga outlet yang berdiri sendiri dan membawa jenama sendiri.
Hadir dengan beberapa versi dan hidup di lingkungan japanese expatriates, kedai penjual ramen tuh ada dimana-mana di lingkungan Lippo Cikarang di mana saya tinggal. Mulai dari harga merakyat hingga berada di kelas atas. Ada yang ala-ala, kelas menengah, hingga yang otentik. Bahkan ada beberapa yang non-halal dan jelas positioning nya khusus untuk kalangan expatriates dan non-muslim.
Nama-nama yang familiar dan pernah kami datangi adalah Gokana, Ramen YA, Echigoya Ramen, Takeichi Chicken Ramen, Ikkudo-ichi, Tori King, Ichiban Sushi, dan masih banyak lagi. Tapi di antara semuanya, yang begitu berkesan di lidah saya dan keluarga adalah Gokana di Citywalk Lippo Cikarang dan Ramen Seirock-Ya di AEON Delta Mas. Keduanya berlokasi tidak jauh dari rumah. Jika sajian Gokana di harga 20-30K/porsi, di Seirock-Ya harganya bisa 2-3 kali lipat.
Baca Juga : Nikmatnya Mie Ala Jepang di RAMEN YA Lippo Cikarang
Antrian yang Luar Biasa
Kami, saya dan bungsu, langsung berkunjung ke Roka Ramen yang berlokasi di Umbulharjo di malam ke-2 sepulang dari menyusur beberapa destinasi wisata di area Sleman. Hujan tiba-tiba datang menderas persis di saat kami akan turun dari kendaraan.
Semesta sepertinya paham betul bahwa saat terbaik menikmati ramen adalah ketika hujan turun atau cuaca sedang dingin memeluk tubuh. Menyeruput kuah ramen yang creamy dan kaya rasa akan terasa begitu sempurna. Setelah kenyang, terus pulang, mandi, dan tidur dengan nyenyak dalam kondisi perut kenyang. Bahagia karena baru makan enak gak ketulungan.
Kami tiba tak lama setelah maghrib berkumandang. Adzannya menyesap di telinga karena kedai Roka Ramen persis bersebelahan dengan sebuah masjid.
Mas Yudhi yang mengantarkan kami berwisata tak mengalami kesulitan apa pun saat si bungsu menyampaikan rencana untuk makan malam di Roka Ramen. Kami bahkan tak perlu menyalakan google maps karena Mas Yudhi sudah hafal betul letak kedai ini.
“Udah 2 tahun ini tambah laris aja itu ramennya Bu. Ngantrinya panjang terus. Hampir semua tamu saya minta diantar kemari.” Tak ada nada keraguan di kalimat Mas Yudhi barusan. Sayangnya dia tak mau diajak makan bareng. “Wah kalau saya lebih suka masakan kampung Bu,” lanjutnya sambil tertawa.
Saya tersenyum kelaparan.
Seperti yang saya lihat di akun media sosial milik Roka Ramen dan persis seperti apa yang disampaikan Mas Yudhi, saya langsung bertemu dengan sebuah antrian yang cukup panjang. Untungnya antrian ini berupa antrian duduk. Banyak kursi panjang diletakkan di dekat pintu masuk. Cukup nyaman sih menurut saya. Ada kursi untuk menunggu lainnya yang terpisah persis di area menghadap keluar. Tentu saja untuk mengakomodir para ahli hisap.
Hal pertama yang harus kita lakukan adalah wajib lapor. Seorang petugas kemudian mencatat nama kita dan langsung memberikan nomor antrian. Demi kelancaran pelayanan, sang petugas lalu mengarahkan kita mengakses daftar menu lewat sebuah bar code untuk kita pilih terlebih dahulu.
Karena ini kunjungan pertama, saya dan si bungsu sempat agak lama memutuskan apa yang ingin kami coba. Pe-er banget deh karena pilihan menunya berlimpah ruah. Penamaannya pun panjang-panjang. Gak ada yang cuma 2 kata. Ya salam. Siapalah yang ngide dan bisa begitu kreatif mendapatkan nama-nama tersebut ya?
Saya akhirnya pasrah sama pilihan si bungsu. Yang pasti saya ingin mencoba produk best seller berkuah (ramen), sementara si bungsu memutuskan untuk mencoba soba (sajian tidak berkuah). “Biar bisa merasakan 2 jenis hidangan dengan aliran berbeda.” Begitu alasannya.
Baiklah. Mari kita lanjutkan “menghafal menu”


Sajian Istimewa yang Umami
Roka Ramen ternyata punya 3 menu ramen yang laku keras (Ultimate Izumi Ramen Special, Royal Tori Mayu Shio Ramen Special, dan Kirin Shoyu Ramen Special Tam Tam). Cap cip cup akhirnya saya memilih yang namanya paling pendek yaitu Ultimate Izumi Ramen Special seharga Rp35.455,00. Sementara si bungsu memesan Abura Soba Special Rp32.727,00. Sebagai pelengkap hidangan saya dan si bungsu sepakat menambah asupan dengan Gyoza isi 4 Rp17.273,00 lalu “mencontek” pesanan banyak orang yaitu Corn Ribs Rp17.273,00. Untuk minuman sengaja pesan ocha panas dan ocha dingin @ Rp 7.273,00. Minuman free flow yang bisa kita isi sendiri.
