Ke Yogyakarta tanpa berburu batik tuh rasanya belum klop, belum sempurna. Mencarinya juga mudah banget. Tempat belanjanya bertebaran hampir di setiap sudut kota. Mulai dari pasar tradisional hingga butik mahal. Batik cap dengan harga yang ekonomis hingga batik tulis dengan nilai yang menguras dompet.
Setelah beberapa kali bertemu dengan jenama Batik Rumah Suryowijayan di beberapa event wastra nusantara dan kerajinan tangan seperti Inacraft di Jakarta Convention Center (JCC), saya kemudian memutuskan untuk mampir ke outlet resmi mereka di seputaran Matrijeron, Yogyakarta.
Hal ini saya sampaikan kepada Mas Yudi yang sudah dua hari mengantarkan saya dan si bungsu berlibur di Yogyakarta. Mas Yudi langsung tersenyum dan mengangguk sembari menyampaikan bahwa jenama wastra nusantara yang satu ini punya nama yang disegani dan penggemar yang tidak sedikit. Galerinya tidaklah seluas jenama-jenama lain yang muncul duluan atau belakangan, tapi koleksi motif serta pengerjaan akhirnya itu termasuk dalam skala A bagi para penggemar batik.
Saya setuju dengan pendapat ini karena sudah punya beberapa koleksi batik dari jenama ini di lemari pakaian. Kualitasnya, khususnya pewarnaannya, bertahan dengan baik bertahun-tahun dan jahitannya rapi banget. Banyak teman yang memuji saat bertemu dan melihat saya mengenakan Batik Rumah Suryowijayan. Tentu saja saya dengan senang hati mereferensikan jenama ini kepada mereka.
Saya biasanya membeli yang tipe tulis karena memang akan saya gunakan sebagai pakaian resmi saat akan menghadiri acara-acara yang memang mengharuskan saya untuk mengenakan baju yang lebih representatif. Seperti untuk acara undangan nikahan, mengajar, meeting dengan orang-orang penting, bahkan saat pelatihan yang melibatkan institusi negara atau organisasi besar.
Mengenakan batik yang cantik dan dengan tampilan indah tentunya mencerminkan sikap hormat kita pada pihak pengundang sekaligus merepresentasikan posisi diri bahwa wastra nusantara (dalam hal ini batik) sangat perlu kita lestarikan dalam kehidupan sehari-hari. Disamping, tentu saja, bukti kecintaan saya pada batik yang tak pernah sirna dari dulu hingga kini.
Tentang Budaya bersama Pondok Antologi Penulis Indonesia : Mencintai Budaya Lewat Buku Antologi Budaya Nusantara Dalam Cerita
Sambutan Hangat
Batik Rumah Suryowijayan ini tempatnya ternyata masuk ke dalam sebuah kompleks atau lingkungan perumahan. Akses jalannya meski tidak terlalu lebar tapi cukup untuk menampung lalu lintas kendaraan dua arah. Saya bahkan sempat melihat beberapa rumah dengan luas tanah yang cukup besar dan terpampang plang “Dijual.” Kondisi yang bikin saya kerap menoleh karena tertarik dengan tampak luar rumah yang terlihat sangat indah karena masih terurus dengan baik.
Doakan ya. Semoga saya dilimpahkan rezeki untuk bisa menikmati masa pensiun di Yogyakarta. Menikmati asyiknya slow living sembari membuka cafe library yang sudah lama saya impi-impikan.
Tak lama, mobil yang dikendarai Mas Yudi masuk ke sebuah pekarangan rumah dengan fasad khas budaya Jawa. Sebuah rumah joglo dengan atap limasan dan warna genting yang menarik mata. Njawani banget. Di sekelilingnya ada beberapa pohon besar yang menaungi sebagian area parkir. Di salah satu sisi rumah joglo tersebut ada sebuah bangunan lain dengan bentuk memanjang, yang tampaknya difungsikan sebagai kedai makan atau cafe kecil. Pengen ngopi di sana, tapi sayangnya cafe tersebut belum buka. Termasuk Mien Brodjo Art Gallery & Cafe yang berada persis di depan Batik Rumah Suryowijayan.
