HEHA Ocean View. Wisata Tebing di Gunung Kidul Yogyakarta

HEHA Ocean View. Wisata Tebing di Gunung Kidul Yogyakarta
4 weeks ago
HEHA Ocean View. Wisata Tebing di Gunung Kidul Yogyakarta
Pemandangan luar kamar tipe Cabin di HEHA Ocean View. Tampak berderet rapi dengan kebersihan yang sangat terjaga

Saya dan si bungsu tergoda untuk menginap di HEHA Ocean View setelah menelusur beberapa stunning photography yang ada di media sosial. Selain pilihan kamarnya dengan mini pool dan pemandangan cantik, saya melamati banyak unggahan tentang wisata tebing di Gunung Kidul Yogyakarta ini. Indah tak terkira.

Berkunjung ke kawasan Gunung Kidul masuk ke program liburan saya ke Yogyakarta di 2 hari terakhir. Setelah melihat rangkaian foto-foto cantik menarik, berbagai pertimbangan, dan melihat banyak tawaran tempat menginap di kawasan ini, saya dan si bungsu akhirnya memutuskan untuk staycation di HEHA Ocean View.

Yang membuat saya begitu jatuh cinta pada HEHA Ocean View salah satunya adalah kamar tipe Cabin dengan teras yang cukup luas dan sebuah kolam renang mini yang menghadap ke arah lautan. Menengok ke akun Instagram @hehaoceanview yang sangat aktif mengunggah beberapa spot foto saja, sudah membangkitkan rasa penasaran yang begitu membuncah.

Ya ampun. Gemes banget deh lihatnya. Sudah gak sabar rasanya menjelajah HEHA Ocean View dengan segala keelokannya.

Perjalanan yang Cukup Menantang

Mas Yudi, supir yang mengantarkan saya selama di Yogyakarta, sempat mengirimkan pesan sehubungan dengan pengaturan tempat dan waktu kunjungan untuk daftar destinasi sehari sebelumnya. Pesan ini dia sampaikan di awal dalam rangka mengakomodir semua request yang saya tulis.

Jadi saat rute saya adalah ke Gunung Kidul, Mas Yudi menetapkan HEHA Ocean View sebagai tujuan terakhir karena saya akan menginap di sini. Atas pertimbangan kenyamanan, Mas Yudi mengusulkan agar kami sudah harus menyusur jalan menuju HEHA Ocean View sebelum langit menggelap. Setidaknya sekitar pkl. 16:00 wib sudah on the way menuju HEHA Ocean View.

Saat hendak menuju ke sini, Mas Yudi menginformasikan bahwa jalan menuju HEHA Ocean View akan meliuk-liuk, melewati banyak rumah-rumah penduduk di beberapa desa, dengan lebar jalan yang lumayan sempit dan penerangan yang (sangat) minim. Tidak ada lampu jalan yang besar dan tinggi tapi hanya mengandalkan lampu teras rumah penduduk. Karena alasan inilah, Mas Yudi sangat menyarankan agar kami sudah berada di jalan menuju HEHA Ocean View saat langit masih terang.

Bagi saya yang senang menjelajah hingga ke sudut desa, jalur jalan yang tidak sepenuhnya diaspal ini membuat saya bisa menikmati kehidupan masyarakat yang bersahaja. Dengan berjalan pelan, saya bisa melihat rumah-rumah kecil berdinding papan kayu terlihat mendominasi. Beberapa diantaranya dibangun sekalian sebagai warung, tempat tambal ban, dan area nongkrong warga desa. Tapi sebagian besar tetap sebagai rumah tinggal saja.

Seperti yang sudah disampaikan kepada saya, lebatnya hutan mengiringi setiap jalan yang berliku. Jarangnya rumah yang ada di sepanjang jalan dan lampu kecil yang mereka nyalakan di teras rumah, membuat rute ini lumayan pekat. Jadi bagi mereka yang tidak atau belum familiar dengan jalur ini, sebaiknya tidak nyetir sendirian.

Jalanan mulai terlihat lebih lebar dengan aspal yang lebih baik saat mulai memasuki kawasan HEHA Ocean View. Di awal kedatangan, kita akan disambut dengan lapangan parkir yang luas dan beberapa warung sederhana. Tamu umum semua berhenti di sini. Mereka diwajibkan untuk melanjutkan kedatangan dengan berjalan kaki atau menaiki shuttle bus dengan dudukan kayu panjang yang telah disiapkan gratis oleh HEHA Ocean View. Sebagai pilihan lainnya, ada juga jasa ojek yang memanfaatkan motor warga sekitar. Kalau saya tidak salah ingat biayanya adalah Rp5.000,00/unit ojek.

