Pulang Kampung
Saya sedang mengikuti sebuah zoom meeting, saat handphone berulangkali bernyanyi riang. Meskipun volumenya sudah saya rendahkan, salah satu lagu BTS yang saya pilih untuk nada dering tetap terdengar menggelitik di telinga. Awalnya saya enggan untuk mengangkat tapi begitu melihat nama satu-satunya adik almarhum Ayah yang masih hidup tercantum di sana, saya langsung tertegun. Pasti ada sesuatu hal penting yang menuntut perhatian saya.
Dugaan itu terbukti. Suara bergetar menahan tangis terdengar dari ujung sana. Bibi saya tercinta ini mengabarkan bahwa salah seorang kakak saya di Palembang pagi itu wafat. Setelah bertahun-tahun berjuang melawan kanker payudara, dia akhirnya menyerah dan wafat hanya dalam hitungan menit saat sampai di RS dalam rangka kemoterapi.
Saya langsung leave meeting dan menghubungi suami. Setelah bertahun-tahun tidak pulang karena pandemi, akhirnya saya harus terbang ke Palembang segera. Sayangnya bukan karena untuk berlibur tapi karena ada berita duka.
Berkunjung ke Adik-adik Almarhum Ayah
Pemakaman dan rangkaian pengajian seringkali menjadi alasan dan membuat keluarga berkumpul. Saya merasakan itu. Mungkin begitu juga yang terjadi pada teman-teman sekalian. Bahkan terkadang, mungkin seringkali, di acara pengajian tujuh harian, empat puluh harian, kita bisa bertemu saudara yang bahkan sebelumnya tidak begitu kita ingat atau kenal. Suatu masa yang kemudian mempertemukan banyak anggota keluarga secara tidak sengaja.
Seperti layaknya pulang kampung, kegiatan pun diisi dengan beragam hal yang mendekatkan diri kepada saudara-saudara yang sudah lama tidak bersua. Saya pun memutuskan untuk berkunjung ke adik-adik sepupu almarhum Ayah yang rata-rata sudah sepuh dan wajib saya sambung kembali silaturahimnya. Beberapa dari mereka sudah tidak mampu berjalan dengan baik. Kemampuan mengingat yang mulai meluntur. Bahkan fungsi indera pelihat pun semakin menurun. Diantaranya bahkan sudah tidak mengenali saya dan hanya mengangguk saat nama saya diucapkan kembali.
Diantar oleh adik sepupu, saya mengetuk pintu mereka satu persatu. Memeluk dan mengajak mereka untuk kembali ke rangkaian memori saat mereka mengasuh saya sedari kecil. Setidaknya kepingan kisah puluhan tahun yang lalu bisa dibangkitkan kembali dan dibicarakan menjadi rangkaian nostalgia yang berkesan di hati.
Ada rangkaian momen berharga yang tak dapat diwakilkan dengan kata-kata indah sekalipun. Dan entah mengapa, diusia yang sudah melewati 50 tahun ini, saya mendadak terhanyut dan terus menyadari bahwa dalam hitungan 10 tahun kedepan, jika Yang Kuasa masih memberikan saya umur, saya pun akan berada di masa yang mereka alami sekarang ini.
Ah, jadi melow. Yok kita sambung dengan cerita lain.
Baca juga : Menyesap Kemewahan Klasik di MYKO Hotel & Convention Centre Makassar
One Night Staycation
Setelah berhari-hari numpang tidur di rumah Bibi di daerah Pakjo, saya mengajak putri saya untuk menginap semalam di salah satu hotel yang berada di pusat kota. Pindah tidur di hotel semalam persis sebelum terbang kembali ke Jakarta.
Banyak banget pilihannya. Terutama hotel bintang 3 yang tersebar hampir di setiap sudut kota. Pilih sana-sini, akhirnya saya memutuskan untuk mencoba Hotel Santika Radial yang berada di Jl. Brigjend. Dhani Effendi atau yang sering disebut sebagai area radial.