Saya turun dengan semangat akan bertemu sekian banyak koleksi batik cantik, salah satu wastra nusantara yang sudah sekian abad menjadi kebanggaan tanah air.
Sebelum melangkah, si bungsu sempat mengingatkan saya untuk tidak lupa diri karena masih panjang acara kunjungan yang akan kami lakukan. Baik soal waktu maupun soal jatah belanja. Thank you darla. You’re indeed by best travel mate ever. Saya pun mengacungkan jempol ke arah si bungsu, sembari mengangguk dan menampilkan senyum lebar.
Yuk lah mari kita kemon.
Selangkah masuk, saya menemukan beberapa rak yang menghadirkan banyak produk diskon. Langkah saya sempat tertahan di sini. Tapi melihat sebagian besar produk diskon yang ditawarkan adalah outfit untuk anak-anak dan ada “pemandangan” yang lebih mengundang daya tarik, saya membawa kaki ke dalam rumah joglo.
Beberapa penerangan dan pendingin ruangan kemudian dinyalakan saat saya melangkah masuk. Sepertinya saya menjadi pengunjung pertama di pagi itu. Tapi tak berapa lama serombongan tamu datang ikut meramaikan. Jumlahnya gak tanggung-tanggung. Paling tidak satu bis mini. Kalau saya dengarkan cara mereka berbicara sih sepertinya rombongan ibu-ibu ini datang dari Jakarta. Suara mereka riuh rendah mengisi ruangan yang tadinya sunyi senyap.
Beberapa petugas terlihat sigap melayani dengan senyum ramah sembari memberikan keranjang plastik seperti di supermarket sebagai wadah belanjaan. Saya, seperti biasa, menebarkan pandangan ke seluruh area terlebih dahulu. Mencoba melamati dan menggiring mata untuk melihat ke seluruh ruangan baru setelah itu menyusur setiap bagian satu persatu.
Baca Juga : Batik Besurek. Kekayaan Wastra Asli Bengkulu yang Memesona
Saya kemudian menghaturkan izin untuk memotret dan merekam video kepada salah seorang petugas. Jawaban “iya” dan senyuman manis pun melenggang dan membuat saya langsung gembira.
Usai melakukan ini, saya kemudian memutuskan untuk memulai penelusuran dari sisi belakang. Di sisi ini tampak berbagai helai kain batik yang terlipat dan tersusun rapi di atas beberapa meja kayu. Sebagian diantaranya digantung di beberapa gawangan yang juga terbuat dari kayu berukir. Satu pemandangan indah yang kerap saya saksikan saat mengunjungi pameran khusus wastra. Salah satu exhibition displays yang mengundang netra kita untuk dapat melihat motif kain yang dipamerkan semaksimal mungkin.
Masih di area yang sama disediakan juga ruang khusus (meja dan sepasang kursi kecil) untuk melihat setiap kain satu persatu. Seorang petugas bahkan ada yang disiapkan khusus untuk tujuan ini. Berdampingan dengan meja-meja jati yang menjadi tumpuan kain-kain yang terlipat rapi tersebut, ada juga beberapa lemari kayu ukir dengan kaca di setiap sisi.
Saya sempat mendekat ke lemari tersebut dan memperhatikan setiap kain yang ada di dalam. Netra saya mendadak menemukan salah satu surga wastra yang ingin dihadirkan oleh Batik Rumah Suryowijayan. Terdapat limpahan kain batik tulis dengan motif dan pengerjaan istimewa.
Selain dimasukkan ke dalam banyak lemari kayu berkaca, ratusan lembaran batik tulis ini juga diliipat dan ditaruh dengan sangat rapi di beberapa meja kayu jati di beberapa tempat. Sebuah pemandangan indah yang begitu sejuk di mata dan hangat di hati.