Jika memilih untuk berjalan kaki, lintasannya cukup menanjak loh. Kalau mau benar-benar jalan kaki, lumayan sih ngos-ngosan nya.

Tapi semua ini tidak berlaku bagi tamu/pengunjung yang menginap di HEHA Ocean View. Jadi saat di lahan terbuka tadi, seorang petugas keamanan mengecek reservasi kita. Jika benar kita akan menginap maka kendaraan yang kita tumpangi boleh melanjutkan perjalanan hingga ke gedung kecil tempat para petugas receptionist bertugas.

Ruangan kecil itu mendadak sesak karena ternyata di belakang kami ada beberapa rombongan keluarga yang juga akan check-in. Ketibaan mereka ternyata lebih heboh karena datang dengan berderet-deret mobil sewaan dan jumlah anggota keluarga yang tidak satu dua. Bahkan banyak anak-anak balita yang ikut serta.

Si bungsu pun segera melapor ke petugas agar tidak terjebak oleh waktu tunggu yang diduga akan cukup lama.

HEHA Ocean View. Wisata Tebing di Gunung Kidul Yogyakarta

Kamar yang Mengagumkan

Sunset baru saja berlalu saat kami diantar oleh shuttle bus HEHA Ocean View untuk mencapai gedung receptionist. Tadi, sembari menunggu, saya menyempatkan diri duduk di teras bangunan penerimaan tamu ini sembari memandang sekitar. Selain parkir khusus untuk para penginap, di salah satu bukit kecil ada toko oleh-oleh atau souvenir shop yang cukup besar. Sementara persis di sebelahnya, ada ruangan serbaguna yang terlihat menjual beberapa makanan, minuman, dan perlengkapan renang.

Selesai si bungsu mengurusi administrasi, sebuah shuttle bus berlogo HEHA Ocean View mengangkut kami dan semua gembolan ke sederetan rumah-rumah kecil yang ada di atas sebuah lereng bukit. Jalurnya yang menurun lumayan membuat saya berdebar-debar. Jalannya sih rapi dengan aspal yang terlihat masih bagus. Tapi karena perlu keahlian dalam mengatur versneling dan pedal gas mobil, saya tetap aja berdebar-debar.

Saat mobil berhenti, seorang petugas menyambut kedatangan kami sembari menurunkan dan membawa semua barang. Asyiknya kamar untuk kami tidak jauh dari tempat kami turun tadi.

HEHA Ocean View. Wisata Tebing di Gunung Kidul Yogyakarta
Ranjang king size di kamar tipe Cabin yang saya tempati

Saya perlahan membuka pintu kamar dengan rasa penasaran yang membuncah. Di balik pintu yang menggunakan kunci digital ini, saya langsung disambut dengan ruang lowong untuk melepaskan sepatu lalu kamar mandi di sisi kanan. Selurus dengan jalan masuk ini saya dapat melihat sebuah lemari panjang dengan dinding yang menahan sebuah TV layar besar. Di samping kanan tersedia tempat tidur berukuran king dengan bed head yang unik banget.

Tak ingin membuang waktu, saya pun langsung memotret saat kondisi kamar masih tertata rapi.

Selain bantal sofa betuliskan HEHA Cabin, juga disediakan 4 buah bantal dengan 2 ukuran yang berbeda. Bed head nya sendiri dilengkapi oleh bantal besar yang cukup panjang dan terikat di sebuah besi dan tali kulit. Di dinding kepala tempat tidur ada 3 lukisan dengan komposisi warna yang senada. Jika saya tidak salah asumsi, lukisan abstrak ini menceritakan tentang kehidupan dan pemandangan bukit dan laut.

Salah satu yang membuat saya terkesan kembali adalah sebuah lemari panjang yang menempel di salah satu dinding kamar. Yang terhidang di atasnya sungguh beragam. Ada teko penanak air, kulkas ukuran mini, dua cangkir, teh – kopi – gula sachet. Dalam sebuah keranjang kecil ada beberapa snack dan instant cup noodle yang semuanya berbayar. Menggantung persis di atas lemari ada besi rolling yang berjumlah banyak dan tersusun vertikal. Tadinya saya sempat bingung sementara waktu tentang fungsi besi ini tapi begitu melihat ada gantungan baju, saya kemudian paham.