Hotel Santika Radial ini adalah hotel bintang 3 yang dikepung oleh banyak fasilitas umum. Mulai dari Transmart, Warunk Up Normal, beragam jenama mini market nasional, toko kue, dan puluhan gerobakan pinggir jalan yang menawarkan jajanan yang menggiurkan. Yang paling saya sukai dari keseluruhan fasum tersebut adalah kehadiran outlet Pempek Beringin. Salah satu jenama pempek yang berkibar di Palembang dan memiliki produksi pempek pistel terlezat versi saya. Pempek isian pepaya muda yang gurih dan sangat tasty. Pempek favorit saya.
Yang baru pertamakali ke kota pempek, Hotel Santika Radial, menurut saya, cukup mewakili kesenangan dan rasa penasaran untuk keliling kota. Lokasinya strategis dan reachable untuk ke berbagai destinasi wisata kota. Ingin berpuas-puas dengan jajanan khas Palembang, bisa cus jalan kaki ke Pempek Beringin. Di rumah makan yang sudah punya nama mentereng di Palembang ini, kita bukan hanya bisa menikmati berbagai jenis olahan ikan seperti pempek dan kawan-kawannya, mereka juga menyediakan lauk serba ikan yang kaya rasa dengan kualitas yang jempolan, seperti aneka pindang dan semua asupan yang biasa kita temukan juga di warung-warung pinggir jalan. Mereka pun sigap dengan kebutuhan pengunjung yang ingin membawa panganan untuk oleh-oleh. Selain berbagai kerupuk dan kemplang (kerupuk panggang), ada juga paket pempek frozen dalam kemasan kedap udara yang siap untuk langsung diangkut.
Saya sempat request berbagai paket pempek yang fresh diantarkan ke hotel beberapa jam sebelum saya check out. Jadi apa yang saya bawa adalah produk terbaru yang pagi barusan mereka kerjakan. Mantab banget pokoknya.
Saya juga mengatur waktu agar sempat baku dapa dengan Deddy Huang. Salah seorang blogger famous asal Palembang. Kami bertemu di Pempek Beringin. Sementara anak dan para keponakan berenang sepuas-puasnya di kolam renang hotel, saya pun menghabiskan waktu berceloteh, bertukar cerita dengan Deddy. Lama tak bersapa langsung, momen singkat ini kami gunakan untuk menyambung cerita setelah sekian lama hanya menyapa lewat WA.
Jadi keputusan untuk one night staycation di Hotel Santika Radial yang lokasinya gampang diraih ini, sudah memberikan kesempatan kepada saya untuk bersilaturahmi sekaligus menikmati nuansa menginap dengan lingkungan yang menyenangkan.
Saya dan putri saya juga sempat mampir-mampir di mini market dan pedagang pinggir jalan yang hingga malam hari mencari rezeki di sekitar hotel. Tawaran yang beraneka ragam sungguh membangkitkan selera seperti martabak, sate, nasi goreng, mie goreng, dan lain-lain. Tapi jikapun ingin nge-mall dan makan di beberapa jenama yang sudah berskala nasional, kita bisa main ke Transmart yang berada persis di depan hotel atau pusat perbelanjaan Palembang Icon yang berjarak sekitar 300an meter saja.
Asik banget pokoknya. Jika teman-teman menginap di Hotel Santika Radial ini, gak akan susah untuk merasakan nuansa malam kota Palembang tanpa takut akan nyasar atau butuh kendaraan untuk berpindah lokasi.
Baca juga : Menyesap Indahnya Pantai Losari dan Selat Makassar di Swiss-Belhotel Makassar
Kamar yang Saya Tempati
Saya memilih Superior Room Twin dengan dinding full kaca yang menghadap ke lahan belakang hotel. Tampak sungai kecil berkelok, sebuah masjid besar dan perkampungan padat dengan atap berbagai jenis. Belum ada sesuatu yang istimewa untuk sungai kecil tersebut bahkan airnya cenderung keruh dan menghitam.
Sebagai kamar dengan tipe terbawah, hotel Santika Radial memiliki berbagai fasilitas standard layaknya hotel bintang 3. Dengan ukuran standard sekitar 28m2, kebersihan kamarnya sangat terjaga. Kamar mandinya pun meski ukurannya tidak besar, cukuplah untuk sekedar staycation berdua. Yang penting semua sarana dan peralatan yang tersedia di kamar mandi berfungsi dengan baik dan juga dalam keadaan bersih. Satu persyaratan yang tidak boleh diabaikan apalagi selama pandemi masih berlangsung.