Untuk setiap pesanan ramen, Roka Ramen juga memberikan opsi yang asyik banget. Pertama untuk tekstur mienya (firm/padat, normal, atau soft/lembut). Kedua adalah tentang tingkat kepedasan (none/tanpa sambal, mild/agak pedas, hot/pedas, atau extra hot/sangat pedas). Oia kita juga bisa request extra noodle untuk beberapa menu tertentu. Untuk ini kita dikenakan biaya Rp2.727,00/porsi.
Isian ramennya sendiri meliputi chicken chasu, kikurage, ajitamago, biji/pipilan jagung, daun bawang, dan nori. Kuantitas isian ini lebih dari cukup. Setidaknya bisa menyempurnakan rasa yang terhidang di dalam sajian.
All the best above all adalah tentang kuah kaldunya. Seperti yang banyak disampaikan para konsumen yang telah mencoba, kaldu buatan Roka Ramen tuh kaya rasa. Kombinasi antara gurih dan manis dengan sedikit aroma smoky nya tercampur sempurna. Gak heran sih saya. Mas Rendy Ekaputra, salah seorang pemilik Roka Ramen dulu pernah bekerja sebagai seorang chef di salah satu resto ramen di Jepang. Pengalaman dan kemampuannya pasti sudah matang.
Dari penelusuran yang saya lakukan, saya mendapatkan informasi bahwa mie Roka Ramen dibuat sendiri. Kaldu yang digunakan adalah kuah yang diproses/direbus selama 8 jam, telurnya dimarinasi selama 2 hari, dan tare (saus/pasta untuk ramen) dimasak selamam 24 jam. Semua ini tentunya tersusun dan dilakukan berdasarkan pengalaman dan uji coba resep yang tidak sekali dua kali. Dan semua ini produksinya dilakukan di rumah yang sekarang menjadi kedai Roka Ramen.
Usaha yang tentunya tidak sedikit. Butuh kesabaran serta konsistensi yang memakan waktu.
Kuliner Yogyakarta : Memanjakan Rasa Mengademkan Hati dengan Masakan Rumahan di Geblek Pari Yogyakarta


Kesan Pribadi Untuk Roka Ramen
Tadi sembari menunggu pesanan saya datang, saya sempat menebarkan pandangan ke setiap sisi kedai. Area makan di kedai ini berada di teras depan sebuah rumah. Di bagian ujung/paling belakang masih ada rumah yang sepertinya sudah diaktifkan sebagai dapur. Ada teras kecil yang menjadi area kerja kasir, dan di sisi kirinya ada toilet. Para petugas yang mempersiapkan pesanan sekaligus memasak ada di sisi kanan ujung. Dapur open space dengan beberapa rak, meja-meja dan dandang besar, yang sepertinya terbuat dari materi anti karat.
Untuk tempat duduknya menggunakan bangku kayu kombinasi besi tanpa sandaran. Selain ekonomis, ini bisa jadi salah satu strategi agar tamu tidak berlama-lama membuang waktu untuk makan. Ada juga meja dan kursi kayu tapi tidak dominan. Yang pasti dengan volume pengunjung yang tinggi dan area makan yang terbatas, meja dan kursi diatur sangat merapat satu sama lain. Jadi Roka Ramen benar-benar mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas ruangan untuk kegiatan bersantap. Mereka tidak menyajikan ornamen ruangan sebagai tempat untuk memotret berlatar belakang keindahan interior design seperti halnya resto kekinian. Jika pun ingin memotret fokusnya pasti lebih pada santapannya.
Kembali lagi? Tentu saja. Setelah kunjungan saya bersama si bungsu pada Agustus 2024 ini, saya mampir lagi ke Roka Ramen bersama Ipeh, sahabat saya, di bulan berikutnya (September 2024). Kondisinya pun sama. Disambut oleh hujan dengan perut kelaparan maksimal dan hidangan yang umami tak terkira.
Ah. Saat menyusun artikel ini, mendadak saya begitu kangen dan ingin segera balik ke Yogyakarta. Selain karena memang ada beberapa urusan bisnis yang ingin saya rampungkan, saya berharap dapat lebih meluangkan waktu menjelajah kuliner, blusukan di beberapa tempat untuk memotret betapa istimewanya sajian yang bisa dinikmati di Yogyakarta.
Temenin saya yok.
Tentang Wisata Yogyakarta : HEHA Ocean View. Wisata Tebing di Gunung Kidul Yogyakarta