Baca Juga : Nyak Mu. Legenda Tenun Songket Aceh
Saya kemudian membawa langkah ke bagian tengah outlet. Di area ini terdapat banyak sekali gantungan kayu yang menampilkan produk fashion yang sudah jadi. Gantungan ini selain dipisahkan berdasarkan jenis kelamin (pria, wanita), motif dominan (lurik, bebungaan, dan lain-lain), juga atas style atau design yang diaplikasikan (daster, atasan, vest, jas, baju pesta, dan masih banyak lainnya).
Duh beneran sangat menggoda. Takut terlewatkan, apa yang sudah saya taksir, saya memutuskan untuk menaruhnya ke dalam keranjang belanjaan hingga akhirnya saya seleksi lagi.
Alih-alih berhasil memilah dan memilih, saya akhirnya malah bingung sendiri. Beli yang tulis tapi hanya 1-2 atau yang cap dengan jumlah yang lebih banyak? Asli saya galau maksimal karena semua yang saya ambil motifnya saya suka banget.
Tapi lagi-lagi si bungsu mengingatkan saya. Pilihan one or two dengan kualitas terbaik adalah pendapatnya. Baiklah. Dalam beberapa detik kemudian saya langsung paham dengan apa yang dia maksudkan. Saya mengambil satu buah vest panjang yang memang tipe produk yang belum saya miliki dan si bungsu mengambil baju atasan dengan kombinasi motif dan warna yang nabrak satu sama lain. Pilihan kekinian yang jitu. Dan keduanya adalah batik tulis seperti yang dianjurkan si bungsu.
Oia selain baju dan sebagainya, jenama ini juga menghadirkan sisa-sisa kain menjadi produk lainnya, seperti scrunchy, beragam tas, bando, jepit rambut dan lain-lain. Produk up-cycle yang juga menjadi perhatian konsumen.
Batik yang Selalu Istimewa di Hati
Satu yang pasti dari kunjungan saya ke Batik Rumah Suryowijayan adalah bahwa batik kecintaan akan salah satu wastra nusantara ini telah semakin merangsek ke dalam hati.
Keistimewaan batik yang sudah ditasbihkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Non-bendawi (Masterpices of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) oleh UNSESCO pada 2009 semakin menguat di sisi kebanggaan saya sebagai salah seorang warga negara Indonesia.
Beberapa hal yang saya catat tentang batik adalah bahwa batik merupakan salah satu pembentuk karakter bangsa Indonesia yang membedakan kita dengan bangsa lain. Batik diturunkan dari generasi ke generasi dan tetap serta selalu menjadi penghubung antara masa lalu dan masa depan.
Bahkan beberapa orang yang memang pengkoleksi batik telah membuktikan hal ini. Banyak diantara mereka ini menyimpan banyak batik lawasan yang dikerjakan dan dimiliki oleh keturunan mereka terdahulu. Mewariskan batik bukan cuma soal kecintaan tapi juga rasa bangga yang dipastikan tak akan lekang oleh waktu.
Meskipun batik sempat mengalami goncangan karena diclaim oleh negara lain sebagai hasil karya orisinil mereka, saya yakin bahwa batik nusantara punya kekuatannya tersendiri. Budaya membatik dan proses membuatnya aja adalah satu kekayaan tak benda yang hakul yakin begitu precious.
Membatik, mengerjakan batik, memindahkan ide yang ada di kepala menjadi selembar kain saja butuh usaha dan proses yang tidak sedikit. Bisa berbulan-bulan. Dan untuk itu butuh kemampuan serta taste of art yang tak terukur oleh uang.
Dalam beberapa catatan banyak sekali batik yang punya nilai seni tinggi dan diperuntukkan bagi orang-orang tertentu, digunakan hanya pada waktu-waktu krusial, serta mengandung unsur ketelitian, kesabaran, dan ketrampilan tinggi.
Istimewanya lagi adalah bawah batik juga bukan hanya tentang Jawa. Tapi juga tentang banyak daerah nusantara. Mulai dari Sabang sampai Merauke. Setiap daerah punya filosofinya, motif, pengerjaannya sendiri. Kekuatan seni dan budayanya juga sangat beragam. Jadi tak dapat dipungkiri bahwa pernyataan bahwa batik adalah warisan budaya nusantara yang sudah mendunia, tak akan ada satu pun, seorang pun, yang mampu membantah.