Sempat terjadi peristiwa jatuhnya kaca kecil yang menjadi wadah peralatan mandi persis di samping shower. Karena kacanya pecah berkeping-keping, saya mengontak maintenance hotel untuk membereskan. Hanya dalam hitungan tak lebih dari 15 menit, 2 orang petugas pun datang dan gercep membersihkan tanpa setitik kaca pun tertinggal.
Oia yang paling saya sukai dari kamar yang kami tempati adalah pilihan warna yang adem dan senada dengan semua peralatan yang ada di dalam kamar. Dengan dinding kaca yang persis menghadap arah terbitnya matahari, nuansa pagi pun sangat terasa. Saya bisa menikmati tembusnya sinar alami dari semesta yang kaya akan vitamin D tersebut tanpa harus keluar kamar ataupunhotel.
Sambungan internetnya pun moncer. Kebiasaan saya menonton beberapa channel youtube sebelum tidur pun jadi tidak bermasalah.
Baca juga : Patra Bandung Hotel Mengajak Kami Kembali
Tampilan Hotel Bintang 3 yang Mengesankan
Hotel Santika Radial terlihat jangkung diantara bangunan-bangunan lain yang ada di sekitarnya. Selain memang terdiri dari 16 lantai dengan 149 kamar, lantai terbawah dari keseluruhan bangunan memang dibuat lebih tinggi dari jalan yang ada di depannya. Di halaman depan, sejajar dengan jalan, ada kebun kecil dan tanaman yang menyertai logo Hotel Santika Radial. Jadi baik dari kejauhan maupun saat sudah mendekati hotel, kita bisa mengenali hotel ini tanpa tetiba nyasar.
Sejenak turun dari kendaraan dan menerima sapaan hangat dari petugas hotel, saya menebarkan pandangan sekilas di keseluruhan fasad Hotel Santika Radial. Atap baja yang dikelilingi oleh kaca menjulang melengkapi kesan jangkung tersebut. Begitupun saat masuk ke area lobby. Ceiling tinggi dengan ornamen berukir langsung membangkitkan kekaguman akan karya design interior yang patut dapat pujian. Ornamen yang dibuat menyerupai bentuk ombak yang dipasang sebagai background area kerja receptionist dan langit-langit tersebut, melengkapi kesan megah akan sebuah tempat menginap.
Cukup impresif untuk hotel dengan kelas bintang 3.
Masih di lantai yang sama, pihak manajemen hotel menyediakan satu lemari kaca khusus yang menampilkan beberapa hasil kerajinan tangan khas Palembang yang berbahan dasar 2 wastra kekayaan Sumatera Selatan yaitu Songket dan Jumputan. Handicraft ringan seperti dompet, cover bantal, kotak pensil, kantong koin receh, tas, dan lain-lain, sungguh menggoda untuk diadopsi. Harga yang tercantum juga reasonable enough. Untuk saya yang terlibat dalam produksi kerajinan tangan dan memiliki bisnis di bidang ini, tag price untuk setiap produk yang ditampilkan di sebuah hotel, tentunya butuh perhitungan secermat mungkin. Ada tujuan bisnis di sana tapi ada juga visi idealis mengenalkan kerajinan lokal kepada para tetamu Hotel Santika Radial.
Oia selain handicraft berbahan dasar Songket di atas, di dekat lift yang menghubungkan setiap lantai, para penginap juga dimanjakan dengan hasil karya handmade berupa ukiran kayu dan beberapa bentuk yang juga mewakili indahnya seni ukir yang ada di Palembang.
Sekali lagi. Cukup impresif untuk hotel dengan kelas bintang 3.
Baca juga : Stanley Boutique Hotel. Akomodasi Bintang 3 yang Strategis di Pusat Kota Jakarta
Sarapan yang Tumpah Ruah
Salah satu alasan kuat untuk menginap di Hotel Santika Radial, khususnya grup Santika yang adalah salah satu unit bisnis dari kelompok Kompas Gramedia ini adalah sarapannya. Dari sekian banyak jenama Santika di berbagai daerah dan sempat saya inapi, makan pagi adalah waktu yang selalu ditunggu-tunggu.