Menyertai semua camilan di atas meja, tersedia juga beragam informasi tentang tempat yang bisa kita sambangi, penyewaan sepeda, dan berbagai fasilitas umum lainnya yang disediakan oleh HEHA Ocean View khusus untuk para tamu. Diberitakan juga bahwa setiap penginap bisa mengakses semua fasilitas hiburan yang ada di sana. Dengan catatan bahwa setiap tamu mengunjungi tempat-tempat ini sebelum waktunya dibuka atau ditutup untuk umum. Jadi saya dan si bungsu langsung menyusun rencana akan ke area hiburan tersebut sekaligus foto-foto setelah selesai sarapan sekitar pkl. 08:00 wib.

HEHA Ocean View. Wisata Tebing di Gunung Kidul Yogyakarta
Compliment yang lengkap dan beberapa camilan berbayar yang disediakan di dalam kamar

Usai menyusur setiap sudut di dalam kamar, saya membuka dinding kaca yang menghubungkan antara kamar dan teras luar. Di sinilah saya menemuka unforgettable spot yang saya lihat di berbagai lini media sosial. Tempat ini terbagi dua dengan pembatas terbuat dari kacang bening tebal. Di sisi kanan ada sebuah mini pool berbentuk segi empat dan tidak terlalu dalam. Lalu di sebelah kiri ada area kecil dengan meja bulat dan kursi untuk duduk-duduk yang terbuat dari rotan. Saat saya membalikkan badan, saya bisa melihat sebuah lorong kecil yang memisahkan kamar saya dengan kamar sebelah. Pengaturan privacy dan flow pergerakan tamu yang apik agar dapat keluar masuk tanpa harus ke atau melewati kamar terlebih dahulu.

Mini pool ini, melihat ukurannya, lebih cocok untuk dijadikan tempat berendam atau main air anak-anak. Ada sebuah dudukan semen di dalam kolam yang memungkinkan kita untuk menikmati pergerakan air yang pelan-pelan terus memutar. Berendam sambil menikmati waktu-waktu indah seperti sunset misalnya.

Tadinya saya pengen nyebur sembari menghilangkan rasa sumuk dan keringat yang mendera sejak di perjalanan tadi. Air yang begitu bersih sungguh begitu menggoda. Tapi hal ini saya batalkan karena hari sudah cukup malam. Langit pun terlihat lebih cepat gelap dari biasanya dengan hembusan angin yang cukup menusuk kulit. Takut masuk angin ah.

HEHA Ocean View. Wisata Tebing di Gunung Kidul Yogyakarta
Kamar yang terlihat dari sisi dalam. Ada sebuah lorong kecil yang memisahkan antara setiap unit Cabin. Persis di depan kamar ada sebuah mini pool yang menghadap ke laut.

Beberapa menit kemudian, saya merasakan lambung mulai berontak. Baru teringat bahwa kami belum makan malam bahkan tidak menikmati satupun cemilan sejak makan siang. Karena berada di kawasan yang cukup terpencil, saya memutuskan untuk room service saja.

Menilik lembar demi lembar buku menu yang disediakan, saya dan si bungsu akhirnya memesan Creamy Beef Alfredo (Rp74.459,00), Baby Oxtail Fried Rice (Rp99.567,00), dan Parmesan Fries (Rp38.095,00). Harganya cukup pricey tapi memang begitulah standard hotel apalagi resort seperti ini. Dan saya juga tidak punya pilihan lain toh.

Tapi sungguh saya sama sekali tidak menyesal merogoh kantong dalam-dalam untuk makan malam di hari itu karena tak satupun menu yang saya pesan gagal rasa. Khususnya nasi goreng buntut yang akhirnya jadi rebutan kami berdua. Bukan hanya karena saya begitu menyukai banyak sajian dengan bahan dasar buntut, tapi karena memang pengolahannya sangat memanjakan indera perasa. Gorengan nasinya pun pas. Bumbunya melekat dengan kadar kematangan butiran nasi yang pas (tidak lembek dan juga tidak keras). Acarnya pun enak banget. Masih segar dan krenyes-krenyes. One of the best nasi goreng buntut yang pernah saya rasakan selama ini. Kurangnya cuma 1. Empingnya kurang banyak.