Saya meninggalkan butik Batik Rumah Suryowijayan dengan rasa sukacita yang sulit untuk digambarkan dan diiringi dengan doa istimewa semoga jenama ini akan semakin makmur, sejahtera, dan konsisten menghadirkan batik di kancah domestik maupun internasional.
Sukses terus Batik Rumah Suryowijayan. Terima kasih sudah menerima kedatangan saya dengan begitu ramah.
Batik Rumah Suryowijayan ini sangat nyaman sekali ya, Mbak. Saya suka bangunannya dengan langit-langitnya yang tinggi. Jadi tempat rekomended saat berburu batik di Yogya. Saya save alamatny nih, Mbak. Kalau ke Yogya mau mampir. Saya biasanya beredar di wilayah Malioboro saja hehehe
Nyaman banget Mas Bambang. Layaknya butik berkelas. Kehadiran banyak unsur kayu menjadikan tempat ini begitu adem dan nyaman.
Sekilas galerinya mirip Batik Trusmi yang di cirebon, Bu.
Tapi entah semua galeri batik ambience-nya mirip seperti ini ya…
Soalnya baru dua kali ke galeri batik.
Aku nyariin foto ibu yang pake batik dari Suryowijayan mana tau dipajang di tulisan ini, eh ngga ada rupanya, haha
Salah satu whistlis aku kalo ke jogjya lagi pingin ke sentra batik dan kerajinan perak
Smoga diberi rezeki, aamiin…
Wah iya Ci. Nanti saya tambahkan ah foto dengan memakai vest yang saya beli di Batik Rumah Suryowijayan ini.
Unsur kayu melengkapi kemewahan dan kenyamanan outlet Batik Rumah Suryowijayan ini. Suasana adem langsung menyelimuti. Kalau di Batik Trusmi lebih besar Ci dan nuansanya sudah seperti shopping mall kalau di sana.
Semoga bisa kembali ke Yogya ya. Saya juga selalu kangen pengen balik ke kota gudeg ini.
Masya Allah pegawainya ramah-ramah banget ya mbak. Jadi inget waktu dulu,jaman bocil jadi rojali alias rombongan jarang beli, aku cuma lihat-lihat aja tapi tetap pegawainya tetap ramah bangett.
Untuk bisnis jasa, service memang harus berada di urutan teratas ya Mbak Diah. Berasa banget saat kita (tetap) diperlakukan ramah begitu. Rasa nyaman terus tersimpan sebagai kenang-kenangan.
Wah, Suryowijayan ya. Dulu saya sering jalan-jalan ke sana, sambil makan di angkringan. Jogja emang istimewa banget ya Mbak. Kaya tiap sudutnya bisa aja dieksplorasi.
Banget Mas Adi. Sering banget lihat di medsos tentang banyak tempat-tempat menarik yang ada di setiap sudut Yogyakarta.
aku bisa membayangkan rasa sukacita itu. karena aku juga begitu kalau ada kesempatan mengunjungi sentra wastra. bukan sekadar mata yang dimanjakan oleh corak batiknya yang cantik, tapi juga spirit dari para pembuatnya, spirit dari para leluhur itu seolah menyatu dan hadir. uniklah rasanya. dan rasanya pengin memiliki. kalau saiyah sih pengin doang hehe… semoga suatu kali ke Yogya bisa lihat dari dekat outlet Batik Rumah Suryowijayan ini.
Well wrtiten. Terasa banget girahnya saat kita semakin mendalami bagaimana sebuah wastra itu berproses. Banyak hal yang terlibat di sana. Dan itu sebagian besar tidak terhitung oleh uang.