Kebijakan Santika secara regional untuk menghadirkan asupan khas daerah dimana dia berada dan berbagai menu dengan rentang jenis yang luas, selalu membuat saya betah untuk duduk berlama-lama, menikmati hampir semua sajian tanpa bosan sedikitpun. Seringkali, dengan sengaja agar bisa merasakan semua masakan, saya mengambil setiap hidangan dalam jumlah sedikit sehingga lambung bisa menampung banyak. Semua kemudian ditutup dengan secangkir kopi atau teh dengan makanan kecil khas daerah setempat.
Jadi ketika saya menuju restoran LAKSA yang berada di lantai 5, saya sudah berharap banyak akan bertemu sederetan kuliner khas Palembang. Inginnya sih Hotel Santika Radial mampu menghadirkan makanan daerah Sumetera Selatan yang (sangat) jarang ditemukan di area publik. Laksa sendiri adalah salah satu kuliner khas Palembang yang mengadaptasi dari kekayaan kuliner peranakan dan Melayu.
Harapan saya terwujud dengan kehadiran RAGIT. Roti jala kuah kari khas Palembang yang bahan dasar utamanya adalah tepung protein sedang, tepung tapioka, telur, dan kunyit bubuk untuk memunculkan warna kuning pada roti jalanya. Untuk kuahnya sendiri biasanya diikutsertakan dengan potongan daging sapi, kentang yang dipotong dadu, serta santan kental yang sudah dicampur dengan berbagai rempah-rempah seperti kapulaga, kayu manis, daun jeruk, cengkeh dan bunga lawang. Jika mengintip resepnya yang bertebaran di dunia maya, perlu tenaga dan waktu ekstra untuk mewujudkan ragit di meja makan.
Satu lagi yang saya nantikan adalah NASI GEMUK. Nasi berwarna kuning atau putih ini juga sering kita temukan saat berkunjung ke Palembang. Disajikan dalam sebuah jelaga besar berwarna kuningan, Hotel Santika Radial menghadirkan nasi gemuk lengkap dengan berbagai jenis condiment yang menyelerakan seperti telur rebus/dadar, ikan teri, kacang goreng, taburan bawang goreng, dan lauk-lauk lain yang biasanya menemani hidangan nasi uduk. Memang sih sejatinya nasi gemuk ini berada dalam satu keluarga dengan nasi uduk Betawi, nasi guri Aceh, nasi lemak milik Malaysia, Singapore, Brunei Darussalam bahkan Kepulauan Riau.
Menu lain adalah berbagai asupan yang biasa kita temui sehari-hari. Masakan nasional seperti lontong sayur, nasi goreng dengan segala pernak-perniknya, bubur ayam, tersedia dalam deretan peletakan yang rapi dan teratur. Begitupun dengan menu ala internasional seperti spaghetti, aneka roti, cereal, lengkap ditawarkan kepada para penginap.
Yang pasti pilihan sarapan di Hotel Santika Radial sungguh tumpah ruah. Rasanya? So pasti enak dong. Standard kelezatan masakan resto hotel Santika dimanapun berada tetap terjaga dengan baik. Setidaknya sejauh pengetahuan saya, jaringan hotel Santika tak pernah main-main dalam memanjakan lidah konsumen mereka.
Etapi saya juga berharap Hotel Santika Radial juga menyajikan aneka sajian dari olahan ikan seperti pempek, model, tekwan, mie celor, martabak dan aneka pindang dengan bahan dasar ikan ataupun daging, termasuk berbagai jenis kerupuk atau kemplang yang juga jadi kuliner unggulan di Palembang. Yang pasti selama saya berkelana, kemanapun saya melangkahkan kaki, hidangan khas tanah kelahiran tentunya membawa kerinduan tersendiri. Apalagi saat kita adalah seorang diaspora. Putra/putri daerah tertentu tapi tidak tinggal di kota/tempat kelahirannya.
Baca juga : Kemegahan Sarat Kesan di Nuanza Hotel & Convention Centre Cikarang
Baca juga : Menutup Akhir Tahun 2021 Bersama Keluarga di Ouma Villa Bandung
Saya dan Mimpi untuk kota Palembang
Kebijakan terbaik yang dimiliki oleh Hotel Santika Radial menurut saya adalah lokasinya. Saat menginap, kita, para tetamu, tentunya berharap untuk dapat berada di satu tempat yang memudahkan kita untuk menikmati suasana kota/daerah. Urusan makan dan hiburan terutama. Apalagi jika daerah tersebut terkenal akan kekayaan kuliner yang jenisnya bahkan sudah tak terhitung lagi saking banyaknya.