Makasih banyak HEHA Ocean View yang sudah memberikan sajian umami untuk saya dan si bungsu di malam itu. Makan di teras dengan suasana malam yang diiringi deburan ombak Pantai Selatan, membuat acara makan malam kami begitu sempurna.

Rangkaian kegiatan seharian itu itu saya tutup dengan mandi air hangat, berpakaian tidur yang bersih dan nyaman, hingga bangun keesokan harinya dengan sinar matahari yang malu-malu bersinar.

Teman-teman yang nantinya berencana menginap di HEHA Ocean View, saya sangat anjurkan untuk mencoba nasi goreng buntut ini ya. Hakul yakin tidak akan menyesal.

HEHA Ocean View. Wisata Tebing di Gunung Kidul Yogyakarta
Creamy Beef Alfredo (kiri) dan Baby Oxtail Fried Rice (kanan). Sajian lezat dari HEHA Escape Resto
HEHA Ocean View. Wisata Tebing di Gunung Kidul Yogyakarta
Parmesan Fries buatan HEHA Escape Resto. Garingnya kentang dan taburan keju parmesan menyempurnakan rasa yang menyentuh lidah di malam itu

Menikmati Sarapan Istimewa

Saat sudah mandi, berdandan rapi, beberes dan keluar kamar, seorang petugas yang menjaga keamanan dan melayani tamu di unit Cabin yang berada di barisan kamar kami, menyapa dengan ramahnya. Dia menawarkan shuttle bus yang semalam dipakai untuk mengantarkan kami untuk sarapan.

Karena rute atau jalurnya memutar, saya kemudian memutuskan untuk berjalan kaki saja. Meskipun butuh tenaga lebih banyak karena harus melewati jalur yang naik turun, saya ingin merasakan ademnya udara pagi itu sembari sedikit berolah raga. Langit masih terlihat redup dengan awan yang tampil lembab. Angin pun menghantam tubuh dengan hembusan dinginnya.

Tapi meskipun harus sedikit berjuang, saya melewati beberapa tempat dengan pemandangan yang jarang saya nikmati karena tinggal di daerah industri. Setelah mengambil jalur belakang dan menyusur sisi terujung yang mendekat ke tebing, saya melihat tanah lapang berumput gajah yang menampung meja dan kursi berwarna putih. Semua tersusun rapi menghadap ke laut.

Tak jauh dari tempat ini, saat mendangak, saya menemukan sebuah resto dan tempat nongkrong berpondokan serta tempat duduk semen dengan bean bags berwarna-warni. Kehadiran dudukan lembut inilah yang begitu mencolok terlihat dari kejauhan. Posisinya paling tinggi di antara berbagai fasilitas di sebelahnya. Sepagian itu tempat ini masih kosong dan sepi.

“Kalau mau ke sini nanti pas sunset dan malam hari Bu. Rame yang datang. Pemandangannya indah dan mengagumkan. Biasanya juga ada live music Bu. Keren-keren performancenya.” Salah seorang petugas berseragam menjawab rasa penasaran saya dengan nada jawaban yang sangat ramah dan informatif.

Ah I see. Tempat yang dinamakan HEHA Cliff Lounge ini tampak begitu tenang saat saya lewati. Salah satu tempat favorit di HEHA Ocean View yang memiliki wisata tebing dan pemandangan istimewa saat matahari beristirahat. Hiburan lengkap yang sempurna bagi siapa pun yang menyukai kolaborasi antara kekayaan alam dan musik yang menghibur hati.

Saya melangkah melewati tangga yang menghubungkan HEHA Cliff Lounge dan sebuah restoran setengah terbuka untuk kami menikmati sarapan. Resto ini diberi nama HEHA Escape. Ukurannya lumayan luas dengan dominasi tiang kayu dan dinding semen tanpa plester. Saat kami datang, resto ini sedang bersolek serba merah putih dengan mural yang menceritakan tentang semangat kemerdekaan. Beberapa poster yang dipasang juga sangat menarik. Maklumlah saat itu, kita sedang merayakan Ulang Tahun Kemerdekaan yang telah berusia 79 tahun.