Setuju dengan pilihan putrinya, beli 1 atau 2 tapi yang batik tulis, karena pasti puas pakainya mengingat kualitas dan desain yang istimewa. Pasti cakep nih pilihan Mba Annie…etapi memang cantik-cantik tuh koleksi Batik Rumah Suryowijayan. Catet dulu, kalau saya ke Jogja lagi bisa mborong batik di situ
Iya Mbak Dian. Sekarang saya sepertinya lebih memilih ke produk tulis. Gak cuma bicara soal kualitas tapi juga bagaimana bangganya kita mengenakan sebuah produk seni. Apalagi ini adalah wastra nusantara yang sudah mendapatkan tempat istimewa di mata internasional.
Paling suka kalau berkunjung ke Yogyakarta itu membeli batiknya karena masyaallah bagus-bagus banget. Jika berkesempatan mengunjungi Yogya lagi pasti aku coba mampir ke batik rumah Suryowijayan ini apalagi ramah-ramah penjualnya jadi makin semngat belanja ya mba
Bisa jadi destinasi beli oleh2 nih kalau pergi ke Jogja. Ada batik tulis sama batik cap nya juga
AKu doain sepenuh hati sepenuh jiwa yuk! Pensiunmu nanti di Bali or Yogya aja yaa jadi gw bisa sebat di sana qiqiqiqiqii
tulisan ini bikin jatuh cinta lagi sama keindahan wastra Nusantara! Batik dari Rumah Suryowijayan memang punya karakter yang kuat dan cerita yang dalam di setiap motifnya. Foto-fotonya juga cantik banget, sukses bikin pengin segera jalan-jalan ke Yogyakarta buat lihat langsung koleksinya. Terima kasih udah sharing pengalaman dan info detailnya, yuk. Tulisan ini benar-benar menginspirasi untuk lebih mencintai budaya kita
Aamiin Yaa Rabbalalaamiin. Semoga Allah kabulkan dan izinkan. Yang pasti tidak pensiun di kawasan industri seperti Cikarang ini hahaha. Lingkungan dengan udara yang kurang sehat. Tak pun ada tempat rekreasi buat refreshing. Semua terkepung oleh beton.
Alhamdulillah. Semoga kita semakin cinta akan wastra nusantara dan terus ikut melestarikannya.
auto buka g-map cari batik rumah suryowijayan dan jaraknya dari keluarga di kawasan kemetiran Yogyakarta
Ternyata lumayan jauh
Semula pingin jalan kaki aja kalo 2025 ini solo traveling tipis-tipis ke Yogya
Kuy Mbak. Mungkin pilihan naik ojek bisa dilakukan. Yogya mah gak jauh kemana-mana. Mirip dengan Bandung.
Saya suka dengan kerajinan batik karena punya ciri khas menarik dan kental akan budaya. InsyaAllah kalau ke Jogja ingin mampir juga ke batik rumah suryowijayan.
MashaAllaa~
Akutu mau serius bacanya, tapi jadi senyum-senyum karena ka Annie selalu diingatkan sama travel-mate yang tau banget ka Annie tuh gimanaa..
Ini menurutku momen so sweett.. bestiie.
Hehhee.. mau bilang anak dan mamah, tapi kaan.. lagi travelling yaah.. dan ka Annie selalu excited kemana pun perginya ((terbaca dari tulisannya yang selalu asiik dibacanya))
Termasul menuliskan mengenai Batik Rumah Suryowijayan.
Yang sebetulnya, ini ka Annie bangeeettzz yaah.. Cocok juga dipadukan dengan asesoris handmade ka Annie yang elegan.
Aahh betul banget Len. Keindahan wastra nyatanya bisa dipadupadankan dengan perhiasan handmade. Sama cantiknya.
Batik Yogya tiada dua ya motif dan warnanya kalem, saya suka lihatnya, btw kapan hari ke Suryowijan kok sy gak ngeh ya ada rumah batik ini wah harus balik lagi nih ke Suryowijan jadi kepo kan pengen lihat koleksi batik nya juga
Letak outletnya memang gak di pinggir jalan Yu. Masuk ke dalam perumahan gitu. Jadi gak gampang ditengok saat kita melewati area Suryowijayan.
Batik Rumah Suryowijayan ini suasananya nyaman ya mbak, bikin betah
Warna batiknya juga cantik
Besok besok klo ke Yogyakarta, harus mampir nih