Palembang adalah salah satu dari kota yang saya sebutkan di atas.
Tempat lahir saya ini sesungguhnya, jika boleh jujur, sangat minim akan destinasi wisata fisik ataupun alam. Jikapun ada pilihannya tidak banyak dan cenderung tidak bervariatif atau memiliki keistimewaan yang (sangat) berbeda dengan daerah-daerah lain yang ada di Indonesia. Jadi pilihan kedua untuk memakmurkan wisata adalah dengan mengembangkan keutamaan kuliner khas yang mengesankan bagi setiap wisatawan.
Karena itu saya berharap banyak agar setiap hotel yang berdiri di Palembang, termasuk Hotel Santika Radial, mendominasi pilihan menu restonya pada kejayaan masakan asli Sumatera Selatan. Berikan juga sekilas pengetahuan umum tentang produk masakan tersebut agar lebih banyak lagi publik yang tahu. Menggempur publik dengan semua informasi yang berlimpah tentunya akan melahirkan ketertarikan yang menuai banyak manfaat.
Kenang-kenangan akan suatu daerah salah satunya bisa berasal dari indera perasa. Lidah yang termanjakan, perut yang terkenyangkan dan pikiran yang terarahkan, niscaya akan diikuti dengan kerinduan untuk kembali ke tempat dimana kesan manis itu tertinggal.
Restoran, rumah makan, penjual masakan pinggir jalan, bahkan tempat tinggal pribadi, bisa menjadi bagian dari sekian banyak perangkat yang bisa memuluskan rencana jangka panjang tersebut di atas. Dan hotel adalah salah satu opsi terbaik untuk mendongkrak tercapainya mimpi tersebut.
Setidaknya mimpi versi saya untuk kota kelahiran tercinta.
BTW, teman-teman sudah pernah ke Lamongan belum sih? Saya penasaran nih pengen tahu Lamongan dan ngintip destinasi wisata dan keistimewaan apa yang ada disana. Ada sih teman blogger Lamongan yang sering update tentang daerah asalnya. Yok, intip blog nya. Salah satu yang menarik untuk disimak adalah tentang ajakan untuk mencintai bumi dan lingkungan. Sekaligus mengajak kita agar mau melindungi bumi dari selimut polusi.
Bintang tiga tapi beneran seperti bintang lima saja ya. Lihat makanan yang tersaji, ruangan dan penataannya, makin bikin betah deh kayanya
Saya penasaran sama Ragit…
Cobain Ragitnya Teh Okti. Kalau suka kuah kari, biasanya suka dengan Ragit. Tapi memang kalau di luar Palembang saya belum tahu dimana yang jual.
Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un turut berduka cita ya Mbak
ternyata Mbak Annie orang Palembang, wah senangnya bisa ketemu Mas Deddy
Mas Deddy pernah nulis tentang mpek2 enak di Palembang
auto ngeces dong saya, sekaligus pingin banget ke Palembang
Ya Mbak. Almarhum Ayah saya asli Palembang. Sementara Ibu orang Jawa. Di Palembang saya numpang lahir. Selanjutnya berpindah-pindah ikut almarhum Ayah mutasi kerja.
Iya. Kapan-kapan saya juga pengen nulis tentang pempek. Sepertinya seru
Lihat sajian makanannya yang ditata campuran gaya tradisional dan modern, makin laparlah awak kalau masuk ke sana ya Mba Annie. Khilaf gak Mba Annie begitu masuk restonya? Wkwkwkwk. Kalau aku biasanya jadi makan banyak lihat yg kayak gini. Udah mewah banget tampilannya kalau untuk bintang 3.
Hahahahaha yang pasti pertama kali bingung mau makan yang mana duluan. Semua menyelerakan dan muantab rasanya. Santika memang jempolan kalau urusan sarapan.