Si bungsu memilih meja dengan posisi terluar agar kami dapat menikmati pemandangan hutan dan laut yang barusan kami lewati tadi. Setelah langit sempat muram, kali ini giliran titik hujan yang muncul perlahan. Seorang petugas menawarkan saya pindah tapi saya tak ingin bergeser. Biar bagaimana pun duduk di bagian ini tetap memberikan cahaya yang cukup bagi saya untuk memotret.

HEHA Ocean View. Wisata Tebing di Gunung Kidul Yogyakarta
HEHA Ocean View. Wisata Tebing di Gunung Kidul Yogyakarta

Setelah menaruh kunci kamar di meja sebagai penanda, seperti biasa saya memutuskan untuk berkeliling dahulu sebelum mengambil apa yang saya mau. Si bungsu mengingatkan saya agar berpuas-puas menikmati semua hidangan karena kegiatan kami selanjutnya cukup memakan tenaga.

Saya setuju. Sehabis sarapan ini kami akan menelusur HEHA Forest dengan banyak spot foto dan latar belakang tebing yang menghadap ke Laut Selatan. Letaknya cukup jauh dari resto yang sekarang kami datangi.

HEHA Escape ternyata sangat menyenangkan. Tempat ini menghidangkan banyak asupan yang menjadi favorit banyak orang. Ada sajian kekinian, menu internasional, tapi juga ada masakan tradisional Yogyakarta. Pilihannya banyak banget. Satu yang juga sangat saya sukai adalah limpahan potongan buah, jajan pasar, dan sayuran. Semua dalam kondisi segar.

Penataannya dan peralatan yang digunakan juga oke. Dari resto ini saya jadi tahu bahwa meletakkan sajian dan peralatan makan tidak harus selalu segaris lurus dengan posisi orang berdiri. Bisa juga dimiringkan atau berjejer miring sehingga bisa ditambahi hiasan meja agar terlihat estetik.

Ah seandainya lambung saya selebar dan sedalam panci ibu saya, mungkin semuanya akan saya telan sebanyak mungkin. Tapi apa daya, baru satu ronde saya sudah menyerah kalah. Acara sarapan pun saya tutup dengan sepiring besar buah potong, juice buah, dan kopi hitam.

HEHA Ocean View. Wisata Tebing di Gunung Kidul Yogyakarta
HEHA Ocean View. Wisata Tebing di Gunung Kidul Yogyakarta
HEHA Ocean View. Wisata Tebing di Gunung Kidul Yogyakarta

Waktunya Memotret dan Dipotret

Terduduk selama sekitar 30 menit karena kekenyangan, energi saya pun mendadak terkapar. Saya sempat merasakan kantuk yang teramat sangat karena rintik yang sesungguhnya ngajakin balik ke kamar, nyentuh kasur, terus kruntelan di balik selimut. Tapi setelah cangkir kedua kopi hitam melewati tenggorokan, sambungan listrik kesadaran langsung bertengger di kelopak mata. Apalagi kemudian si bungsu mengingatkan bahwa kami hanya punya waktu tak lebih dari 1.5 jam untuk menjelajah.

Let’s go. Mari memotret dan dipotret.

Sebelum meninggalkan HEHA Cliff Lounge, saya sempat melihat HEHA Forest dari kejauhan. Spot foto yang ada di Gunung Kidul dengan pemandangan Laut Selatan ini letaknya jauh di bawah bukit tempat saya berdiri. Luasnya pun bukan kepalang. Terlihat banyak spot dengan beragam bentuk dan warna. Bahkan dari ujung HEHA Escape tadi saya melihat balon udara yang didudukkan dan dibiarkan berdiri dengan shocking color yang sangat eye-catchy. Sungguh menantang untuk dieksplorasi.

Baiklah. Mari kita telusuri.

Melangkah turun dari sebuah tangga yang cukup curam, mobil yang biasa melayani transportasi di dalam kompleks resort mengantarkan saya menuruni bukit untuk sampai di titik antar jemput yang ada di HEHA Forest. Lumayan curam loh lintasan jalannya. Badan saya sampai miring 45′ dan harus berpegangan pada kayu atau besi yang ada di dekat pintu supaya bodi seberat 55kg itu gak ndlongsor lalu terguling-guling.

Ya ampun. Gimana ceritanya kalau rem blong ya? Aduh saya mendadak gentar. Langsung terbayang suami dan anak-anak serta Bella, Momo, Miko, dan Monty (pasukan bulu) yang musti saya urus. Kehilangan emak pastinya cukup tersiksa.