Aihh senangnya reuni keluarga pastinya kangen-kangenan deh. Eehh itu hidangan jadi bikin auto lapar juga nih😄
Turut berduka Bu Annie…
Palembang salah satu kota yang pingin saya kunjungi. Karena pingin liat secara langsung sunga Musi
Dan paling seneng kalau dapat hotel yang sekitarannya banyak jual makanan 😁
Semoga suatu saat bisa datang ke Palembang ya Kak Suci. Palembang itu kaya akan wisata kuliner. Ini yang harus dicoba terlebih dahulu. Kalo wisata alamnya tidak sebanyak daerah-daerah lainnya.
Wah pulkam ni Bu Annie ke tempat wong kito galo hehehe saya terakhir di Palembang jaman SMP belum ngeh sama Santika Hotel ini atau belum ada ya lupa..jadi kangen lihat menu kuliner Palembang euy enak2 semua
Hotelnya juga sepertinya belum lama Yu. Daerah Radial ini dulunya pada perumahan. Karena lokasinya strategis di tengah kota, akhirnya mendorong grup Santika untuk membangun hotel bintang 3. Lingkungannya asik karena padat dengan fasilitas umum.
Semoga suatu saat bisa berkunjung kembali ke Palembang ya Yu.
Beughhh menyenangkan bangettt klo cuss di Hotel ini 😆
Makanannya super endeuss, bakal memanjakan lidah dan lambung 👍
Mabok kekenyangan Nur. Karena semua sajian endes luar binasa hahahaha. Lupakan diet kalau menginap di Santika
Enak kan stay di Santika Radial hehe.. kemarin kito ketemu di Beringin yuk, kalo Warunk Upnormal udah tutup :D
Santika memang top masakannyo ye Ded. Sarapannyo juga tumpah ruah, banyak pilihannyo. Sampe bingung nak mulai darimano dulu hahahaha. Tapi tadinyo aku berharap ado pempek, tekwan dan lain-lain yang berkuah. Tapi sayang katek.
Aaahhh sip. Sudah aku revisi.
Daku belum pernah coba ini kue maksuba.
Penasaran sama rasanya dan juga penampakannya secara langsung.
Jadinya ini bisa rekomen nih buat staycation plus icip kulinernya yang khas.
Yang pasti gurih dan manis luar biasa Maksuba itu. Proses masaknya juga berjam-jam. Benar-benar makan waktu dan tenaga kalau bikin kue itu.
Dengan fasilitas dan view yang demikian, aku gak nyangka kalau hotel Santika Radial ini bintang 3, kak Annie.
Aku pikir sudah bintang 5.
Rasanya senang sekali bersilaturahm sehingga mempererat tali persaudaraan dan kalau orang Jawa bilang “Gak kepaten obor”.
Betul Len. Pas pulang kampung sekali ini aku memang niat sekalian main ke rumah saudara2. Terutama adik2 sepupu almarhum Ayahku yang sudah pada berumur dan sakit. Senang rasanya bisa ketemu mereka lagi meski sudah renta dan ada yang sudah tak mengingat ku lagi.
Kirain saya Hotel Santika Ini binatang 4. Ternyata Bintang 3 tapi tampilannya mengesankan. Soal interior, makanan, nyaman dan bikin betah ya
Bener Lia. Bintang 3 dan sungguh mengesankan. Terutama sarapannya yang jempolan. Salah satu standard kualitas grup Santika.
Meskipun bintang tiga, fasilitasnya lengkap ya mbak
Menggiurkan banget menu menu yang ada di restorannya
Aku tertarik banget sama nasi gemuk
😍😍😍
Nasi gemuk memang bikin gemuk Mbak Dian hahahaha. Gimana gak naek timbangan kalau makan nasi gurih lengkap dengan aneka condiment yang menyelerakan dan bikin kita makannya nambah terus. Jadi kalau nginap disini, pagi-pagi siapin lambung yang bener-bener kosong dan lebar hahahaha.
Meski bintang 3, hotel ini bersih dan nyaman sekali yaaa. Cocok lah buat staycation tipis2, apalagi menu breakfast selengkap itu
Menu sarapannya komplit banget mbak. Di sini pun ada jaringan hotel tersebut, Hotel Santika Mataram namanya. Kalau bingung mencari akomodasi di suatu tempat, kayaknya paling aman ya pilih yang emang udah jelas jaringannya deh. Macam santika hotel ini.
Pilihan sarapannya sungguh bikin aku pengen cepat-cepat sarapan besok hehe. Suka deh karena masih memperlihatkan unsur tradisionalnya.