Saat sampai, tempat ini belum buka tapi sang penjaga mengizinkan para penginap HEHA Ocean View untuk menjelajah. Tempat-tempat makan belum ada yang buka tapi setiap spot foto bebas untuk dimasuki. Hanya ada beberapa petugas kebersihan yang sedang bebersih dan penjaga keamanan yang turut mengamati. Saya jadi puas memotret dan dipotret di banyak sudut tanpa khawatir ada “kebocoran” atau harus ngantri panjang.

Spot foto apa aja yang ada di HEHA Forest ini?

Banyak banget.

Temanya tuh sungguh beragam. Warna yang ditampilkan pun banyak banget. Tapi yang pasti semua sisi cakep betul untuk direkam lewat kamera atau divideokan. Dari penamaan yang tampil di bagian depan, rangkaian spot foto ini ada yang diberi nama Santorini, Trinity Glass, Ringstone, Waterfall, Terra Curve, Air Balloon, HeHa Airplane, Pink Horizon, Hexagon, Rainbow, Polkadot dan Chromatic Car. Dari penamaan ini saya yakin teman-teman sudah bisa menangkap tema yang dihadirkan.

Yang pasti semua spot diatur sedemikian rupa dengan space yang luas agar kita bisa memotret dari banyak sisi. Ada beberapa yang sudah diarahkan titik terbaik dan contoh fotonya. Jadi kita bisa meniru posisi foto tersebut untuk hasil yang maksimal.

Saya sempat melihat ada contoh foto di depan gerbang ala Korea dengan huruf hangeul tercantum di sisi depan gerbang yang cukup tinggi itu. Ada pengunjung yang bersengaja mengenakan Hanbok (pakaian tradisional Korea) yang memang disewakan. Rumah penyewaan bajunya berada di sekitar spot foto HEHA Forest. Bahkan ruang gantinya pun ada di dekat situ. Ringkes betul.

Ada juga photographer professional yang menawarkan jasa untuk memotret kita. Soft file fotonya bisa kita beli seharga Rp5.000,00/file. Jadi jangan khawatir. Jika kita tidak punya kamera dan kemampuan memotret yang mumpuni atau pergi sendirian, kita tinggal bawa badan dan niat untuk berfoto cantik di banyak spot foto yang ada di HEHA Forest ini dan menggunakan jasa para pemotret itu.

Sekilas Tentang HEHA Ocean View

Kalau menilik namanya rasanya lucu juga ya. Si bungsu malah sering mengucapkan HAHA bukan HEHA dan itu biasanya dilengkapi oleh tawa renyah berkepanjangan.

Saya jadi penasaran dan mencoba mengulik berbagai sumber informasi on-line. Ternyata nama HEHA berasal dari 2 huruf awalan dari 2 orang pemiliknya. HE dari Hery Zudianto (mantan Walikota Yogyakarta) dan HA dari Handoyo Mawardi (pengusaha ternama Yogyakarta)

Mulai beroperasi di 2019, berarti di saat kedatangan saya pada Agustus 2024, HEHA Ocean View sudah berusia sekitar 5 tahun. Menilik banyak foto dari masa ke masa, saya melihat HEHA Ocean View terus berkembang. Ada beberapa sudut yang tampak direnovasi demi kenyamanan.

Memiliki tipe kamar Cabin (Cabin biasa yang saya tempati, Cabin Hill View, Cabin +, dan Cabin Suite) dan Glamping, HEHA Ocean View yang berjarak sekitar 47km dari pusat kota Yogyakarta ini, pas banget untuk para pejalan yang menyukai wisata tebing, pantai, dan alam terbuka dengan suara laut. Di malam hari saat menjelang tidur, deburan air laut dan suara burung lamat terdengar di telinga. Menyenangkan banget.

Menyediakan tiket masuk Rp25.000,00 (weekdays) dan Rp35.000,00 (weekends dan hari libur), HEHA Ocean View terlihat sangat ingin menghidangkan tempat wisata yang kekinian. Khususnya bagi yang senang berfoto dan ingi mengisi feed media sosial mereka dengan hasil jepretan yang indah serta up-to-date. Saya lupa mencatat berapa HTM dari HEHA Forest. Tapi yang pasti kita bisa beli tiket terusan yang artinya sudah termasuk tiket masuk + akses ke semua spot foto. Atau bisa juga beli tiket masuk dengan membayar tiket spot foto terpisah/satu persatu sekitar Rp10.000,00 – Rp30.000,00/spot foto.

Satu yang patut dicatat adalah pengunjung umum bisa berwisata ke HEHA Forest tanpa harus menginap di HEHA Ocean View pada jam-jam tertentu. Sementara jika kita sudah menginap di HEHA Ocean View, seperti saya dan si bungsu, kita punya akses khusus untuk menjelajah HEHA Forest.

Sayangnya saya belum begitu in details meng-eksplorasi tempat ini karena kemarin sampai di HEHA Ocean View saat matahari menjelang istirahat. Saya dan si bungsu pun sudah tak punya tenaga ekstra untuk menyusur, plus lambung sudah berteriak-teriak minta diisi. Sementara paginya, tepat setelah menyelesaikan kegiatan foto-foto di HEHA Forest, saya harus bersegera berangkat menuju Bandar Udara International Yogyakarta (Yogyakarta International Airport/YIA) yang berada di Kulon Progo. Perjalanan dari HEHA Ocean View ke YAI butuh waktu sekitar 2 jam perjalanan darat.

Ah seharusnya saya pilih penerbangan sore hari ya supaya tidak terburu-buru menuju bandara dan punya waktu yang lapang untuk menyusur HEHA Ocean View dan HEHA Forest.

Galeri Foto

Beberapa hasil jepretan di spot HEHA Forest dan HEHA Ocean View

HEHA Ocean View. Wisata Tebing di Gunung Kidul Yogyakarta
HEHA Ocean View. Wisata Tebing di Gunung Kidul Yogyakarta
HEHA Ocean View. Wisata Tebing di Gunung Kidul Yogyakarta
HEHA Ocean View. Wisata Tebing di Gunung Kidul Yogyakarta
HEHA Ocean View. Wisata Tebing di Gunung Kidul Yogyakarta
HEHA Ocean View. Wisata Tebing di Gunung Kidul Yogyakarta

18 Comments Leave a Reply

  1. Kalau dilihat dari varian kulinernya, tipe kamar, hiburannya, HEHA bisa jadi semacam one stop destinasi liburan ya, Mba.
    Sepertinya juga ramah anak-anak, jadi nggak hanya ortu yang nikmati suasana si anak juga ikut senang. Lihat foto nasi goreng buntut bikin ngiler euyyy. Mana bacanya pas lagi puasa gini, duhhh Gusti….
    Semoga pas main ke Jogja bisa stay di sini trus nyobain segitu banyak pilihan menu sarapan yang bisa bikin berlama-lama duduk ngobrol seru.

    • One stop for the whole activities ya Ga. Kalau senang dengan pemandangan gunung dan lautan, 3 hari 2 malam rasanya lebih pas. Bisa buat explore di banyak fasilitas yang ada.

  2. Kalau sekarang masih rame banget gak Mbak sama pengunjung umum? Tapi, kayaknya memang sekalian nginep, ya. Lebih puas menikmati tempatnya

    • Sepertinya masih ya. IG nya aktif memberitakan banyak sekali kegiatan. Baik di HEHA Ocean View maupun di HEHA Forest.

      Betul banget. Kalau kita nginap ada berbagai fasilitas gratis yang bisa kita nikmati. Termasuk akses ke HEHA Forest di waktu-waktu tertentu saat publik non-penginap tidak bisa/boleh masuk.

  3. Gabungan kata dari nama pendirinya HeHa kesannya unik dan profesional juga ya.. Siapa tahu jadi brand yg mendunia juga karena dari apa yang saya baca pengelolaan Ocean View dan segala sarana pelengkapnya ini dilakukan dengan manajemen yang cukup baik. Buktinya okupasinya tinggi dan banyak pengunjung yang datang

    • Branding yang pas dan unik ya Mbak. Gabungannya justru menciptakan imajinasi dan gampang diingat. Semoga kolaborasi diantara keduanya bisa terus lestari supaya nama HEHA tetap eksis di dunia wisata.

  4. Keren banget sih HEHA Ocean View ini. Nah, aku pernah baca artikel mengenai destinasi wisata gunung kidul yang harus kita datangi. Salah satunya adalah HEHA Ocean View ini. Aku hanya melihat satu foto yang kayak jembatan kaca itu, Kak. Itu pun kupikir sudah bagus. Ternyata emang secakep itu ya. Nggak salah emang artikel itu.

    • Iya Mbak Yuni. Saya pun tergoda untuk datang kemari karena sliweran terus di media sosial. Akhirnya malah memutuskan untuk nginap sekalian.

      Saya ada berfoto di jembatan kaca itu. Ada di salah satu foto di atas. Posisinya persis di atas tebing dengan latar belakang deburan ombak Pantai Selatan. Cobain Mbak. Banyak spot foto keren di HEHA Forest.

  5. Salut sama mba Annie, benar-benar effort ke sana meskipun menempuh perjalanan jauh. Sangat terbayarkan sih, aku kalau ke sana u
    juga kayanya pengen duduk berlama-lama sambil ngemil memandangi luasnya lautan. Abis itu makan tidur, makan tidur hehe. Nikmat banget

  6. Saya sering membaca destinasi wisata HeHa ini. Tapi baru kali membaca lengkap HEHA Ocean View. Dan saya pun langsung mupeng ingin menginap di sana, Mbak. Benar-benar dijamin jadi liburan menyenangkan. Kamarnya bagus adan ada kolam renang mini lagi. terus itu foto-foto menu sarapannya, langsung bikin ngiler. Tapi saya penasaran, selebar dan sedalam apa panci milik ibu mbak Annie? hehehe. Semoga bisa segera berkunjung ke HEHA Ocean View ini. Aamin…

  7. Wah Gunung Kidul udah bertransformasi dari kawasan tandus jadi tempat wisata dan punya penginapan sekeren ini
    Wajib jalan-jalan ke sana (mungkin Juli atau Agustus saya ke Yogya)

    Dulu Gunung Kidul identik dengan kawasan miskin lho, sampai banyak penduduknya yang bunuh diri. Dan penduduk Gunung Kidul malu menyebut dirinya berasal dari sana

  8. Dari sekian banyak review tempat, aku sangat tergoda melihat review Heha ini. It’s my typical banget. Destinasi yang aku suka tuh yang begini nih. Mana spot fotonya estetik semua lagi. Langsung masuk wishlist destinasi healing aku tahun ini. Amiinn…

  9. Oh, pemiliknya mantan gubernur dan seorang pengusaha.
    Namanya unik yaa… dan detailing desain serta fasilitas wisatanya, bener-bener diperhatikan betul. Sampai penyajian sarapan yang disediakan shuttle bus, mashaAllaa..
    Dimanjain banget.

    Suka sama perpaduan warna furniturenya dengan ambiance alam yang diberikan Ilahi.
    Indah sekali!

  10. Kolam renangnya memang bikin happy seperti yang disampaikan Bu Annie, karena bersih. Daku juga mau nyebur, tapi kudu bareng kakak biar pede, wkwkwk.
    Asik sih ini staycationnya, tinggal siapkan aja mau datang weekend atau weekdays

  11. Cantikkkk banget hotel nya. Fasilitasnya lengkap, welcome snack nya mantab dan ada ojek juga. Mana murah ya kak, cuma 5000 udah bisa sampai tujuan dengan selamat

Leave a Reply

Your email address will not be published.

About Me

 


Hai Temans. Terima kasih sudah mampir di blog saya. Ruang bercerita yang berisikan rangkaian produk literasi yang berhubungan dengan kegiatan saya sehari-hari sebagai seorang blogger, book author, crafter, dan publisher. Selamat membaca. Semoga blog ini membawa manfaat bagi siapa pun yang membacanya.

Untuk kerjasama silahkan hubungi saya di annie.nugraha@gmail.com atau WA +62-811-108-582

Don't Miss

Indahnya Gaya Lawasan Klasik di Java Villas Boutique Hotel & Resto Prawirotaman Yogyakarta

Indahnya Gaya Lawasan Klasik di Java Villas Boutique Hotel & Resto Prawirotaman Yogyakarta

Kata orang bahwa Yogyakarta itu selalu ngangenin akhirnya saya buktikan sendiri. Baru
Saat Estetika dan Kenyamanan Menyatu di Yats Colony Yogyakarta

Saat Estetika dan Kenyamanan Menyatu di Yats Colony Yogyakarta

Setelah lama tidak ngebolang bersama si bungsu, di awal Agustus 2024, saya